Professional Documents
Culture Documents
NOVEMBER 2018
ABSES PARU
PENDAHULUAN
Abses paru adalah jenis nekrosis liquefaktif jaringan
paru dan pembentukan rongga (lebih dari 2 cm) yang
mengandung debris nekrotik atau cairan yang
disebabkan oleh infeksi mikroba, cairan tersebut berisi
nanah (pus) yang terbatas hanya di parenchyma paru
Khas dari Abses Paru adalah batuk dengan sputum
berwarna anchovy atau seperti nanah yang banyak dan
berbau amis disertai penurunan berat badan
BIODATA PASIEN
Nama : Ny. Na
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 40 tahun
Alamat : Residen 2000
Status : menikah
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Suku : Makassar
Tanggal MRS : 09 September 2018
RESUME
Pasien masuk rumah sakit dengan keluhan sesak sejak 1 hari
sebelum masuk rumah sakit. Sesak yang dirasakan tidak dipengaruhi
oleh aktivitas. Pasien menyangkal sesak saat berjalan, terbangun di
malam hari karena sesak, maupun tidur dengan lebih dari satu bantal.
Sejak 4 bulan sebelum masuk rumah sakit pasien mengalami
batuk-batuk berdahak berwarna kuning kehijauan dan berbau amis.
Batuknya dialaminya sepanjang waktu, tidak dipengaruhi cuaca maupun
aktivitas. Pasien pun mengaku demam, mual, muntah bila makan, nyeri
ulu hati, lemas, nafsu makan menurun sehingga berat badan pasien
dirasakan berkurang. Pasien pun mengeluh nyeri dada sebelah kanan
seperti ditusuk-tusuk dan menjalar sampai ke dada belakang. Buang air
besar dan buang air kecil seperti biasa.
Pasien mengaku, selama ini tidak pernah berobat ke dokter
maupun dirawat di RS. Namun pasien menyangkal tidak pernah merasa
sakit. Batuk dan flu pernah dialami pasien, namun tidak berobat ke RS,
hanya minum obat yang dibeli di warung saja. Pasien menyangkal
pernah minum obat paru selama 6 bulan maupun buang air kecil
berwarna merah ketika minum obat.
Pasien menyangkal pernah mengalami gangguan menelan atau
sering tersedak jika makan maupun minum. Dalam hal kebersihan
mulut, pasien mengaku, jarang menggosok gigi ataupun memperhatikan
kebersihan mulutnya. Pasien mengakui banyak giginya yang berlubang
dan terdapat gigi-gigi yang patah.
Saat di anamnesis pasien sudah menjalani perawatan selama 2
hari, dan saat ini sesak pasien sudah berkurang. Selama perawatan,
kondisi pasien dapat dikatakan telah mengalami perbaikan, sehingga
pasien dapat pulang dan rawat jalan dengan kondisi yang lebih baik
dari sebelumnya.
Riwayat penyakit dengan keluhan yang sama sebelumnya,
disangkal. Riwayat penyakit yang sama pada keluarga, disangkal.
Riwayat penyakit dahulu, disangkal.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital pasien dalam batas
normal. Pada mata didapatkan konjungtiva anemis. Pada gigi terdapat
karies. Pada pemeriksaan thoraks didapatkan dada kiri dan kanan
simetris, gerakan dinding kiri sama dengan kanan, vocal fremitus +↓/+,
Sonor +/+, pekak -/+ setinggi costae IX, dan saat auskultasi terdengar
bunyi vesikuler +/ ↓, Rh (-/-), wh (-/-). Pada cor; Ictus cordis tidak
tampak dan tidak teraba. Pada pemeriksaan didapatkan abdomen
simetris dan terdapat nyeri tekan epigastrium.
Pada pemeriksaan foto thorax posisi PA didapatkan TB dupleks
lama aktif, atelaktasis kanan, suspek abses paru kanan, dan efusi
pleura kanan. Pada pemeriksaan darah rutin didapatkan hasil RBC 3,56
x 106/uL, HGB 8,2 g/dL, HCT 27,5%, MCV 77,2 fl, MCH 23,0 Ps, MCHC
29,8 s/dL, PLT 531 x 103/uL dan pemeriksaan lainnya didapatkan SGPT
36 U/L. Pada pemeriksan specimen TCM didapatkan hasil MTB non
detected.
Pengobatan yang diberikan pada pasien ini yaitu Infus RL 20 tpm,
cefoperazone 12jam/iv, ambroxol 3x1, codein 3x1, methyl prednisolon
4 ml 3x1, clindamisin 300 gr 2x1 dan curcuma 3x1.
PEMBAHASAN
Dari anamnesis, pemeriksaan fisis dan penunjang diatas maka
pasien didiagnosis sebagai abses paru.
Abses paru adalah jenis nekrosis liquefaktif jaringan paru dan
pembentukan rongga (lebih dari 2 cm) yang mengandung debris
nekrotik atau cairan yang disebabkan oleh infeksi mikroba,
cairan tersebut berisi nanah (pus) yang terbatas hanya di
parenchyma paru.
Klasifikasi : dapat dibagi menjadi akut (kurang dari 6 minggu)
dan kronis (lebih dari minggu).
Disebut abses primer bila infeksi diakibatkan aspirasi sekresi
orofaring (infeksi gigi/ periondental, sinusitis nasal, keadaan
gangguan kesadaran gangguan pembengkakan, penyakit refluks
gastro-oesophageal, sering muntah, necrotizing pneumonia atau
pada pasien immunocompromised.
Abses paru sekunder terjadi pada obstruksi bronkus (oleh tumor,
benda asing atau pembesaran kelenjar getah bening), dengan
penyakit paru-paru bersamaan (bronkiektasis, emfisema bulosa,
fibrosis kistik, infark paru yang terinfeksi, kontusio paru),
kemudian menyebar dari situs ekstrapulmoner-hematogen
(sepsis abdomen, endokarditis infektif, kanula terinfeksi atau
kateter vena sentral, tromboemboli septic) atau dengan
penyebaran bronkogenik (aspirasi, inhalasi).
Faktor predisposisi : alcohol (50%, Ca Bronkogenik (25%),
karies gigi (20%), penyalagunaan obat (contoh steroid) 3,3%,
epilepsy (6,6%)
Etiologi :
Aspirasi prone host
Bakteri anaerob ditambah microfilik dan atau anaerob
streptococcus, Gamella spp.
Emboli (endovaskuler) lesi : biasanya Staphylococcus aureus,
pseudomonas aeruginosa, Fusobacterium necrophorum
Endemic fungi : Histoplasma, Blastomyces, Coccidioides spp.
Mycobacteria : M.Tuberculosis, M.Kansasii, M.avium
Immunocompromised Host, seperti M.tuberculosis, Nocardia
asteroid, Rhodococcus equi, Legionella spp, Pseudomonas
Aeruginosa, Enterobacteriaceae (terutama Klebsiella
pneumonia), Aspergillus spp, Cryptococcus spp.
Proviously Healthy Host
Bakteri : S. aureus, S.milleri, K.pneumonia, grup A
sterptoccocus, Gamella, Legionella, and Actinomyces spp.
Parasit : Entamoeba histolytica, Paragonimus westernani,
Strongyloides stercoralis
GAMBARAN KLINIK
Badan terasa lemas
Nafsu makan menurun
Berat badan menurun
Keringat dingin malam hari
Demam interminten disertai menggigil dengan suhu mencapai 39,40C
Batuk berdahak dengan sputum berwarna anchovy atau seperti nanah dan
berbau amis
Nyeri dada
PEMERIKSAAN FISIK
nyeri tekan local
pada daerah terbatas perkusi terdengar redup dengan suara
napas bronchial.
Bila abses luas dan letaknya dekat dengan dinding dada
kadang-kadang terdengar suara amforik.
Biasanya juga terdengar suara ronkhi.
Bila abses paru letaknya dekat pleura dan pecah akan
terjadi piotoraks (empiema torakis) sehingga pada
pemeriksaan fisik ditemukan pergerakan dinding dada
tertinggal pada tempat lesi, fremitus vocal menghilang,
perkusi redup/pekak, bunyi nafas menghilang dan terdapat
tanda-tanda pendorongan mediastinum terutama
pendorongan jantung kea rah kontra lateral tempat besi.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
RADIOLOGI :
Foto thoraks : ditemukan satu satu kavitas, tetapi dapat juga
multi-kavitas berdinding tebal, dapat pula ditemukan
permukaan udara dan cairan di dalamnya
USG : Abses perifer yang berbatasan dengan pleura atau
hanya paru terkompresi atau terkonsolidasi dapat terlihat,
dan tidak boleh disalahartikan sebagai empiema. Paru-paru
yang terkonsolidasi dapat meniru koleksi cairan dengan gema
tingkat rendah
CT-Scan : berupa lesi dens bundar dengan kavitas berdinding
tebal, permukaan luminal tidak teratur, dan terletak di
daerah jaringan paru yang rusak. Tampak bronkus dan
pembuluh darah paru berakhir secara mendadak pada
dinding abses, tidak tertekan atau berpindah tempat.
1) Tentukan Klasifikasi Asma !