You are on page 1of 46

NEUROTOKSIK DAN RESPIRATORI

Kelas : S1-IIIB
Kelompok 3 :

Ainun Alfatma (1701047)


Indah Purnama Sari (1701065)
Indah Septia (1701066)
Jihan Fahira Sasmito (1701067)
Reza Afda (1701079)
Yoga Yudistira (1701091)
Yolanda Maharani (1701092)
Nita Shevia (1801131)

Dosen Pengampu :
Mira Febrina,M.Sc,.Apt
Pembahasan

1 Definisi

2 Toksikannya

3 Mekanisme Kerja Terjadinya

4 Efek yang Terjadi

5 Pengujian Toksiknya
Neurotoksik

Neurotoksisitas adalah suatu agen kimia, biologi, atau


Definisi
fisik yang dapat menimbulkan efek merugikan bagi
sistem saraf.

Asetaldehid, Styrene, Benzene, Kloroform, Karbon


Toksikannya disulfida, Etil alkohol, Toluen, Tetrakloretan,
Trikloretan, Timah hitam, Aseton,
Akrilamid, Karbon tetraklorida, Arsen, Etilen oksida,
Merkuri, Xylene.
Toksikan dan Efek yang terjadi
Mekanisme Toksikan

• Proses keracunan itu berpindah secara berurutan


dari taraf molekuler ke taraf yang lebih tinggi
integrasi biologis dengan urutan sel-jaringan-
organ-individu.

• Mekanisme pada sistem syaraf dan fungsi syaraf


otot Banyak zat yang mengakibatkan keracunan
memiliki titik tangkap primer pada sistem syaraf
atau pada peralihan sistem syaraf ke organ
tertentu atau jaringan,seperti otot serang lintang
dan otot polos saluran lambung usus.
Mekanisme Toksikan

1. gangguan pada
transmitter,

2.gangguan pada aktivitas


keluar masuknya ion Na dan K
sepanjang akson saraf,
sehingga impuls elektrik
terganggu.
Mekanisme Toksikan

Secara keseluruhandapat dibedakan dua tipe


pokok mekanisme kerja toksik.

Pertama, suatu efektoksik pada neurotransmisi,


yaitu pelimpahan pacu dari syaraf ke syaraf atau
darisyaraf ke organ.
Kedua, efek toksik pada syaraf sendiri.
Mekanisme Toksikan

Contoh bagus suatu efek pada neurotranamisi adalah


hambatan enzim colinesterase oleh, diantaranya
insektisida fosfor organik.Jika asetilkolinesterase
dihambat, asetilkolin tertimbun di dalam ruanganantara
peralihan syaraf dan peralihan dari syaraf ke organ, yang
disebut sinaps.
Mekanisme Toksikan

Secara keseluruhan hal ini mengakibatkan :


• Di dalam bagian tertentu otak penerusan pacu
terganggu
• Di dalam sistem syaraf otonom lebih-lebih
didalam bagian parasimpatis, terjadi penerusan
pacu yang diperkuat, sehingga fungsi otonom
memperlihatkan reaksi yang berlebihan (diantaranya
kontraksi yangkuat otot polos)
Mekanisme Toksikan

• Penerusan pacu ke otot serat lintang


diperkuat,sehingga menyebabkanberkurangnya
fungsi otot, karena berbeda dengan otot polos,
ootot inimengadakan reaksi terhadap adanya
asetilkolin yang berlebihan dengancara menurunkan
kepekaan terhadap pacu
Metode untuk Evaluasi Sistem Saraf Perifer

Kecepatan • Kecepatan konduksi, kecepatan di mana


konduksi potensial aksi dilakukan sepanjang akson dan
(conduction saraf, adalah ukuran fungsi saraf perifer yang
paling banyak digunakan.
velocity studies)
• Mengukur fungsi terminal saraf perifer lebih sulit dari pada
mengukur kecepatan konduksi saraf perifer, seperti
pengukuran penting karena perubahan fungsi dalam
Fungsi terminal bagian terminal akson sering mendahului perubahan
dalam kecepatan konduksi. Keuntungan lain dari teknik ini
saraf periferal adalah bahwa, tidak hanya kehadiran neurotoksisitas
terdeteksi, tetapi juga situs (s) tindakan neurotoksik juga
dapat diselidiki.
• EMG adalah metode yang obyektif dan sensitif untuk
deteksi perubahan fungsi neuromuskular. Elektromiografi
digunakan untuk mempelajari efek toksik langsung otot-
Electromyography otot. Respon otot yang dibangkitkan terhadap stimulasi
saraf tak ternilai dalam memeriksa sambungan
(EMG) neuromuskular, yang bisa dipengaruhi oleh berbagai agen
neurotoksik (mis., botulinum dan racun tetanus dan
insektisida organofosfat).
Continue...

Rangsangan • Dalam teknik non-invasif, keadaan fungsional


lengkungan refleks disimpulkan dari latensi dan ukuran
dari respon refleks yang ditimbulkan oleh rangsangan
refleks tulang yang telah ditentukan sebelumnya Intensitas atau dari
intensitas stimulus (ambang) hanya cukup untuk
belakang menimbulkan respons yang dapat dideteksi.
Metode untuk Evaluasi Sistem Saraf Otonomik

• Metode dengan menyediakan data di pusat dan


Electrocardiography periferal kontrol saraf fungsi otonom. Namun,
penafsirannya perubahan EKG sangat kompleks dan
(EKG) harus diperhitungkan efek langsung pada
miokardium.

• Respons peredaran yang berubah terhadap


rangsangan jenis ini dapat menghasilkan informasi
penting status fungsional dari sistem saraf otonom.
Memang, tanggapan berlebihan terhadap
Blood pressure vasopressor dan jantung rangsangan akselerasi
akan menunjukkan bahwa paparan semacam itu
mungkin terjadi disertai dengan risiko penyakit
kardiovaskular yang lebih tinggi.
Metode untuk Evaluasi Sistem Saraf Pusat

• Analisis EEG adalah salah satu bentuk


Kegiatan spontan - elektrodiagnosis pertama disfungsi sistem saraf. EEG
electroencephalography telah digunakan untuk diagnosis dan deskripsi
(EEG) epilepsi, lokalisasi Tumor, deskripsi tahap tidur, serta
banyak lainnya gangguan neurologis.

• Dalam studi sistem sensorik, respon dari saraf sistem ke


stimulus input yang terdefinisi dengan baik, namun
fisiologis dapat dievaluasi. Spesifikasi dan kontrol yang tepat
dari stimulus input mengurangi variabilitas di titik akhir
Sistem sensorik yang diukur, dan meningkatkan kejelasan dengan
perubahan yang diinduksi oleh racun terdeteksi. Agen
neurotoksik tertentu tampaknya memiliki afinitas khusus
untuk sistem sensorik
• Konsekuensi umum dari paparan paparan tinggi konsentrasi
agen neurotoksik adalah perubahan gairah perilaku.
Sementara beberapa senyawa menghasilkan tidur dan
koma, yang lain menghasilkan kejang. Perubahan ini dapat
Rangsangan umum dianggap untuk merefleksikan gangguan rangsangan otak,
dan telah menyebabkan asumsi bahwa ukuran kuantitatif
rangsangan akan berguna untuk mendeteksi disfungsi di
dimensi ini.
Continue...

• Bagian dari beberapa bentuk gelombang (sebagian


besar seringkali komponen "terlambat" atau
Cognitive "lambat") dianggap terjadi ditimbulkan oleh
peristiwa yang bersifat internal, dan mungkin
function mencerminkan aktivitas kognitif atau aktivitas
motorik.

• untuk menentukan dengan cara langsung apakah


Synaptic and paparan agen beracun merusak respons sifat, fungsi
sinaptik, atau sifat membran neuron. Teknik ini
membrane secara teknis sulit dan mahal untuk digunakan, dan
paling menguntungkan digunakan untuk menilai
activity mekanisme toksisitas.
• Toksikologi merupakan ilmu yang mempelajari efek-efek
merugikan dari suatu zat (NIOSH : The National Institute
for Occupational Safety & Health).
• Inhalasi adalah proses pernapasan/inspirasi udara ke
dalam paru-paru yang melalui saluran napas atas (rongga
hidung, nasofaring, orofaring, dan laringofaring) dan
bawah (laring, trakea, bronkhi, paru-paru
• Toksikologi Inhalasi adalah proses atau jalan masuknya zat-
zat beracun (toksik) ke dalam tubuh melalui proses
pernapasan (saluran pernapasan).
Jalur Pernapasan (Inhalasi)
2 Toksik pada Saluran Pernafasan

Toksikan dapat memberikan efek sistemik


setelah diserap dari saluran nafas dan
disebarkan ke jaringan lain. Toksikan tersebut
dapat menginduksi efek lokal pada saluran
pernafasan
Pengaruh dari toksikan yang masuk ke dalam tubuh dapat bersifat:

Efek Efek pada


Sistemik paru-paru
2
BAHAN-BAHAN TOKSIK PADA SISTEM RESPIRASI

1. Asap
Asap adalah suspensi partikel kecil di udara (aerosol) yang berasal dari
pembakaran tidak sempurna dari suatu bahan bakar. zat pencemar diserap
oleh sistem peredaran darah dan menyebar ke seluruh tubuh. Dampak
kesehatan yang paling umun dijumpai adalah ISPA ( Infeksi Saluran Pernafasan
Atas), termasuk diantaranya, asma, bronkitis, dan gangguan pernafasan
lainnya.

Mekanisme penyebab ISPA :


Secara umum, efek pencemaran udara terhadap saluran pernafasan dapat
menyebabkan pergerakan silia hidung menjadi lambat dan kaku bahkan
dapat berhenti sehingga tidak dapat membersihkan saluran pernafasan
akibat iritasi oleh bahan pencemaran. Produksi lendir akan meningkat
sehingga menyebabkan penyempitan saluran pernafasan dan rusaknya sel
pembunuh bakteri di saluran pernafasan.
2. Sulfur Dioksida (SO₂)
Dihasilkan oleh batu bara, bahan bakar minyak yang mengandung sulfur.
Pembakaran limbah pertanah, dan proses dalam industri. Memberikan efek iritasi
pada saluran pernafasan sehinnga menimbulkan geejala batuk dan sesak nafas.

Salah satu sumber pencemar udara berasal dari sulfur oksida khususnya sulfur
dioksida. Sulfur dioksida dihasilkan dari letusan gunung berapi dan berbagai
macam hasil kegiatan pabrik industri.

Batuk
Asma
Batuk dapat ditimbulkan oleh
Mekanismenya:
gas SO₂ dari mekanisme
SO₂ masuk ke dalam saluran
berikut:
pernafasan kemudian mulai
SO₂ terhirup masuk ke dalam
menimbulkan iritasi dan
saluran pernafasan yang
kenaikan sekresi mucus. Orang
menimbulkan rangsangan
yang mempunyai pernafasan
pada selaput lendir
lemah sangat peka terhadap
pernafasan yang terletak di
kandungan SO₂ yang tinggi di
tenggorokan dan cabang-
atmosfer.
cabang enggorokan.
3. Hidrogen Sulfida (H₂S)

Dihasilkan dari kawah gunung yang masih aktif dan dapat


menimbulkan bau yang tidak sedap, dapat merusak indra
penciuman (nervous olfactory). Keracunan H₂S dapat menimbulkan
Asphixia, merusak sistem saraf penciuman, ginjal, dan hati.

4. Nitrogen Monoksida (NO), Nitrogen Dioksida (NO₂)

Gas-gas ini berasal dari


Keracunan NO₂ :
berbagai jenis
Dapat berupa gangguan iritasi selaput lendir
pembakaran, gas
pernafasan, sampai kematian. Gejala yang
buang kendaraan
ditimbulkan dapat bersifat akut oedema paru, sakit
bermotor, peledak,
kepala, tenggorokan kering, batuk, nafas pendek,
pabrik pupuk.
suhu badan naik, dan nyeri dada kanan
5. Amoniak (NH₃)
Amoniak menimbulkan bau yang menyengat. Dapat menyebabkan gangguan
sistem pernafasan, bronchitis, merusak indra penciuman.

Mekanisme nya:
Amoniak masuk melalui pernafasan, kontak dengan mata dan kulit. Di dalam
tubuh amoniak akan masuk dan mengikuti sistem pernafasan. Amoniak
mudah larut di dalam air sehingga akan dikeluarkan bersama dengan urin
yang mengandung amoniak juga.

6. Karbon Dioksida (CO₂)


Gas ini menimbulkan efek sistematik, karena meracuni tubuh
dengan cara pengikatan hemoglobin yang amat vital bagi oksigenasi jaringan
tubuh akibatnya apabila otak kekurangan oksigen dapat menimbulkan
kematian. Dalam jumlah kecil dapat menimbulkan gangguan berpikir, gerakan
otot, gangguan jantung.
7. Karbon Monoksida (CO)

CO merupakan gas yang sangat beracun. Gas ini tidak berwarna,


tidak berbau, dan tanpa iritasi tetapi sangat berbahaya bagi orang yang
menghirupnya. CO merupakan hasil pembakaran tidak sempurna dari
pembuangan bahan bakar seperti gas alami, batu bara atau kayu. Sumber
utama gas CO adalah asap kendaraan bermotor. Keracunan CO dapat berupa
gangguan pada proses oksigenisasi dalam tubuh. Gejala yang ditimbulkan
dapat bersifat akut: sakit kepala, mual, sesak nafas, suhu badan turun, dan
edema paru.

8. Keracunan Ozon (O₃)


O₃ dapat menimbulkan gangguan keseimbangan otot mata, alat
pengecap, gangguan berfikir. Gejala yang timbul dapat berupa akut dan
kronis. Gejala akut antara lain: mulut kering, nyeri dada, lemah kaki dan
tangan, susah tidur, dan batuk. Sedangkan gejala kronis merupakan
penyakit paru-paru.
9.Keracunan Partikel Debu
Dapat menimbulkan gangguan kesehatan, berupa peradangan
pada saluran pernafasan, gangguan penglihatan dan iritasi kulit. Gejala akut
antara lain sesak nafas, dan gatal-gatal pada kulit.

10.Penyakit Silikosis
Penyakit silikosis disebabkan oleh pencemaran debu silika bebas, berupa SiO₂
yang terhisap masuk ke dalam paru-paru dan kemudian mengendap. Debu
silika bebas ini banyak terdapat di pabrik besi dan baja, keramik, pengecoran
beton, bengkel yang mengerjakan besi (mengikir, menggerinda,dll).

Pada saat dibakar, debu silika akan keluar dan terdispersi ke udara bersama
dengan partikel lainnya, seperti debu alumina, oksida besi dan karbon
dalam bentuk abu. Debu silika yang masuk ke dalam paru-paru akan
mengalami masa inkubasi sekitar 2-4 tahun. Masa inkubasi ini akan lebih
pendek, atau gejala penyakit silikosis akan segera tampak, apabila
konsentrasi silika di udara cukup tinggi dan terhisap ke paru-paru dalam
jumlah banyak
11. Penyakit
Asbestosis

penyakit akibat kerja yang


disebabkan oleh debu
atau serat asbes yang
mencemari udara. Asbes
adalah campuran dari
berbagai macam silikat,
namun yang paling utama
adalah magnesium silikat.
Debu asbes banyak
dijumpai pada pabrik dan
industri yang mengunakan
asbes, pabrik pemintalan
serat asbes, pabrik
beratap asbes dan lain
sebagainya.
12. Penyakit Bisinosis

Adalah penyakit yang disebabkan oleh pencemaran debu kapas atau serat kapas di
udara yang kemudian terhisap ke dalam paru-paru. Masa inkubasi penyakit ini cukup
lama, yaitu sekitar 5 tahun.

Toksikan : Debu Kapas

Mekanisme : Dengan adanya inertia/kelembaman debu yang bergerak, maka debu


yang bermassa besar bergerak tetap lurus dan tidak mengikuti aliran yang membelok
ketika memasuki saluran pernapasan manusia yang tidak lurus. Akibatnya partikel debu
yang besar tidak akan mengikuti aliran udara yang membelok, namun mengendap
pada tempat yang berlekuk pada saluran pernapasan. Sedangkan partikel yang kecil
akan masuk ke saluran pernapasan yang lebih dalam.

Gejala : Batuk, dada terasa sesak, bengek, gejala semakin memburuk pada hari-hari
kerja, gejala membaik jika penderita jauh dari tempatnya bekerja

Sumber : pabrik pengolahan tekstil


13.Penyakit Beriliosis

Udara yang tercemar oleh debu logam berilium,


baik yang berupa logam murni, oksida, sulfat,
maupun dalam bentuk halogenida, dapat
menyebabkan penyakit saluran pernafasan yang
disebut dengan beriliosis. Debu logam tersebut
dapat menyebabkan nasoparingitis, bronchitis,
dan pneumonitis yang ditandai dengan gejala
sedikit demam, batuk kering, dan sesak nafas.
Penyakit beriliosis dapat timbul pada pekerja-pekerja industri yang
menggunakan logam campuran berilium, tembaga, pekerja pada pabrik
fluoresen, pabrik pembuatan tabung radio dan juga pada pekerja pengolahan
bahan penunjang industri nuklir.

TANDA-TANDA DAN GEJALA GANGGUAN PERNAFASAN

Gejala Lokal
Gejala Umum
• Batuk • Demam
• Sesak • Pusing
• Pengeluaran Dahak • Nafsu makan
• Batuk Darah berkurang
• Keringat dingin
• Nyeri Dada
Senyawa logam yang dapat memberikan Efek Toksik
Terhadap Sistem Respirasi

Berilium Kadmium Kobalt (Co) Nikel (Ni)


(Be) (Cd)

Kromium Selenium
(Cr) (Se)
Adalah penyakit yang gejala utamanya adalah
EMFISEMA penyempitan saluran nafas karena kantong udara
diparu-paru menggelembung secara berlebihan dan
mengalami kerusakan yang luas.

Toksikan : Monocrotophos

Mekanisme : Ketika terhirup monocrotophos


akan menghambat asetilkolinesterase yang
berfusngi untuk

Gejala : pengeluaran air dari hidung, batuk,


ketidaknyamanan dada, sesak napas, napas
berbunyi karena meningkatnya sekresi

Sumber : Pestisida
Adalah penyakit dengan ciri khas adanya
KANKER
pertumbuhan sel yang tidak terkontrol
PARU pada jaringan paru-paru

Toksikan : Kromium

Mekanisme : Ion Cr 6+ akan Gejala Umum : Batuk (batuk berdarah),


menghambat kerja dari enzim sesak nafas, berat badan turun.
benzopiren hidroksilase, akibatnya
Sumber : Kromium terdapat pada industri
terjadi perubahan pertumbuhan pada gelas, metal, fotografi, dan elektroplating.
sel, sehingga sel-sel tumbuh secara liar
atau biasa disebut dengan istilah
kanker.
Gejala dari eksposur klorin yang
paling umum adalah :
HEMOPTISIS · Iritasi saluran
pernapasan
· Napas mendesah
· Kesulitan bernapas
Adalah meludahkan darah yang berasal dari · Sakit tenggorokan
paru-paru atau saluran bronkial sebagai akibat
· Batuk
dari perdarahan paru atau bronkus.
· Dada sesak

Toksikan : Klorin Sumber-sumber paparan antara lain :


· Industri produk pemutih
(bleaching), seperti pemutih
pakaian.
Mekanisme : gas klorin masuk dalam jaringan · Penggunaan tablet klorinasi
paru-paru dan bereaksi dengan ion hidrogen untuk kolam renang
akan dapat membentuk asam klorida yang
· Kebocoran atau kecelakaan pada
bersifat sangat korosif dan menyebabkan iritasi
dan peradangan. tangki penyimpanan gas
· Senjata kimia
Mekanisme Respiratori Toksik
• Sistem pernapasan terdiri dari 2 bagian yaitu saluran
pernapasan bagian atas (hidung, tenggorokan, trachea, dan
sebagian besar pipa bronchial yang membawa ke cuping dan
paru-paru) dan alveoli dimana dapat terjadi pemindahan gas-
gas dengan menembus dinding sel yang tipis.
• Saluran pernafasan merupakan sistem yang komplek, yang
secara alami dapat menseleksi partikel berdasarkan ukurannya.
• Hidung merupakan filter utama yang berperan dalam
mencegah dari sebarang partikel besar memasuki tubuh
• Nasofaring berfungsi membuang partikel besar dari udara yang
dihirup, menambahkan uap air, dan mengatur suhu.
• Saluran trakea dan bronkus berfungsi sebagai saluran udara
yang menuju alveoli. Trakea dan bronki dibatasi oleh epitel
bersilia dan dilapisi oleh lapisan tipis lendir yang dapat
mendorong naik partikel yang mengendap pada permukaan
menuju mulut. Partikel yang mengandung lendir tersebut
kemudian dibuang dari saluran pernafasan dengan diludahkan
atau ditelan
Mekanisme Respiratori Toksik
• Alveoli merupakan tempat utama terjadinya absorpsi toksik yang
berbentuk gas seperti carbon monoksida, oksida nitrogen, belerang
dioksida atau uap cairan, seperti bensen dan karbontetraklorida
• Hanya partikel yang diameternya kurang dari 5 mikron yang dapat masuk
ke dalam kantong udara dalam alveoli.
• Partikel dengan ukuran 5 mikrometer atau lebih besar biasanya ditimbun
pada daerah nasofaringeal. Partikel di daerah ini dapat dihilangkan saat
pembersihan hidung atau saat bersin. Partikel yang larut akan dilarutkan
dalam mukus dan dibawa ke faring atau diserap epitel masuk ke darah.
• Partikel dengan ukuran 2 hingga 5 mikrometer ditimbun pada daerah
trakeobronkeolus paru, tempat ia akan dibersihkan oleh pergerakan silia
saluran pernafasan (Mukono, 2002).
• Absorpsi pada jalur ini dapat terjadi melalui membran ”nasalcavity” atau
absorpsi melalui alveoli paru-paru. Kedua membran ini relativ mempunyai
permeabilitas yang tinggi terhadap xenobiotika. Sebagai contoh, senyawa
amonium quarterner, dimana sangat susah diserap jika diberikan melalui
jalur oral, namun pada pemberian melalui ”nasalcavity” menunjukkan
tingkat konsentrasi di darah yang hampir sama dibandingkan dengan
pemakaian secara travena.
Contoh respirasi toksik
• Mekanisme Karbon Monoksida
Ada tiga mekanisme yang menyebabkan cedera
pada trauma inhalasi, yaitu
• kerusakan jaringan karena suhu yang sangat
tinggi,
• iritasi paru
• paru dan asfiksia.
Keberadaan gas CO akan sangat berbahaya jika terhirup oleh manusia
karena gas itu akan menggantikan posisi oksigen yang berkaitan dengan
haemoglobin dalam darah. Gas CO akan mengalir ke dalam jantung,
otak, serta organ vital

Ikatan antara CO dan heamoglobin membentuk


karboksihaemoglobin yang jauh lebih kuat 200 kali dibandingkan
dengan ikatan antara oksigen dan haemoglobin
Terakhir, CO dapat
berikatan secara langsung
dengan sel otot jantung
Pertama, oksigen akan kalah Kedua, gas CO akan
dan tulang.
bersaing dengan CO saat menghambat komplek
Efek paling serius adalah
berikatan dengan molekul oksidasi sitokrom. Hal
terjadi keracunan secara
haemoglobin. Ini berarti ini menyebabkan respirasi
langsung terhadap sel
kadar oksigen dalam darah intraseluler menjadi
-
akan berkurang. kurang efektif.
sel tersebut, juga
menyebabkan gangguan
pada sistem saraf.
Oleh Karena Itu ,

Keracunan karbonmonoksida dapat menyebabkan turunnya kapasitas


transportasioksigen dalam darah oleh hemoglobin dan penggunaan
oksigen di tingkat seluler

Karbonmonoksida mempengaruhi berbagai organ di dalam tubuh,


organ yang paling terganggu adalah yang mengkonsumsi oksigen
dalam jumlah besar, seperti otak dan jantung.
Sebab terjadinya Kematian
Kematian akibat keracunan karbon monoksida disebabkan oleh kurangnya
oksigen pada tingkat seluler (seluler hypoxia).

Sel darah tidak hanya mengikat oksigen melainkan juga gas lain. Kemampuan
atau daya ikat ini berbeda untuk satu gas dengan gas lain. Sel darah merah
mempunyai ikatan yang lebih kuat terhadap karbon monoksida (CO) dari
pada oksigen (O2). Sehingga kalau terdapat CO dan O2, sel darah merah akan
cenderung berikatan
dengan CO.
Cara Kerja Pemeriksaan Fungsi Paru
1. Spirometri – Ini adalah salah satu tes yang paling umum digunakan dan
dilakukan dengan membuat pasien bernapas ke corong yang melekat
pada spirometer, yaitu perangkat khusus yang dirancang untuk merekam
pola pernapasan pasien dan mengubahnya menjadi informasi yang
dapat dicetak. Hasilnya disajikan dalam bentuk grafik spirogram.
Spirometri dapat mengukur beberapa hal berikut:
• Kapasitas Vital Paksa (FVC)
• Volume Ekspirasi Paksa (FEV)
• Aliran Ekspirai Paksa (FEF)
• Tingkat Puncak Aliran Ekspirasi (PEFR)
• Volume Tidal (VT)
• Volume Menit (MV)
• Kapasitas Residual Fungsional (FRC) Volume Residual Volume Ekspirasi
Cadangan
• Total Kapasitas Paru-paru
• 2. Tes difusi gas – Tes ini mengukur jumlah gas yang berbeda,
termasuk oksigen, yang melewati alveoli atau kantung udara setiap
menitnya untuk menentukan apakah tubuh menyerap gas dari
darah dengan baik. Ada dua jenis tes difusi gas: tes gas darah arteri
dan kapasitas difusi karbon monoksida atau DLCO.

• 3. Plestimografi tubuh – Tes ini mengukur kapasitas paru-paru total


dan volume residu baik sebagai pemeriksaan mandiri maupun
untuk memberikan informasi tambahan untuk spirometri.

• 4. Tantangan pernapasan – Dikenal juga sebagai studi provokasi, tes


ini mengukur bagaimana saluran udara merespon alergen umum,
atau zat yang biasanya diketahui menyebabkan mengi atau
asma.Tes ini dilakukan dengan meminta pasien bernapas secara
bertahap sambil meningkatkan jumlah zat tertentu melalui
nebulizer. Tes ini diikuti dengan tes spirometri untuk mengukur nilai
setelah pasien menghirup zat yang disebutkan.
• 5. Tes latihan tekanan – Tes ini mengevaluasi efek yang
dihasilkan latihan pada paru-paru seseorang. Seperti
tantangan inhalasi, tes latihan tekanan atau stress ini
didahului dan diikuti oleh spirometri.

• 6. Tes pencucian napas – Ini adalah tes khusus yang


dilakukan pada pasien yang menderita fibrosis kista.
Selama pemeriksaan, pasien diminta untuk menghirup
udara yang mengandung gas pelacak yang diikuti oleh
udara biasa. Pasien kemudian dpantau untuk
menentukan berapa banyak gas pelacak yang mampu
ia hembuskan. Ini diukur dengan menggunakan LCI
atau lung clearance index, yang menghasilkan nilai
yang lebih tinggi jika paru-paru tidak cukup
menghembuskan gas pelacak. Ini berarti ada masalah
dengan paru-paru pasien.

You might also like