You are on page 1of 14

Venita O.

Tambunan
1610211092
DEKONGESTAN NASAL
 α-agonis banyak digunakan sebagai dekongestan nasal
 α1 agonis  venokonstriksi mukosa hidung melalui
reseptor α 1  mengurangi volume mukosa 
mengurangi penyumbatan hidung
 α2-agonis  vasokonstriksi arteriol (dapat menyebabkan
kerusakan struktural pada mukosa)
 Pengobatan kronik sering menimbulkan hilangnya
efektivitas,hiperemia dan memburuknya gejala bila obat
dihentikan
 Mekanismenya belum jelas,mungkin melibatkan
desensitisasi reseptor dan kerusakan mukosa
 a-agonis dapat diberikan per oral
atau secara topikal
 Dekongestan topikal cenderung
untuk digunakan secara berlebihan
oleh penderita sehingga
menimbulkan penyumbatan yang
berlebihan (rebound congestion)
 Dekongestan oral jauh lebih kecil
kemungkinannya untuk
menimbulkan rebound congestion
tetapi lebih besar risikonya untuk
menimbulkan efek samping
sistemik.
 Efedrin oral sering menimbulkan efek
samping sentral
(takikardi,peningkatan tekanan darah,
atau stimulasi SSP)
 Pseudoefedrin adalah stereoisomer
dari efedrin yang kurang kuat
dibanding efedrin dalam
menimbulkan efek samping sentral
 Obat ini harus digunakan dengan
sangat hati-hati pada penderita
hipertensi
Parasetamol
 Asetaminofen di lndonesia lebih dikenal dengan nama
parasetamol, dan tersedia sebagai obat bebas
 Efek antipiretik ditimbulkan oleh gugus aminobenzen
FARMAKODINAMIK
 Efek analgesik parasetamol yaitu
menghilangkan atau mengurangi
nyeri ringan sampai sedang.
 Efek anti-inflamasinya sangat
lemah
 Parasetamol merupakan
penghambat biosintesis PG yang
lemah
 Efek iritasi, erosi dan perdarahan
lambung tidak terlihat pada obat
ini, demikian juga gangguan
pernapasan dan keseimbangan
asam basa.
FARMAKOKINETIK
 Parasetamol diabsorpsi cepat dan sempurna melalui
saluran cerna
 Konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai dalam 1/2 jam
dan masa paruh plasma antara 1-3 jam.
 Dalam plasma 25% parasetamol terikat protein plasma.
 Obat ini dimetabolisme oleh enzim mikrosom hati
 Sebagian asetaminofen (80%) dikonjugasi dengan asam
glukuronat dan sebagian kecil lainnya dengan asam sulfat.
 Metabolit hasil hidroksilasi obat dapat menimbulkan
methemoglobinemia dan hemolisis eritrosit.
 obat diekskresi melalui ginjal sebagian kecil sebagai
parasetamol (3 %) dan sebagian besar dalam bentuk
terkonjugasi
lNDIKASl
 Sebagai analgesik, parasetamol sebaiknya tidak
diberikan terlalu lama karena kemungkinan
menimbulkan nefropati analgesik.
 Jika dosis terapi tidak memberi manfaat,biasanya dosis
lebih besar tidak menolong.
 demam < analgesik
SEDIAAN
 Parasetamol tersedia sebagai
obat tunggal, berbentuk tablet
500 mg atau sirup yang
mengandung 120 mg/5 ml.
 Dosis parasetamol untuk dewasa
300 mg - 1 g per kali,dengan
maksimum 4 g per hari
 Untuk anak 6-12 tahun 150-300
mg/kali, dengan maksimum 1,2
g/hari
 Untuk anak 1-6 tahun 60-120
mg/kali,diberikan maksimum 6
kali sehari
 bayi di bawah 1 tahun 60
mg/kali,diberikan maksimum 6
kali sehari
Vitamin C
 Vitamin C bekerja sebagai suatu koenzim dan pada
keadaan tertentu merupakan reduktor dan
antioksidan.
 Vitamin ini dapat secara langsung atau tidak langsung
memberikan elektron ke enzim yang membutuhkan
ion-ion tereduksi
 Bekerja sebagai kofaktor untuk mempercepat
perubahan residu prolin dan lisin pada prokolagen 
hidroksiprolin dan hidroksilisin sintesis kolagen
 Selain itu juga dapat membantu metabolisme obat
oleh mikrosom
FARMAKOKINETIK
 Vitamin C mudah diabsorpsi melalui saluran cerna
 Kadar dalam leukosit dan trombosit lebih besar
daripada dalam plasma dan eritrosit.
 Distribusinya luas ke seluruh tubuh dengan kadar
tertinggi dalam kelenjar dan terendah dalam otot dan
jaringan lemak.
 Ekskresi melalui urin
Kebutuhan sehari
 AKG vitamin C ialah 35 mg untuk bayi dan meningkat
sampai kira-kira 60 mg pada dewasa.
 Kebutuhan akan vitamin C meningkat pada penyakit
infeksi, tuberkulosis,tukak peptik, penyakit
neoplasma,pasca bedah atau trauma, pada hipertiroid,
kehamilan dan laktasi.
SEDIAAN
 Vitamin C terdapat dalam bentuk tablet atau
larutan yang mengandung 50-1500 mg vit.C
 Untuk sediaan suntik didapatkan larutan yang
mengandung vitamin C 100-500 mg.
lNDlKASl
 Vitamin C diindikasikan untuk pencegahan dan
pengobatan skorbut.
 Vitamin C tidak mengurangi insidens common colds
meskipun dapat sedikit mengurangi beratnya sakit
dan lamanya masa sakit.
 Vitamin C mega dosis tidak terbukti efektif untuk
aterosklerosis,penyembuhan luka, dan skizofrenia.
 Karena sifat reduktornya vitamin C digunakan untuk
mengatasi methemoglobinemia idiopatik,meskipun
kurang efektif dibandingkan dengan biru metilen

You might also like