You are on page 1of 33

*IMUNOLOGI

Oleh Kelompok 2 S1-VI B

 ARIEF RAHMAT HIDAYAT (1601090)


 ANISA SARAH (1601088)
 DHEA ANANDA (1601009)
 HANALIA ZAHARA (1801139)
 LENI TRIANI(1601021)
 SISKA MUHARANI (1601050)
 YANI NOVITASARI (1601060)

Dosen : Dr. Meiriza Djohari, M.Kes, Apt.

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU
2019
ANTIBODI
MONOKLONAL
DEFINISI ANTIBODI MONOKLONAL

SEJARAH ANTIBODI MONOKLONAL

JENIS ANTIBODI MONOKLONAL GENERASI BARU

PEMBUATAN ANTIBODI MONOKLONAL

MEKANISME KERJA ANTIBODI MONOKLONAL

PENGGUNAAN ANTIBODIMONOKLONAL
Apa itu
 Antibodi yang hanya Antibodi
mengandung satu macam Monoklonal
molekul antibodi, sehingga
antibodi ini hanya mengenali
satu macam antigen/ epitop.
(Grimaldi dan French, 1995).

Antibodi monoklonal adalah antibodi buatan


identifik karena diproduksi oleh salah satu
jenis sel imun saja dan semua klonnya
merupakan sel single parent.

Klon adalah segolongan sel yang berasal dari


satu sel karena secara gentiknya identik.
NEXT..
Antibodi monoklonal mempunyai sifat khusus
yang unik yaitu dapat mengenal suatu
molekul, memberikan informasi tentang
molekul spesifik dan sebagai terapi target
tanpa merusak sel sehat sekitarnya

Spesifisitas antibodi yang luar biasa


menjadikan zat ini dapat digunakan sebagai
terapi. Antibodi mengikat sel kanker dan
berpasangan dengan zat sitotoksik sehingga
membentuk suatu kompleks yang dapat
mencari dan menghancurkan sel kanker.
SEJARAH ANTIBODI MONOKLONAL

 Pada tahun 1908, Metchnikoff dan Erhlich mengemukakan teori


imunologi sehingga banyak kemajuan yang dicapai dalam bidang ini

 Kemudian, pada tahun 1975, Kohier dan Milstein memperkenalkan


cara baru untuk membuat antibody dengan mengimunisasi hewan
percobaan, kemudian sel limfositnya difusikan dengan myeloma,
sehingga sel hybrid dapat dibiakkan terus menerus (immortal) dan
membuat antibody yang homogen, yang diproduksi oleh satu klon
sel hybrid.

 Antibodi yang homogen disebut antibody monoclonal yang


mempunyai sifat lebih spesifik dibandingkan dengan antibody
poliklonal karena hanya dapat mebikat 1 epitop antigen dan dapat
dibuat dalam jumlah tak terbatas.
*Terobosan Georges Kohler, Cesar Milstein
dan Niels Jerne, yang mendapat hadiah
Nobel pada tahun 1985 berkat hasil
penemuannya tentang antibody monoklonal,
telah membawa perubahan besar dalam
produksi antibodi secara in vitro.

Secara umum tahap


pertama deteksi antibodi harus mampu
mengggunakan antibodi mengenali epitope secara
adalah dengan spesifik. Jika tidak 
mengikatkan epitope menimbulkan kesalahan
yang akan di deteksi deteksi
dengan antibodi.
Jenis Antibodi Monoklonal Generasi Baru

Antibodi monoklonal murine


(fully mouse)

Antibodi monoklonal
kimera (chimaric)

Antibodi monoklonal Antibodi monoklonal


manusiawi (humanized) manusia (fully human)
1. Antibodi monoklonal murine (fully mouse)
Yaitu antibodi murni yang didapatkan dari tikus.
Antibodi ini dapat menyebabkan human anti mouse
antibodies (HAMA). Biasanya antibodi ini
memiliki akhiran dengan nama “momab”
(contohnya ibritumomab® ). (radji, M., 2011;
tuscano, J.M., Et al; 2005)

2. Antibodi monoklonal kimera (chimaric)


Antibodi monoklonal ini dibuat melalui teknik rekayasa
genetika untuk menciptakan galur mencit atau tikus
transgenik yang dapat memproduksi sel hybrid
mencitmanusia yang disebut kimera (chimaric).
Memiliki akhiran dengan nama “ximab” (Rituximab® ).
(Radji, M., 2011; Tuscano, J.M., et al; 2005)
3.Antibodi monoklonal manusiawi (humanized)
Antibodi ini dibuat secara rekayasa genetika dimana
bagian protein yang berasal dari mencit hanya terbatas
pada antigen binding site saja, sedangkan bagian yang
lainnya yaitu bagian variable dan bagian konstan
berasal dari manusia. Antibodi ini memiliki akhiran
nama “zumab” (Transtuzumab® ). (Radji, M., 2011;
Tuscano, J.M., et al; 2005)

4. Antibodi monoklonal manusia (fully human)


Antibodi ini merupakan antibodi yang paling ideal untuk
menghindari terjadinya respon imun karena protein antibodi yang
disuntikkan kedalam tubuh seluruhnya merupakan protein yang
berasal dari manusia.Antibodi yang 100% mengandung protein
manusia memiliki akhiran nama “mumab” (Panitumumab® ).
(Radji, M., 2011; Tuscano, J.M., et al; 2005)
*
PEMBUATAN ANTIBODI
MONOKLONAL SECARA UMUM

2. Fusi sel limpa 3. Eliminasi sel


1. Imunisasi
kebal dan sel induk yang
mencit
myeloma tidak berfusi
CARA PEMBUATAN ANTIBODI MONOKLONAL
• Pemurnian dan karakterisasi antigen yang
diinginkan dalam jumlah yang cukup
1.

• Imunisasi tikus dengan antigen yang dimurnikan


2.

• Kultur sel myeloma yang tidak dapat mensintesis


enzim hypoxanthine-guanine-phosphoribosyl
3. transferase (HGPRT)

• Pengangkatan sel limpa dari tikus dan fusi dengan


sel myeloma
4.
• Setelah fusi, hibridoma ditanam dalam medium
hypoxanthine aminopterin thymidine (HAT)
5.

• Klon sel hibrida dihasilkan dari sel inang tunggal


6.

• Antibodi yang disekresikan oleh klon yang berbeda


kemudian diuji kemampuannya untuk mengikat antigen
7. menggunakan enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA)

• Kloning kemudian dipilih untuk penggunaan kedepannya.


8.
MEKANISME KERJA ANTIBODI MONOKLONAL

1. Antibody dependent cellular


cytotoxicity (ADCC)

2. Complement dependent
cytotoxicity (CDC)

3. Antibodi directed enzyme prodrug


therapy (ADEPT)
1. Antibody dependent cellular cytotoxicity (ADCC)

ADCC terjadi jika antibodi mengikat


antigen sel tumor dan Fc antibodi
melekat dengan reseptor Fc pada
permukaan sel imun efektor.
1. Antibodi monoklonal berikatan dengan antigen
permukaan sel tumor melalui Fc reseptor permukaan
sel NK.

2. Hal ini memicu penglepasan perforin dan granzymes


untuk menghancurkan sel tumor

3. Sel-sel yang hancur ditangkap antigen presenting cell


(APC) lalu dipresentasikan pada sel B sehingga
memicu penglepasan antibodi kemudian antibodi ini
akan berikatan dengan target antigen Sel cytotoxic T
lymphocytes (CTLs) dapat mengenali dan membunuh
sel target antigen
2. Complement dependent cytotoxicity (CDC)

MAC
IgG Komplemen Komplemen

Pengikatan antibodi monoklonal dengan antigen


permukaan sel akan mengawali kaskade komplement.
Complement dependent cytotoxicity (CDC) merupakan
suatu metode pembunuh sel tumor yang lain dari
antibodi.
1. Imunoglobulin G1 dan G3 sangat efektif pada CDC
melalui jalur klasik aktivasi komplemen

2. Formasi kompleks antigen antibodi merupakan


komplemen C1q berikatan dengan IgG sehingga
memicu komplemen protein lain untuk mengawali
penglepasan proteolitik sel efektor kemotaktik/agen
aktivasi C3a dan C5a

3. Kaskade komplemen ini diakhiri dengan formasi


membrane attack complex (MAC) (Gambar 5.c)
sehingga terbentuk suatu lubang pada sel membran.

4. Membrane attack complex (MAC) memfasilitasi keluar


masuknya air dan Na+ yang akan menyababkan sel target
lisis
3. Antibodi directed enzyme prodrug therapy
(ADEPT)

Antibodi directed enzyme prodrug therapy (ADEPT)


menggunakan antibodi monoklonal sebagai
penghantar untuk sampai ke sel tumor kemudian
enzim mengaktifkan prodrug pada tumor, hal ini
dapat meningkatkan dosis active drug di dalam
tumor.
1. Konjugasi antibodi monoklonal dan enzim
mengikat antigen permukaan sel tumor

2. Kemudian zat sitotoksik dalam bentuk inaktif


prodrug akan mengikat konjugasi antibodi
monoklonal dan enzim permukaan sel tumor

3. Akhirnya inaktivasi prodrug terpecah dan


melepaskan active drug di dalam tumor
Penggunaan antibodi monoklonal
untuk terapi kanker

1. Antibodi monoklonal murni

Yaitu antibodi monoklonal yang penggunaannya


tanpa dikombinasikan dengan senyawa lain. Antibodi
monoklonal murni mengikatkan diri pada antigen spesifik
yang dimiliki oleh sel-sel kanker sehingga dapat dikenali
dan dirusak oleh sistem imun tubuh.

Selain itu antibodi monoklonal dapat mengikatkan


diri pada suatu reseptor, dimana molekul-molekul yang
berfungsi menstimulasi pertumbuhan sel kanker juga akan
mengikatkan diri. Dengan menghambat molekul-molekul
pertumbuhan untuk tidak dapat berinteraksi dengan sel
kanker, maka antibodi monoklonal dapat mencegah
pertumbuhan sel kanker.
1. Rituximab
Mekanisme kerja antibodi
monoklonal Rituximab yang digunakan
untuk terapi sel B pada limfoma non-
Hodgkin bereaksi dengan sasaran
antigen CD20, yang ditemukan pada sel
B.

2. Alemtuzumab
Alemtuzumab merupakan
antibodi yang menyerang antigen
CD52, yang terdapat pada sel B
maupun sel T. Senyawa ini digunakan
untuk terapi B cell lymphocytic
leukemia (B-CLL) kronik yang sudah
mendapat kemoterapi.
3. Cetuximab
Cetuximab, adalah antibodi monoklonal yang ditujukan
untuk protein epidermal growth factor receptors (EFGR), dimana
EFGR terdapat dalam jumlah besar pada beberapa sel kanker.
Senyawa ini biasanya digunakan bersamaan dengan obat
kemoterapi irinotecan untuk kanker kolorektal stadium lanjut.
Selain itu juga digunakan untuk terapi kanker leher dan kepala
yang tidak bisa dilakukan tindakan bedah.

4. Bevacizumab
Bevacizumab bekerja melawan protein Vascular
Endhotellial Growth Factor (VEGF) yang normalnya membantu
tumor membangun jaringan pembuluh darah baru (angiogenesis)
sebagai satu cara mendapatkan oksigen dan nutrisi. Terapi anti-
angiogenesis ini digunakan bersama-sama dengan kemoterapi
untuk terapi kanker kolorektal metastatik.
NEXT..

Antibodi monoklonal yang umumnya


diberikan secara intravena, dapat
menimbulkan efek samping yang lebih
ringan dari pada kemoterapi. Efek samping
yang biasanya terjadi adalah demam,
menggigil, lemah, nyeri kepala, mual,
muntah, diare, tekanan darah turun, dan
kemerahan pada kulit. Beberapa antibodi
monoklonal juga mempengaruhi sumsum
tulang, sehingga dapat menyebabkan
anemia.
2. Antibodi monoklonal yang dikombinasi dengan beberapa senyawa
lain (Conjugated monoclonal antibodies)

Obat ini hanya berperan sebagai wahana yang akan


mengantarkan substansi-substansi obat, racun dan materi radioaktif,
menuju langsung ke sasaran yakni sel-sel kanker.

Antibodi monoklonal jenis ini akan beredar ke seluruh bagian


tubuh sampai ia berhasil menemukan sel kanker yang mempunyai
antigen spesifik yang dikenali oleh antibodi monoklonal. Senyawa
konjugasi ini masih menimbulkan efel samping lebih banyak
dibandingkan antibodi monoklonal yang murni. Efek yang ditimbulkan
tergantung pada tipe substansi yang dikonjugasikan padanya.

Antibodi monoklonal yang dikombinasikan dengan obat-obat


kemoterapi disebut chemolabeled, sedangkan antibodi monoklonal
yang dikombinasikan dengan senyawa radioaktif disebut
radioimmunotherapy (RIT).
1. Ibritumomab tiuxetan (Zevalin)
Obat ini digunakan untuk terapi
kanker B cell non-Hodgkin lymphoma yang
tidak berhasil dengan terapi standar.

2. Tsitumomab (Bexxar)
Obat ini digunakan untuk tipe
limfoma non-Hodgkin tertentu yang juga tidak
menunjukkan respon terhadap Rituximab
(Rituxan) atau kemoterapi.

3. Gemtuzumab ozogamicin (Mylotarg)


Obat ini mengandung racun
calicheamicin, Racun ini melekat pada
antibodi yang langsung menuju sasaran antigen
CD33, yang terdapat pada sebagian besar sel
leukemia. Saat ini Gemtuzumab digunakan
untuk terapi acute myelogenous leukemia
(AML) yang sudah menjalani kemoterapi atau
tidak memenuhi syarat untuk kemoterapi.
Antibodi monoklonal yang disetujui FDA dalam onkologi beserta mekanisme kerjanya

You might also like