You are on page 1of 159

 Ilmu kedokteran tertua

 Merupakan ilmu dasar dan terapan yang


mempelajari struktur tubuh manusia dan hubungan
antar bagian dengan cara memotong dan
menguraikan
 Berasal dari bahasa Yunani, yang berarti
menguraikan
 Anatomi terdiri dari :
1. Gross anatomi (anatomi makroskopik)
 Mempelajari struktur tubuh manusia yang ‘tampak ‘oleh mata
 melalui beberapa pendekatan :
- anatomi regional
- anatomi sistemik
- anatomi permukaan
2. Anatomi Mikroskopis (Histologi)
 Mempelajari struktur tubuh yang hanya bisa dilihat dengan
mikroskop

 Beberapa Cabang Ilmu Anatomi lainnya :


- anatomi perkembangan
- embriologi
1) Sistem Integumen
2) Sistem Skeletal
3) Sistem Muskular
4) Sistem Saraf
5) Sistem Endokrin
6) Sistem Kardiovaskular
7) Sistem Limfatik
8) Sistem Respirasi
9) Sistem Digestif
10) Sistem Urinaria
11) Sistem Reproduktif
 posisi tubuh manusia
yang berdiri dengan
sikap tegak, kaki rapat
dengan kepala tegak dan
mata memandang ke
depan, dengan kedua
lengan tergantung pada
sisi tubuh dengan
telapak tangan terbuka
ke depan.

5
 Bidang koronal= frontal plane  membagi tubuh 2
sama besar depan & belakang
 Bidang transversal = cross sectional plane 
membagi tubuh 2 sama besar atas dan bawah
(superior & inferior)
 Bidang Sagital = median plane  membagi tubuh
searah vertikal menjadi kiri & kanan (dextra &
sinistra)
 Bidang
Median/Sagital
 Bidang
Coronal/Frontal
 Bidang
Horisontal/
Transversal

7
 Dextra – Sinistra
 Proximal - Distal
 Superior – Inferior
 Cranial - Caudal
 Medial – Lateral

8
 Externus – Internus
 Ascenden – Descenden
 Sentral – Perifer
 Visceral – Parietal
 Ipsilateral - Kontralateral

9
 FLEXI & EXTENSI
 ABDUKSI & ADDUKSI
 ROTASI
 EVERSI & INVERSI
 SUPINASI & PRONASI

10
11
 Cells produce energy:

- For maintenance, growth, defense, and division

- Through mechanisms that use oxygen and produce

carbon dioxide
 Obtained from the air by diffusion

 Across delicate exchange surfaces of lungs

 Carried to cells by the cardiovascular system

 Returns carbon dioxide to the lungs


1. Provides extensive gas exchange surface area
between air and circulating blood
2. Moves air to and from exchange surfaces of
lungs
3. Protection
4. Produces sounds
5. Participates in olfactory sense
 Consists of a conducting portion:
 from nasal cavity to terminal bronchioles

 Consists of a respiratory portion:


 the respiratory bronchioles and alveoli

Alveoli
 Are air-filled pockets within the lungs
 where all gas exchange takes place
Figure 23–1
 NASOPHARYNX :
larger than 10µm, because of hair and mucous
production, irritants substance cause sneezing
 LARYNX, TRACHEA, BRONCHI :
larger than 5µm, because of mucous production
 ALVEOLI :
smaller than 5µm, by macrophage
 The respiratory system is divided into the

upper respiratory system, above the larynx,

and the lower respiratory system, from the

larynx down
Sinus frontalis Reseptor oltaktorius
Konka nasi superior Sinus sfenoidalis

Meatus nasi anterior Meatus tuba eustachii


Nasofaring
Konka nasi inferioir
Palatum molle

Kavitas nasalis Uvula

Maksila Orofaring

Epiglotis
Tonsila lingualis
Laringofaring
Os hyoid

Esofagus
Laring

Trakea
a. Saluran nafas atas :
Saluran nafas di bagian luar rongga dada yang terdiri
dari : 1. hidung
2. Kavitas nasalis
3. Faring
4. Laring
5. Trakea bagian atas
b. Saluran nafas bawah :
Saluran nafas yang terletak di rongga dada yang
terdiri dari :
1. Trakea bagian bawah
2. Paru-paru ( pipa bronkial & alveoli )
Saluran Nafas Atas

Saluran Nafas Bawah


 Bone and cartilage covered with skin
 May vary in size, & shape
 Air enters the respiratory system:
 through nostrils or external nares
 into nasal vestibule
 Nasal hairs:
 are in nasal vestibule
 are the first particle filtration system
 Ala nasi
 Dorsum nasi
 Apex nasi
 Airway

 Moistens & warm entering air

 Filters

 Resonating chamber for speech

 Olfactory receptors
 Nasal cavities—within the skull; separated by the nasal
septum( septal cartilage, vomer, os ethmoid).
 Connect posteriorly with nasopharynx through the posterior
nasal appertures
 Boundaries – hard palate & soft palate, ethmoid & sphenoid
 Nasal mucosa (respiratory mucosa) warms and moistens
the incoming air; Dust and microorganisms are trapped on
mucus and swept by the cilia to the pharynx. Breathing through
mouth bypasses this important step
 Nasal mucosa (Olfactory mucosa) respond to vapors
in inhaled air.

 Paranasal sinuses in the maxillae, frontal, sphenoid, and


ethmoid bones open into the nasal cavities; functions
are to lighten the skull and provide resonance for the
voice.
 Lateral wall :

1. Chonchae nasalis (superior, medius, inferior)

2. Meatus nasi (superior, medius, inferior)


The Nasal Cavity (medial)
 a) Orbit.
b) Lamina cribrosa
c) Nasal septum.
d) Superior concha.
e) Middle concha.
f) Inferior concha.
g) Ethmoid cellae.
h) Maxillary sinus
 The nasal mucosa is rich in :

 Sensory nerve endings

 Plexus of Kiesselbach’s
Udara masuk & meninggalkan sistem respirasi lewat hidung
Tersusun oleh tulang dan kartilago yg ditutupi kulit
Kedua kavitas nasal dipisahkan oleh “ SEPTUM NASI “
SEPTUM NASI : terbuat dari tulang etmoidalis dan Vomer
Mukosa hidung : epitel bersilia dan sel goblet yang memproduksi mukus
Udara yang lewat kavitas nasal dihangatkan dan dilembabkan
Bakteri dan partikel dari polusi udara terperangkap di mukus
Silia mendorong mukus menuju faring
Kebanyakan mukus akan ditelan, bakteri dihancurkan oleh asam lambung
Dalam kavitas nasalis terdapat “ Reseptor olfaktorius “ yg mendeteksi uap kimiawi
Frontalis
Etmoidalis

Sfenoidalis

Sinus paranasalis

Os maksilaris

Sinus paranasalis : dilapisi epitel bersilia, dan mukus


Fungsinya : untuk meringkankan tengkorak dan menciptakan resonansi suara
HIDUNG
 1. SINUS-SINUS DAN SEKAT YANG

 MEMPERLUAS PERMUKAAN

 2. KELENJAR LENDIR

 3. PLEKSUS VENA

 4. RAMBUT DAN BULU


FUNGSI HIDUNG
1. WARMING
 PENYESUAIAN SUHU UDARA LUAR KE SUHU
DALAM PARU
2. HUMIDIFYING
 PENYESUAIAN KELEMBABAN UDARA DARI
RENDAH KE 100 %
3. FILTERING
 MELAKSANAKAN FILTER TERHADAP DEBU
YANG BERUKURAN 5 MIKRON KE ATAS
4. DEFENCE
 PERTAHANAN TERHADAP MASUKNYA BAKSIL
YANG IKUT MASUK BERSAMA UDARA.
Faring
Faring : pipa muskuler di belakang rongga hidung, mulut dan di depan vertebra
servikalis.
Dibagi menjadi 3 bagian :
1. Nasofaring
2. Orofaring
3. Laringofaring.
Palatum molle terangkat saat menelan untuk menutup nasofaring, dan mencegah
makanan atau saliva naik, bukan turun.“
“ UVULA “ bagian palatum molle yang dapat dilihat pada bagian belakang tenggorokkan.
Pada dinding posterior nasofaring terdapat adenoid atau tonsila faringeal, suati noduli
limfoid yang berisi makrofag.
Nasofaring

Orofaring

Laringofaring
Faring
2 Lubang yang masuk ke nasofaring adalah “ TUBA AUDITIVA EUSTACHII “ yang
membentang sampai telinga tengah.
Fungsi “TUBA AUDITIVA EUSTACHII “ memungkinkan udara masuk atau keluar
telinga tengah, sehingga gendang telinga bervibrasi dengan baik.
NASOFARING : Suatu jalan hanya untuk udara, tetapi bagian sisanya ( Faring )
berfungsi untuk jalan udara dan makanan meskipun tidak pada saat yang bersamaan.
OROFARING : berada di belakang mulut, mukosanya berepitel gepeng bertingkat,
merupakan kelanjutan dari rongga mulut.. Pada dinding lateral terdapat TONSILA
PALATINA yang berfungsi menghancurkan patogen yg penetrasi ke mukosa.
“ LARINGOFARING “ bagian paling bawah faring. Bagian anteroir membuka menuju
laring, dan bagian posterior menuju esofagus.
Kontraksi muskuler orofaring & laringofaring adalah bagian dalam reflek menelan.
 Tongue thrusts food
into posterior
pharynx
 Food mechanically
catches on epiglottis
 Epiglottis is forced
down over trachea
 Food passes into
esophagus
 Epiglottis returns to
normal position
Laring
Laring disebut juga : “ KOTAK SUARA “. , yaitu fungsinya untuk berbicara
Fungsi lainnya : Jalan udara antara faring dan trakea
Laring tersususn atas 9 lempeng kartilago yang dihubungkan dengan ligamen , yang
gunanya supaya jalur udara tetap terjaga terbuka setiap waktu
Kartilako adalah : jaringan lentur yang mencegah kolap laring.
Esofagus adalah pipa yang kolaps, kecuali ketika makan melewatinya.
Kartilago terbesar adalah : “ KARTILAGO TIROIDEUS “ yang dapat diraba pada
permukaan leher.
“EPIGLOTIS” adalah kertilago yang paling atas.
Pada saat menelan, laring terangkat, dan epiglotis menutup bagian puncak untuk
mencegah makanan masuk ke laring.
Laring

“PLIKA VOKALIS “ ( Pita suara ) : berada di kedua sisi Glotis, yang terbuka
diantaranya.
Selama bernafas, PITA SUARA berada di sisi glotis, sehingga udara melintas secara
bebas.
Selama berbicara : Otot-otot intrinsik laring menarik pita suara melewati glotis dan
hembusan udara menggetarkan pita suara untuk menhasilkan suara yang bisa diubah
menjadi pembicaraan.
Nervus kranialis yg merupakan nervus motorik pada laring untuk fungsi bicara adalah
nervus vagus dan nervus aksesorius.
Epiglotis
trakea

Plika vokalis
*
Anatomi Saluran nafas

 Rongga Hidung
 Rongga Mulut

 Laring
 Pita suara
 Trakea
 Paru
 Jantung
 Diafragma
Tulang Iga
Nasopharynx
Oropharynx
Laryngopharynx
Tongue
Epiglottis
Vocal Cord
Larynx
Trachea
Esophagus
Anatomi Saluran Nafas
Esofagus
Trakea

Bronkus Dinding Dada

Pleura Visceralis
( Selaput Paru
dalam )

Pleura Parietalis (
Selaput Paru
Luar )

RONGGA
RONGGA PLEURA
PLEURA

DIAFRAGMA
Anatomi Saluran Nafas besar ( Trakea & Bronkus )

Trakea
Reseptor batuk
Tulang rawan

Lumen Trakea

Epitel
Bronkus Utama kanan

Bronkus Utama kiri

Lobus Atas
Lobus Atas
Lobus tengah

Lobus bawah
Lobus bawah
 Trakea memiliki panjang : 10 – 13 cm, dan menghubungkan Laring
sampai Bronkus primarius.
 Dinding trakea terdiri : 16 – 20 lempeng kartilago dengan bentuk
menyerupai huruf “ C “yang menjaga trakea tetap terbuka.
 Celah pada cincin kartilago yang tidak bisa menutup secara penuh
berada di sisi posterior.
 Celah ini memungkinkan ekspansi esofagusketika makanan di telan
 Mukosa dari trakea “ epitel bersilia “ dengan sel Goblet.
Lobus – lobus pada paru
Lobus – lobus pada paru
 Function
 Filtration
 Transmission of air
 Structures
 Trachea
 Mainstem bronchi
 Bronchioles
 Terminal bronchioles
BRONCHUS dan
PERCABANGANNYA
( MANUSIA )

TRACHEA
s/d
BRONCHIOLI
TERMINALIS
Struktur saluran nafas kecil ( Bronkiolus & Alveoli

Otot Polos
Bronkiolus
respiratorius

Bronki

Alveoli

Pori - Pori
Bronkiolus “ Kohn “
Bronchial Anatomy
Pulmonary artery

Pulmonary alveolus

Pulmonary Vein
Silia
Otot Polos
Epitel

Kelenjar
Submukosa

Lumen Saluran
Nafas
Lapisan Produksi sekret
= 50 – 100 cc/hr
Mukus

SEL SILIA
SEL GOBLET

SILIA =
Bulu Getar
Sirkulasi darah dalam paru
ARTERI VENA
PULMONAL PULMONAL
DARI JANTUNG KE JANTUNG
KANAN
KIRI

CAPILLARY
PLEXUS
Peredaran darah PARU - JANTUNG

O2 O2 CO2 CO2

Atrium Kanan Atrium Kiri

Atrium Atrium
O2 kanan kiri
CO2
Sistemik CO2 O2 Paru
Glukosa + O2 = H2O + CO2 + kalori
Ventrikel Ventrikel
O2
kanan kiri
CO2

O2

CO2 O2
CO2
Fungsi Pernafasan ( Respirasi )

 Tahap proses “RESPIRASI” :


1. Ventilasi : Gerakan udara ke dalam – luar paru
2. Difusi : Pertukaran gas alveoli - darah
3. Transportasi gas lewat darah
4. Pertukaran gas darah ( O2 ) dengan sel jaringan
5. Metabolisme penggunaan O2 di sel & pembuatan CO2
Respirasi

1. Ventilasi

2. Difusi ( pertukaran gas )

3. Transportasi gas

4. Pertukaran gas di jaringan


 Respirasi :
adalah proses di mana oksigen ( O2 ) diperoleh
dari lingkungan dan dibawa ke sel-sel tubuh.
Karbon dioksida ( CO2 ) diangkut ke luar tubuh
dengan arah berlawanan
 MASUKNYA O2 KE DALAM PARU
KELUARNYA CO2 KE UDARA LUAR,
SETELAH MELALUI PROSES METABOLISME

 JALUR MASUK UDARA IALAH


 HIDUNG
 NASOFARING
 UROFARING
 TRAKEA
 BRONKUS
 BRONKEOL
 ALVEOL
 Ventilasi adalah perpindahan udara keluar masuk
paru, yang pada keadaan normal terjadi dengan
bernapas.
Ada dua fase ventilasi :

a. Inhalasi, atau inspirasi, yakni penghirupan udara ke


dalam paru

b. Ekshalasi , atau ekspirasi, adalah pembuangan udara


dari paru.
Gerakan Otot Pernafasan
 A. OTOT
INSPIRASI
 M. INTERCOSTAL EXT
 M. INTERCARTILAGO
 M. DIAFRAGMA
 M. STERNOCLEIDO,
 SCALENUS ANTERIOR

 B. OTOT
EKSPIRASI
 M. INTERCOSTAL INT
KONTRIBUSI
DIAPHRAGMA
DALAM PERNAPASAN

60% VOLUME
ALUN PERNAPASAN

70%-80% VOLUME
KAPASITAS VITAL
 KONTRAKSI OTOT INSPIRASI
DIAFRAGMA
 INTERCOSTAL
EKSTERNA

 VOLUME TORAKS

 TEK. INTRA PLEURA

 PARU
MENGEMBANG

 TEK. INTRA ALEOVI

 UDARA MASUK
Diafragma
 OTOT INSPIRASI
RELAKSASI

 VOLUME TORAKS

 TEK. INTRA PLEURA

 VOLUME PARU
MENGECIL

 TEK. INTRA ALEOVI

 UDARA KELUAR
PARU
TENAGA PADA SAAT
BERNAPAS BIASA

A. ISTIRAHAT

B. SAAT INSPIRASI

C. SAAT EKSPIRASI
 Definition : movement
of air from the external
environment to the
alveoli
 Components:
 Brain
 Innervation
 Chest wall
 Upper airways
 Lower airways
 Chest wall creates
negative
intrathoracic
pressure
 diaphragm (80%)
 increased thoracic
diameter
 Air enters airways to
fill the newly
created space
Pemeriksaan Faal Paru
( Fungsi Ventilasi )
VENTILASI NORMAL

ALVEOLAR
HIPOVETILATION

OBSTRUKSI
Saluran Nafas

ASMA
Normal
Saluran nafas sempit
Ventilasi Normal
Ventilasi turun
Fungsi Paru
Ventilasi : Proses gerakan udara ke & dari dalam Paru
Ada 2 tahap : INSPIRASI & EKSPIRASI

Ventilasi
ventilasi
Fungsi Paru
Fungsi Paru

Difusi O2
CO2 difusi

perfusi
Perfusi
 Ada 2 tempat pertukaran O2 dan CO2 : 1. Paru-paru
2. Jaringan Tubuh
 Pertukaran gas antara udara di alveoli dan darah di kapiler disebut :
“Respirasi Eksternal “
 Pertukaran gas antara darah dalam kapiler sistemik dan cairan jaringan ( sel) pada tubuh
disebut : “ Respirasi Internal “
Atmosfir Bumi Udara setelah
dihembuskan keluar
( Ekspirasi )
Oksigen ( O2 ) 21 % 16%
Karbon dioksida ( CO2) 0,04% 4,5%
Nitrogen ( N2) 78%
Pertukaran Gas
( DIFUSI )
PARU MANUSIA
DEWASA MUDA, LAKI LAKI
TINGGI BADAN 170 CM, BERAT BADAN 70 KG
300 JUTA ALVEOLI
LUAS PERMUKAAN PARU
80 - 100 m2
diameter alveoli 0.3 mm,
Apabila volume paru 4 liter, total luas permukaan alveoli 85 m2.
Apabila paru merupakan satu bola, luas permukaannya hanya 0.01 m2
1. Membran respirasi : ( = tempat berlangsungnya pertukaran gas )

2. Membran terdiri dari :

- Lapisan surfaktan,

- Epitel skuamosa simpel pada dinding alveoler,

- Membran dasar pada dinding alveolar,

- Ruang interstisial ,

- Membran dasar kapiler

- Endotel kapiler
1. MEMBRAN
a) BEDA TEKANAN ALV-
KAPL
b) TEBAL
c) LUAS

2. DARAH
a) VOLUME DARAH
b) HB

3. SIRKULASI
a) ALIRAN DARAH
PROSES DIFUSI GAS
1. melalui membran avk dan
plasma
2. masuk dalam eritrosit
Vg= A / T . D ( P1 – P2 )
Vg = volume gas
A = luas permukaan
membran
T = tebal membran
D = kapasitas difusi gas
P1 – P2 = perbedaan tekanan
gas dlm alveoli dan darah
Difusi Gas – Tekanan Parsial

 Dalam Tubuh : Gas akan berdifusi dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah
 Konsentrasi masing-2 gas dalam tempat khusus ( Udara alveoler, darah dsb)
dinyatakan dalam suatu ukuran disebut “ tekanan parsial “

 Tekanan parsial suatu gas dinyatakan dalam mmHg


 Tekanan parsial adalah : Tekanan yang dikeluarkan gas dalam suatu campuran
gas, baik campuran dalam bentuk gas maupun cairan.

 Singkatan Tekanan Parsial adalah “ P “

 Tekanan Parsial mempengaruhi konsentrasi,  Gas akan berdifusi dari tempat


dengan tekanan parsial tinggi ke tekanan pasial rendah.
Tempat PO2 ( mmHg ) PCO2 ( mmHg )

Atmosfir 160 0,15

Udara Alveoler 104 40

Darah Pulmonal ( Vena ) 40 45

Darah Sistemik ( arteri ) 100 40

Cairan jaringan 40 50
 Cara kalkulasi tekanan parsial :
 % gas didalam campuran x tekanan total = P gas

 Contoh : O2 di Atmosfir
 21 % x 760 mmHg = 160 mmHg

 Contoh : CO2 di Atmosfir


 0,04 % x 760 mmHg = 0,15 mmHg

 Tekanan parsial di Alveoli tidak sama dg tekanan parsial di atmosfir


 Udara alveolar mengandung sejumlah besar uap air dan CO2
 Oksigen berdifusi dari alveoli menuju kapiler pulmonal
 PO2 alveolar < dari PO2 atmosfir
 PCO2 Alveolar > PCO2 atmosfir
Difusi Gas – Tekanan Parsial

Darah arteri yang mancapai kapiler sistemik, mempunyai PO2 Lebih tinggi, dan
PCO2 yang lebih rendah.
Sel-sel dalam tubuh dan cairan jaringan mempunyai PO2 < rendah dan PCO2 >
tinggi.
Sel menggunakan O2 ( oksigen ) dalam respirasi sel ( produksi energi ) dan
menghasilkan CO2.
Pada “ RESPIRASI INTERNAL “ : O2 ( oksigen berdifusi dari darah menuju cairan
jaringan ( sel-sel ) & CO2 berdifusi dari cairan jaringan menuju darah.
Darah yang masuk ke vena sistemik ( PO2 rendah & PCO2 tinggi ) menuju ke Atrium
kanan, kemudian dipompakan oleh ventrikel kanan menuju paru-paru.
PO2=105
PCO2=40

PO2=40
PCO2=45

PO2=100
PCO2=40

PO2=40 PO2=100
PCO2=40
PCO2=45
 TRANSPOR OKSIGEN :

- 97% O2 dalam darah dibawa eritrosit yang telah berikatan dengan HB.

- 3% O2 sisanya larut dalam plasma

 Setiap molekul ( dalam 4 mol besi ) dalam Hb berikatan dengan 1 mol


O2 ( oksigen ) membentuk ikatan “ OKSIHEMOGLOBIN “ ( HBO2 )
yang berwarna merah tua.

 Ikatan HbO2 ini tidak kuat dan reversibel.

 Hemogolbin tereduksi berwarna merah kebiruan ( HHb )


Transport Oksigen dalam darah

Hb O2 Hb O2

O2 HB
O2
Hb Hb
Proses pertukaran gas Alveoli -- Kapiler

O2

CO2
O2
CO2
O2
CO2
GANGGUAN DIFUSI

GANGGUAN MEMBRAN AVK

GANGGUAN KOMPONEN DARAH

TEKANAN GAS RENDAH

GANGGUAN SIRKULASI
 Normal, udara inspirasi :
21% oksigen dan 0.04% karbon dioksida;
 udara ekspirasi :
16% oksigen dan 3.5% karbon dioksida.
 Nilai-nilai ini melukiskan difusi dua arah
terjadi melalui dinding alveoli dan kapiler
Dikerjakan pada kasus BERAT
1. PERGELANGAN TANGAN
POSISI ENTENSI 45 O
2. PALPASI ARTERI RADIALIS dg
JARI
3. KULIT DIDESINFEKSI dg
ALKOHOL
4. JARUM SUNTIK 3 CC
DIBASAHI DENGAN HEPARIN
5. TUSUKKAN JARUM PADA
ARTERI RADIALIS DENGAN
POSISI SUDUT 45 O
6. DARAH AKAN MENGALIR KE
JARUM SETELAH 3 – 5 CC
STOP
7. GELEMBUNG DIKELUARKAN
8. KIRIM KE LABORAT
NO STATUS GAS HARGA NORMAL PPOK
DARAH

1 pH = 7.35 - 7.45

2 Pa O2 = 80 - 100 mm Hg Turun =
Hipoksemia

3 Pa CO2 = 35 - 45 mmHg

4 HCO3 = 22 - 24
m Mol / liter
Speech and vocalisation ( Laryng )
Smeel ( through the nasal passages )
Acid base balance
Water and temperature loss
Immunity (Filtering & neutralizing inhaled
particulate matter )
Endocrine function
Cardiovasculer function
VOLUME PULMONAL

Kapasitas paru bervariasi sesuai ukuran dan umur


seseorang
Orang yang tinggi memiliki paru-paru yang lebih besar
dari pada orang yang kecil.
Semakin tua kapasitas paru akan semakin menurun.
Pada usia lanjut, paru-paru kehilangan elastisitasnya dan
otot-otot respirasi menjadi kurang efisien
Spirogram volume dan Kapasitas Paru

Waktu
1. Volume
1 Volume Tidal Volume udara yang digunakan pada satu kali inhalasi dan
♂ = 500 ml ekshalasi normal biasa.
♀= 380 ml Banyak orang mempunyai volume tidal lebih rendah ok bernafas
dangkal
2 Volume Cadangan Volume udara ekstra yang masuk ke paru-paru dengan inspirasi
Inspirasi maksimum di atas inspirasi tidal
♂ = 3100 ml
♀= 1900 ml
3 Volume Cadangan Volume ekstra udara yang dapat dengan kuat dikeluarkan pada
Ekspirasi akhir ekspirasi tidal normal
♂ = 1200 ml
♀= 800 ml
4 Volume Residual Volume udara sisa dalam paru-paru setelah melakukan
♂ = 1200 ml ekspirasi kuat.
♀= 1000 ml Gunanya untuk kelangsungan aerasi dalam darah saat jeda
pernafasan
Kapasitas Paru
2. Kapasitas

 Kapasitas Residual Fungsional ( KRF ): Jumlah volume residual dan


volume cadangan ekspirasi ( KRF = VR + VCE ).
Kapasitas ini merupakan : Jumlah udara sisa dala sistem respiratorik
setelah ekspirasi normal
Nilai rata-rata = 2200 ml

 Kapasitas Inspirasi ( KI ): Jumlah volume tidal dan volume cadangan


insipirasi ( KI = VT + VCI ).
Nilai rata-rata = 3500 ml
Kapasitas Paru

 Kapasitas Vital ( KV ): Jumlah volume residual, volume cadangan inspirasi


dan volume cadangan ekspirasi ( KV = VT + VCI + VCE ).
Kapasitas vital ini merupakan : Jumlah udara maksimal yang dapat
dikeluarkan dengan kuat setelah inspirasi maksimum.
Kapasitas Vital dipengaruhi oleh beberapa faktor : Postur, rongga toraks dan
komplians paru.
Nilai rata-rata = 4500 ml
 Kapasitas Total Paru ( KTP ): Jumlah total udara yang dapat ditampung
dalam paru-paru dan sama dengan kapasitas vital ditambah volume residual
( KTP = KP + VR ).
Nilai rata-rata = 5700 ml
 Volume Ekspirasi kuat dalam 1 detik ( VEK1) : Volume udara yang dapat
dikeluarkan dari paru yang terinflasi maksimal saat detik pertama
ekshalasi maksimum.
 Nilai normal VEK1: sekitar 80 % KV

 Volume respirasi menit = Minute respirasi volume ( MRV ) : Jumlah


udara yang terekshalasi dan terinhalasi dalam 1 menit.
MRV = volume tidal x jumlah respirasi / menit ( 12 x 500 ml = 6000 ml
).
Pernafasan dangkal biasanya mengindikasikan volume yang lebih kecil
 Angka ventilasi Alveoler : Volume udara baru yang
masuk alveoler permenit ( VT x kecepatan respirasi ).
 Udara ruang mati : ( sekitar 150 ml )
Udara yang mengisi jalan nafas penghantar ( Hidung,
faring, trakea, bronki dan bronkiolus )
1. Ruang mati anatomis : Jalan penghantar yang berisi
udara ruang mati
2. Ruang mati fisiologis : semua area alveoli yang tidak
atau sebagian berfungsi seperti raung mati anatomis.
 Kapasitas Residu Fungsionil : sekitar 2400 mlz.
SHUNT UNIT
DEAD SPACE UNIT
Ada 2 jenis mekanisme yang mengatur pernafasan

1. Mekanisme saraf

2. Mekanisme kimiawi
 Sensor

 Pusat kendali pernapasan

 Efektor
1. Pusat pernafasan di medula dan pons yang merupakan batang
otak.
2. Medula merupakan pusat inspirasi dan ekspirasi

PUSAT INSPIRASI :
Secara otomatis membangkitkan impuls dalam irama ritmis.
Impuls berjalan sepanjang saraf menuju otot respirasi untuk
merangsang kontraksinya  hasilnya adalah “ INHALASI “.
Saat paru terinflasi, baroreseptor di jaringan paru memdetekdi
peregangan ini dan membangkitkan impuls sensorik menuju
medula. ; impuls ini mulai mendepresi pusat inspirasi.
Ini disebut Reflek inflasi “ HERING BAUER “
 Di dalam paru banyak reseptor yg peka terhadap
peregangan (stretch) yg terletak di bronkus dan bronkiol.

 Jika paru diregang  reseptor stretch mengirimkan impuls


via n. vagus ke traktus solitarius kemudian ke sentra
pernapasan inhibisi inspirasi  paru berhenti
mengembang lebih lanjut (peristiwa ini disebut Hering
Breuer inflation reflex)

 Sebaliknya saat ekspirasi  peregangan thd reseptor


stretch menghilang  pengiriman impus dari reseptor
berhenti  inspirasi dapat dimulai kembali (peristiwa ini
disebut Hering Breuer deflation reflex)
PUSAT INSPIRASI :
Ketika pusat inspirasi terdepresi, terjadilah penurunan impuls yang
menuju ke otot pernafasan , yang berrelaksasi sehingga terjadi
ekshalasi.
Kemudian pusat inspirasi akan aktif kembali untuk memulai siklus
pernafasan lain.
paru terinflasi, baroreseptor di jaringan paru memdetekdi
peregangan ini dan membangkitkan impuls sensorik menuju medula.
; impuls ini mulai mendepresi pusat inspirasi.
Control Unit Respirasi
Brain

Emotional
Chemical
Physical Stimuli

Pons

Pusat inspirasi

Pusat ekspirasi
 Terdapat 2
kelompok saraf
yang
menghubungkan
batang otak dengan
otot :
 N. frenikus ke
diafragma (C4-C6)
 N. toraks spinal ke
otot2 (T1-T12)
Pusat Kendali Pernapasan
KEMORESEPTOR

Pons

Medula

Medula

Sensoris
KEMORESEPTOR
Efektor BARORESEPTOR
OTOT PERNAPASAN
Pengaturan kimiawi :
Mengacu pada efek pernafasan terhadap perubahan pH darah, kadar
oksigen dan CO2 dalam darah.
“ KEMORESEPTOR “
- Mendeteksi perubahan dalam gas darah dan pH terletak di korpus
karotikus dan aortikus dan didalam medula sendiri.
- Penurunan kadar O2 dalam darah ( hipoksia ) dideteksi oleh
kemoreseptor di korpus karotikus dan aorta.
Impuls sensorik dibangkitan oleh resptor tersebut lalu menjalar
melalui saraf vagus menuju medula dan berrespon dengan
meningkat kedalaman atau frekwensi nafas.
Pengaturan kimiawi :
Peningkatan kadar CO2 dalam darah dideteksi oleh kemoresptor di
medula . Responnya meningkatkan respirasi untuk mengekshalasi
lebih banyak CO2.

CO2 adalah pengatur utama respirasi , karena kelebihan CO2 , akan


menurunkan pH dari cairan tubuh .
( CO2 + H2O  H2CO3  H+ + HCO3 )
Kelebihan ion H akan menurunkan pH.

 Bila pH <7.35 = asidosis


 Bila pH >7.45 = alkalosis
Chemical Mechanical
 Primary: pH of CSF,  Stretch receptors in
directly related to the the lung itself
arterial level of CO2 (Herring-Breur
(PaCO2).
receptors) prevent the
 Secondary:dissolved
lung from over-
oxygen in arterial
bloodstream (PaO2). expanding
This is the hypoxic
drive
Central Peripheral
chemoreceptors Chemoreceptorts

Pa O2
Pa CO2
pH
H+
Pa CO2

HYPERCAPNEA DRIVE HYPOXIA DRIVE


(Pa CO2 > 70 mmHg) (Pa O2 ≤ 65 mmHg)
80 % 20 %
Ventilasi dapat terganggu karena kelainan2
berikut ini :

 Neurologi
 Gangguan dinding dada
 Obstruksi jalan napas atas
 Obstruksi jalan napas bawah
Frekwensi Pernafasan
1 Normal 16 – 24 x / menit
2 Bradipneu Frekwensi nafas < 16 x / mt

3 Takhipneu Frekwensi nafas > 24 x / mt

4 Hiperpneu Pernafasan yang dalam ( asidosis, anoksia )

5 Hipopneu Pernafasan yang dangkal ( Gangguan saraf pusat )

6 Dispneu Kesulitan bernafas / sesak nafas


- Pernafasan cuping hidung, retraksi suprasternal,
sianosis

7 Paroksimal Sesak nafas setelah pasien tidur beberapa jam,


nocturnal dispneu biasanya malam hari ( gagal jantung )

8 Orthopneu Sesak nafas bila berbaring, lebih nyaman bila posisi


tegak/ setengah duduk ( gagal jantung, asma
bronkiale )
Jenis Pola Nafas

Pernafasan normal 13 – 18 x mt

FREKENSI NAFAS MENINGKAT

SESAK NAFAS PADA POSISI BERBARING,


SESAK BERKURANG PADA POSISI TEGAK

KELUHAN KESUKARAN BERNAFAS

PERNAFASAN BERHENTI ( ARREST )


Pola Nafas Abnormal

 A. NAFAS BIOT
 AMPLITUDO, IRAMA TAK TERATUR, ADA
PERIODE ISTIRAHAT

 Mis : KERUSAKAN OTAK

 B. NAFAS CHEYNE STOKE


 NAFAS MAKIN BESAR, MENGECIL, ADA
PERIODE APNEU
 Mis : GAGAL JANTUNG

 C. NAFAS KUSSMAUL:
 VENTILASI MENINGKAT OK METAB
BER > AN
 Mis : Diabetes
Derajat Sesak Nafas

Derajat sesak Keluhan sesak

1 Derajat I Sesak bila aktivitas berat,


Aktivitas sehari-hari baik

2 Derajat I Sesak bila naik tangga

3 Derajat III Aktivitas sehari-hari terasa sesak

4 Derajat IV Pekerjaan ringan terasa sesak


Istirahat tidak sesak

5 Derajat V ISTIRAHAT TETAP SESAK


( Hidup Tergantung Oksigen )
1 Psikis
2 Kerja Nafas meningkat a.Ventilasi meningkat Exercise
Hipoksia
Asidosis metabolik
Hiperkapnia
b.Perubahan Fisik Paru Pneumonia
Pneumotoraks
Efusi Pleura
PPOM
Asma Bronkiale
Obesitas

3 Kelainan otot nafas Fungsi otot berkurang PPOM ( Emfisema)


Obesitas
Hipertyroid
Poliomyelitis
Sesak Nafas ok Gangguan Metabolik

Keadaan Asidosis * Kelainan Darah


a. Diabetes Mellitus
b. Obat -2 an ( Narkotika, dll )
1. Anemia
c. Syok Septik 2. Leukemia
d. Diare berat 3. Perdarahan masif
e. Peminum alkohol 4. reaksi Transfusi

Gejala nya : 1. Sesak nafas, bingung.


2. Gelisah
3. Palpitasi ( debar - 2 )
4. Takhipneu ( Nafas cepat ),
5. Takhikardi ( nadi cepat )
6. Aritmia
7. Hipotensi,
8. KOMA
Penyebab Sesak nafas

1. Penyakit jantung ( gagal jantung )


2. Penyakit paru
3. Penyakit metabolik ( Diabetes )
4. Penyakit darah ( Anemia, lekemia, reaksi transfusi )
5. Penyakit saraf
6. Psikis
Obesitas Kyphoscoliosis

You might also like