You are on page 1of 32

HUBUNGAN ANTARA

KONSUMSI KOPI DENGAN


RISIKO OSTEOPOROSIS PADA
USIA DEWASA
Anindya Citra Prameswari
030.17.010

Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti


Oktober 2018
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
 Beberapa akhir ini banyak kejadian yang terjadi di
beberapa negara terkait dengan pergeseran suatu
masalah penyakit dari penyakit menular menuju
penyakit tidak menular. Salah satu penyakit tidak
menular adalah osteoporosis.
 International Osteoporosis Foundation (2009)
menyatakan bahwa osteoporosis di masa-masa
mendatang akan menjadi salah satu penyakit yang
serius di kalangan penduduk Asia.
 Osteoporosis merupakan salah satu penyakit pada
sistem muskuloskeletal yang paling sering terjadi dan
disebut sebagai silent disease karena proses kepadatan
tulang berkurang secara perlahan dan berlangsung
secara progresif selama bertahun-tahun tanpa disadari
tanpa adanya gejala. Osteopororsis dapat didentifikasi
setelah terjadi fraktur [2].
 Osteoporosis dapat menyerang baik wanita maupun
pria. Risiko wanita di Indonesia mengalami osteoporosis
4 kali lebih tinggi daripada pria[3].
 Risiko yang merugikan bagi seseorang yang mengalami
osteoporosis adalah terjadinya patah tulang, terutama
di pinggul, pergelangan tangan dan tulang punggung.
 Selama ini yang sering kita lihat adalah osteoporosis
identik dengan orang tua, namun faktanya,
pengeroposan tulang bisa menyerang siapa saja
termasuk di usia muda saat dewasa. Berdasarkan data
pembagian usia Departemen Kesehatan RI 2009,
kategori usia dewasa berkisar antara 26 sampai dengan
45 tahun.
 Indonesian Osteoporosis Foundation tahun 2010
menunjukkan bahwa prevalensi osteoporosis di Asia
Tenggara diperkirakan sekitar 16,3%. Prevalensi
osteoporosis di Thailand yaitu 17% pada pria dan 30%
pada wanita. Di Indonesia, prevalensi osteoporosis
sebesar 28,85% pada laki-laki dan 32,3% pada wanita.
 Menurut hasil analisis data yang dilakukan oleh
Puslitbang Gizi Departemen Kesehatan pada beberapa
provinsi menunjukkan bahwa masalah osteoporosis di
Indonesia telah mencapai pada tingkat yang perlu
diwaspadai yaitu 19,7%[6].
 Perubahan gaya hidup menjadi salah satu faktor penting
terjadinya osteoporosis, salah satunya adalah
meningkatnya konsumsi kopi.
 Konsumsi kopi harus dibatasi yaitu tidak lebih dari 100
mg/ hari untuk menjaga kesehatan tubuh[8]
 Hasil penelitian yang dilakukan oleh Prihatini
menyatakan bahwa 60,6% wanita dewasa
mengkonsumsi kopi sebanyak 2-6 gelas/minggu Hasil
penelitian tersebut menyatakan bahwa ada perbedaan
yang bermakna antara kebiasaan minum kopi dengan
osteoporosis dan proporsi risiko osteoporosis lebih
tinggi pada orang yang biasa minum kopi setiap hari[9
Rumusan Masalah

 Apakah terdapat hubungan antara konsumsi kopi


dengan risiko osteoporosis pada usia dewasa?
Tujuan Umum

 Menurunkan angka osteoporosis pada kalangan


usia dewasa dengan mengetahui hubungan
konsumsi kopi dengan risiko osteoporosis
Tujuan Khusus

 Mengetahui adanya hubungan antara konsumsi kopi


dengan risiko osteoporosis pada usia dewasa
 Mengetahui prevalensi risiko osteoporosis pada usia
dewasa dengan hubungannya mengkonsumsi kopi
Hipotesis

 Terdapat hubungan antara konsumsi kopi


dengan risiko osteoporosis pada usia dewasa
Manfaat

1. Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan


Memberi masukan dalam bidang ilmu kesehatan masyarakat untuk
menurunkan dan mencegah risiko terjadinya osteoporosis khususnya pada
usia dewasa.

2. Profesi/Institusi
Memberikan informasi dan pemahaman bagi dokter dan institusi
sehingga dapat membantu dalam penanganan yang lebih efektif terhadap
pasien yang menderita risiko osteoporosis, khususnya pada usia dewasa.

3. Bagi Masyarakat
Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat dan memberikan
informasi kepada masyarakat tentang kejadian osteoporosis yang
berhubungan dengan mengkonsumsi kopi.
BAB II
TINJAUAN, RINGKASAN
PUSTAKA DAN KERANGKA
TEORI
Tinjauan Pustaka
A. Osteoporosis
 Osteoporosis adalah penyakit tulang yang ditandai
dengan menurunnya massa tulang (kepadatan tulang)
secara keseluruhan akibat ketidakmampuan tubuh
dalam mengatur kandungan mineral dalam tulang dan
disertai dengan rusaknya arsitektur tulang yang akan
mengakibatkan penurunan kekuatan tulang yang dalam
hal ini adalah pengeroposan tulang, sehingga
mengandung risiko mudah terjadi patah tulang[3].
 Osteoporosis seringkali baru disadari jika telah terjadi
perubahan bentuk tulang ataupun jika telah terjadi
fraktur (patah tulang) karena trauma maupun spontan.
 World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa
sekitar 200 juta orang menderita osteoporosis
 Berdasarkan hasil analisis data risiko Osteoporosis dan
Puslitbang Gizi Depkes bekerja sama dengan Fonthera
Brands Indonesia menyatakan 2 dari 5 orang Indonesia
memiliki resiko osteoporosis.
 Osteoporosis dapat menyerang baik wanita maupun
pria. Risiko wanita di Indonesia mengalami osteoporosis
4 kali lebih tinggi daripada pria[3]
 Beberapa factor yang dapat menyebabkan osteoporosis
dibagi menjadi:
1.Faktor primer
- Riwayat keluarga
- Jenis Kelamin
- Usia
- Ras/Suku
2. Faktor sekunder
- Kurang aktivitas fisik
- Asupan kalsium rendah
- Kekurangan asupan vitamin D
- Konsumsi tinggi alcohol
- Merokok
B. Kopi
 Kopi merupakan sejenis minuman yang berasal dari
proses pengolahan biji tanaman kopi. Kopi digolongkan
ke dalam famili Rubiaceae dengan genus Coffea. Secara
umum kopi hanya memiliki dua spesies yaitu Coffea
arabica dan Coffea robusta16].
 Indonesia sendiri dikenal sebagai negara penghasil kopi
terbesar ke tiga di dunia pada tahun 2010 dengan
tingkat produksi sebesar 547 740 ton (ICO, 2012) [18].
C. Hubungan antara Konsumsi Kopi dengan Osteoporosis
 Kebiasaan mengkonsumsi kopi juga dapat menyebabkan
tulang keropos, rapuh dan rusak. Kandungan yang
terdapat dalam kopi salah satunya adalah kafein . Kafein
menghambat proses pembentukan massa tulang
(osteoblast).
 Pada keadaan normal, sel-sel tulang yaitu sel
pembangun (oesteoblas) dan sel pembongkar
(osteoklas) bekerja silih berganti, saling mengisi,
seimbang, sehingga tulang terjadi utuh. Apabila kerja
osteoklas melebihi kerja osteoblast, maka kepadatan
tulang akhirnya jadi keropos. Akibatnya, kalsium untuk
membentuk tulang terbuang bersama urin[3]
Ringkasan Pustaka
No Peneliti Lokasi Studi Desain Subjek Variabel Waktu Studi Hasil
1.
Faizah Lailla N, Fitranti Fakultas Cross Sectional Mahasiswi Usia, jenis Juni 2015 Tidak ada hubungan
Deny Y[19]. Peternakan dan Jurusan tergolong kelamin wanita, antara konsumsi kopi
Pertanian dewasa awal asupan protein, dengan risiko
Universitas yakni usia 19-24 fosfor, kalsium. osteoporosis
Diponegoro tahun kafein, dan
Semarang aktifitas fisik

2.
Prihatini S, Mahirawati K.V, Pada setiap 2 Cross Sectional Laki-laki dan Usia, jenis Pada tahun 2008 Ada hubungan antara
Jahari A.B, dkk [9]. kecamatan dan perempuan kelamin, genetik konsusmsi kopi
kabupaten di 3 dewasa asupan zat gizi, dengan risiko
provinsi (Sulawesi umur 25 sampai suplemen, osteoporosis
Utara, Yogyakarta, 70 tahun minums kopii,
Jawa Barat) alkohol, aktifitas
fisik,
merokok

3.
Juniarsana I Wayan , Kota Cross sectional Pada wanita dan Usia, Jenis Tidak ada hubungan
Wiardani Ni Komang Denpasar laki-laki lanjut kelamin, berat antara konsumsi kopi
usia badan, tinggi dengan risiko
badan, osteoporosis
pendidikan,
pekerjaan

4.
Parinduri F.K, Rahfiludin Fakultas Cross sectional 300 mahasiswa Usia, jenis Tahun 2012 Terdapat hubungan
M.Z,M. Fatimah Siti Kesehatan dgn 75 sampel kelamin antara konsumsi
Masyarakat Undip kopi dengan risiko
osteoporosis
Kerangka Teori
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN
DEFINISI OPERASIONAL
Kerangka Konsep

 Berdasarkan hubungan variable bebas dan variabel


tergantung, maka secara skematis kerangka konsep
dapat digambarkan seperti ini:
Definisi Operasional
N Variabe Definisi Alat Cara Hasil Ukur Skala Referens
o. l Ukur Menguk Ukur i
ur
1. Osteop Berkurangnya Bone T-skor Ordinal WHO
orosis massa tulang Tes Mineral 1. Normal
dan adanya DXA Density Bone Density
perubahan (calcanea (Tes = ≥-1
jaringan tulang l Kepadata 2. Low Bone
yang berakibat ultrasoun n Density
menurunnya d bone Tulang) (Osteopenia)
kekuatan tulang densitom = antara (-1)
dan etry – (-2.5)
meningkatnya 3.Osteoporosi
kerapuhan s = ≤ -2,5
tulang,sehingga
tulang mudah
patah
2. Kopi sejenis minuman Kuesione Wawanc 1.Tidak Ordinal A.
yang berasal r ara pernah Farida,
dari proses 2. Jarang E. R. R,
pengolahan biji 3. Sering dan A.
tanaman kopi C.
Kumoro,
“Penuru
nan
Kadar
Kafein
dalam
Biji
Kopi”
3. Usia Lama hidup KTP Wawanc 1. Dewa Ordinal Depkes
subjek ara sa awal = RI 2009
penelitian dari 26 – 35
sejak lahir tahun
sampai 2. Dewa
penelitian sa akhir =
dilakukan 36 -45
tahun
BAB IV
METODE PENELITIAN
 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik dengan menggunakan
rancangan penelitian cross sectional, digunakan untuk mengetahui hubungan antara
mengkonsumsi kopi dengan risiko osteoporosis pada usia dewasa

 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian dilakukan di RSUD Cipto Mangunkusumo. Penelitian ini dilakukan
mulai pada bulan Desember 2018 – Februari 2019

 Populasi
Populasi sasaran yang dipilih adalah seluruh pasien usia dewasa yang berobat
di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo

 Sampel
Sampel adalah pasien usia dewasa yang berobat osteoporosis di Rumah Sakit
Cipto Mangunkusumo Teknik pengambilan sampel yang dilakukan adalah secara
Non-Random Sampling dengan metode Consecutive Sampling. Metode ini adalah
memasukkan secara berurutan subyek yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi
sampai jumlah subyek penelitian terpenuhi.
 Kriteria Inklusi
1. Bersedia melakukan penelitian.
2. Berusia dewasa
3. Pasien risiko osteoporosis yang sedang berobat di poliklinik
4. Pasien yang memiliki data Bone Mineral Density (BMD)
5. Mampu berkomunikasi dengan baik

 Kriteria Eksklusi
1. Hamil
2. Pasien yang menderita risiko osteoporosis yang disebabkan oleh penyakit lain chlonic
rheumatoid, atritis, TBC splonditis
3. Lumpuh atau tidak dapat beraktifitas
 Penentuan Besar Sampel
Prevalensi sebesar 19,7%
1. Populasi Infinit
n = [(1.96)2 x 0.197 x 0.803] / (0.05)2
= 243.8 = 244
2. Populasi Finit
n = 244 / ( 1 + 244/200 ) = 109.9 = 110
= 110 + drop out 15% (17) = 127
Besar sampel minimal yang diperlukan 127 sampel

Bahan dan Instrumen Penelitian


Untuk mendapatkan data tentang pasien yang pernah atau sedang
mengalami risiko osteoporosis, peneliti membutuhkan suatu instrumen
untuk memperoleh data yaitu dengan kuesioner konsumsi kopi dan data
dari hasil pemeriksaan tes kepadatan tulang (BMD)
Alur Kerja Penelitian
 Analisis Data
1. Analisis Univariat
Analisa univariat merupakan metode analisis yang paling sederhana
untuk menganalisis setiap variabel dari hasil penelitian. Analisis univariat
berfungsi untuk meringkas kumpulan data dari hasil pengukuran
sedemikian rupa secara analisis deskriptif.
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariate digunakan untuk mencari hubungan antara variable
bebas (konsumsi kopi) dengan variable tergantung (risiko osteoporosis)
menggunakan uji Chi- Square untuk menguji hipotesis dan menentukan
nilai p. Karena tingkat kemaknaan sebesar 0,05 maka kriteria
bermakna (terdapatnya hubungan antara variable bebas dan
tergantung) apabila nilai p < 0,05
Daftar Pustaka
1. Anderson JJB. Nutrition and Bone Health. In:Mahan K, Escott-Stump S, editors. Krause’s
food,nutrition and diet therapy 12th edition. Philadelphia: Saunders;2008;614-33.
2. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI.Data dan Kondisi Penyakit Osteoporosis
di Indonesia. 2015.
3. Depkes,R.I. Klasifikasi Umur Menurut Kategori. Jakarta: Ditjen Yankes. 2009. Available at :
http://depkes.go.id. Accessed 03 October 2018
4. Indonesian Osteoporosis Foundation. Osteoporosis In Indonesia. Available at :
nhttp://www.iofbonehealth.org. Accessed October 04 2018
5. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
nomor 1142 / Menkes/SK/XII/2008 tentang Pedoman PengendalianOsteoporosis; 2008.
6. Farida A, E. R. R, dan Kumoro AC. Penurunan kadar kafein dan asam total pada biji kopi
robusta menggunakan teknologi fermentasi anaerob fakultatif dengan mikroba nopkor MZ-
15.Ed 2. J. Teknol. Kim. dan Indonesia 2013;2:70–75
7. Anwar, F. and Febriana, I.D. Persepsi Terhadap Konsumsi Kopi dan Teh. Jurnal Gizi dan
Pangan.2009;4(1):20–28
8. Jahari AB, Prihatini S. Faktor determinan risiko osteoporosis di tiga provinsi di Indonesia.
Media Litbang Kesehatan. 2010; 20(2): 91-9.
9. Cosman F, de Beur SJ, LeBoff MS, Lewiecki EM, Tanner B, Randall S, et al. Clinician's guide to
prevention and treatment of osteoporosis. Osteoporos Int 2014; 25: 2359-81. doi:
10.1007/s00198-014-2794-2.
Daftar Pustaka
10. Baxter-Jones AD, Eisenmann JC, Mirwald RL, Faulkner RA, Bailey DA. The influence of
physical activity on lean mass accrual during adolescence: a longitudinal analysis. J
Appl Physiol. 2008; 105:734–41. doi: 10.1152/japplphysiol.00869.2007
11. Pinheiro MM, Reis N, Machado ET, Felipe FS, Yang O, Szejnfeld JH, et al. Risk factors for
osteoporotic fractures and low bone density in pre and postmenopausal women. Rev
Sau Pub. 2010;44:479–85
12. Gropper SS, Smith JL, Groff JL. Advanced Nutrition and Human Metabolism. 5th ed.
Australia: Wadsworth. 2009; 429-67.
13. Moyer VA. Vitamin D and calcium supplementation to prevent fractures in adults: U.S.
Preventive Services Task Force recommendation statement. Ann Intern Med 2013; 158:
691-6. doi: 10.7326/0003-4819-158-9-201305070-00603.
14. Tucker KL, Jugdaohsingh R, Powell JJ, et al. Effects of beer, wine, and liquor intakes on
bone mineral density in older men and women. Am J Clin Nutr 2009;89:1188–1196. doi:
10.3945/ajcn.2008.26765
15. Snel J, Lorist MM. Effects of caffeine on sleep and cognition. Progress in Brain Research
2011;190: 105–17. doi: 10.1016/B978-0-444-53817-8.00006-2
16. ICO (2012). Monthly Coffee Market Report. Available at : http://www.ico.org/. Accessed
at 5 October 2018
17. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian.Kementerian Pertanian.Data Konsumsi Kopi
di Indonesia tahun 2016-2021.
18. Wetmore CM, Ichikawa L, LaCroix AZ, Ott Sm, Scholes D. Association between caffeine
intake and bone mass among young women: potential effect modification by depot
medroxyprogesterone acetate use. Osteoporosis International. 2008; 19: 519-27. doi:
10.1007/s00198-007-0473-2

You might also like