You are on page 1of 22

 Kejang karena cuaca panas

Heat cramps atau kekakuan-kejang otot disebabkan kekurangan elektrolit.


Pengobatan:
1. Bawa ke tempat teduh
2. Berikan minuman berelektrolit
 Kelelahan karena cuaca panas
Heat exhaustion, sering karena upacara lama, disebabkan dehidrasi.
Gejala seperti syok ringan, kulit lembab.
Pengobatan:
1. Bawa ke tempat teduh
2. Berikan minuman
 Stroke karena cuaca panas
Gejala:
1. Demam sangat tinggi
2. Karena demam, oksigen meningkat dan menyebabkan sesak
3. Penurunan kesadaran
4. Kulit kering, tidak berkeringat
Pengobatan:
1. Bawa ke tempat teduh
2. Dinginkan secepat mungkin (siram dengan air es)
3. Bawa ke RS: penderita memerlukan ICU
Masuknya suatu zat ke dalam tubuh kita yang
dapat mengganggu kesehatan bahkan dapat
menimbulkan kematian. Seseorang dapat
mengalami keracunan dengan cara tertelan
melalui mulut, terhisap melalui hidung,
terserap melalui kulit/mata dan suntikan.
Racun sendiri ialah suatu zat yang apabila masuk ke dalam tubuh
dalam jumlah tertentu dapat menimbulkan reaksi tubuh yang tidak
diingikan bahkan kematian. Reaksi kimia yang terjadi dapat merusak
jaringan tubuh ataupun mengganggu fungsi tubuh. Berbeda dengan
penggunaan obat dikarenakan reaksi penggunaan obat umumnya
sudah diketahui dan diinginkan, namun adakalanya juga reaksi obat
menimbulkan hal yang tidak diinginkan seperti gatal, sesak nafas,
lemas, mual, dsj.
1. Insektisida (pembasmi serangga).
2. Sianida (sering ditemui pada singkong beracun).
3. Logam berat (timah hitam pada asap kendaraan bermotor).
4. Bisa binatang (bisa ular, kalajengking, dsj).
5. Bahan kimia yang bersifat korosif (dapat menyebabkan luka
bakar pada bagian tubuh dalam jika masuk ke dalam tubuh).
1. Sengaja Bunuh Diri.
 Penderita sengaja menelan, menghirup ataupun menyuntikkan
suatu ibat dalam junlah melebihi dosis pengobatan atau benda
lain yang sebenarnya tidak ditujukan untuk dikonsumsi dengan
cara-cara tersebut di atas. Sering menyebabkan kematian jika
tidak segera mendapat pertolongan. Contoh : minum racun
serangga, obat tidur berlebihan, dsj.
2. Keracunan Tidak Disengaja.
 Terjadi akibat terpapar bahan beracun secara tidak sengaja, contoh :
o Mengkonsunsi bahan makanan/minuman yang tercemar oleh kuman ataupun zat kimia
tertentu.
o Salah minum yang biasanya dialami oleh anak-anak atau orang lanjut usia yang sudah
pikun (misal obat kutu anjing disangka susu, dsj).
o Makan singkong yang memiliki kadar sianida tinggi.
o Udara yang tercemar gas beracun, dsj.
3. Penyalahgunaan Obat.
 Obat yang dikonsumsi selain untuk pengobatan.
1. Mulut / Alat Pencernaan.
 Umumnya terkait dengan bahan-bahan yang terdapat di rumah tangga.
o Obat-obatan misalnya obat tidur/penenang yang dikonsumsi dalam jumlah banyak atau
diminum dengan bahan lain sehingga menimbulkan keracunan.
o Makanan yang mengandung racun (misal : singkong beracun), makanan kadaluarsa
serta makanan yang tidak dipersiapkan dengan baik/tercemar.
o Obat nyamuk, minyak tanah, dsj.
o Makanan/minuman yang mengandung alkohol (minuman keras).
2. Pernafasan.
 Umumnya berupa gas, uap dan bahan semprotan.
o Menghirup gas/udara beracun, misal : gas mobil dalam keadaan mobil tertutup, uap minyak
tanah, dsj.
o Kebocoran gas industri, misal : amonia, klorin, dsj.
3. Kulit / Kontak (Absorsi).
 Racun yang terserap ada kalanya dapat merusak kulit. Racun yang masuk dari kulit secara perlahan
terserap aliran darah.
o Umumnya zat kimia pertanian seperti insektisida, pestisida maupun zat kimia yang bersifat
korosif.
o Tanaman.
o Tersentuh binatang yang mengandung racun pada kulitnya ataupun bagian tubuhnya yang lain
(umumnya pada binatang yang hidup di air).
1. Penurunan respon, gangguan status mental (gelisah, takut, dsj)
2. Gangguan pernafasan
3. Nyeri kepala, pusing ataupun gangguan pengelihatan.
4. Mual ataupun muntah.
5. Lemas, lumpuh ataupun kesemutan.
6. Pucat ataupun kulit kebiruan.
7. Kejang.
8. Syok.
9. Gangguan irama detak jantung ataupun pernafasan.
1. Mulut / Alat Pencernaan.
o Mual ataupun muntah.
o Nyeri perut.
o Diare.
o Nafas ataupun mulut yang berbau.
o Suara parau, nyeri di saluran cerna (mulut dan kerongkongan).
o Luka bakar atau sisa racun di daerah mulut.
o Produksi air liur yang berlebih ataupun mulut menjadi berbusa.
2. Pernafasan.
o Gangguan pernafasan ataupun pernafasan.
o Kulit kebiruan.
o Nafas berbau.
o Batuk ataupun suara parau.
3. Kontak / Kulit (Absorsi).
o Daerah kontak berwarna kemerahan, nyeri, melepuh dan meluas.
o Syok anafilaktik (gejala alergi yang mengancam nyawa yang dapat menyebabkan penderita tidak sadarkan
diri, melebarnya pembuluh darah, naiknya denyut nadi, menurunnya tekanan darah, menyempitnya saluran
nafas, ruam pada kulit, mual dan anggota gerak yang hangat).
4. Suntikan / Gigitan.
o Luka di daerah suntikan ataupun gigitan berupa luka tusuk atau bekas gigitan.
o Nyeri pada daerah sekitar suntikan ataupun gigitan dan kemerahan.
 Pada Kasus Gigitan Ular :

o Demam, Mual dan muntah, Lemah dan Pingsan, Nadi cepat dan lemah, Kejang. Dan Gangguan pernafasan.
1. Amankan tempat kejadian.
2. Pengamanan penolong dan penderita apabila diketahui zat racun berupa gas.
3. Keluarkan penderita dari daerah yang berbahaya.
4. Lakukan penilaian dini (respon, nafas dan nadi) dan lakukan resusitasi jantung paru (RJP) bila perlu.
5. Periksa jalan nafas apabila respon penderita menurun ataupun jika penderita muntah.
6. Berikan oksigen bila ada.
7. Amankan pembungkus, sisa muntahan dan sejenisnya untuk identifikasi jenis racun.
8. Periksa tanda vital secara berkala (nafas dan nadi) dan rujuk ke fasilitas kesehatan terdekat.
1. Mencegah dan menghentikan penyerapan racun.
a. Bila racun ditelan
 Encerkan racun yang ada dilambung dengan cairan yang banyak seperti
air biasa, susu, norit yang telah dilarutkan.
 Upayakan muntah, efektif bila dilakukan dalam 4 jam setelah racun
ditelan
 Bawa hasil muntahan untuk dilakukan pemeriksaan laboratorium
 Jangan lakukan muntah buatan pada penderita dengan keracunan zat
korosif atau tidak sadar
1. Mencegah dan menghentikan penyerapan racun.
b. Bila racun melalui kulit/mata
 Pakaian yang terkontaminasi dilepas
 Cuci/bilas bagian yang terkena dengan air yang mengalir. Bila racun
berbentuk serbuk lakukan penyapuan serbuk terlebih dahulu kemudian
dibilas dengan air
 Perhatikan jangan sampai penolong terkena
1. Mencegah dan menghentikan penyerapan racun.
c. Bila racun melalui inhalasi
 Pindahkan penderita ke tempat yang aman berlawanan dengan arah
angin.
 Berikan oksigen konsentrasi tinggi.
 Jangan lakukan nafas buatan mulut ke mulut.
2. Pengobatan Simpomatik
 Bila gangguan pernafasan lakukan resusitasi
 Pemberian antidot yang spesifik dan tidak spesifik
 Pemberian obat diuresis
 Rasa nyeri dapat dihilangkan dengan anti nyeri
3. Segera Evakuasi
Gigitan Ular.
o Amankan diri penolong dan tempat kejadian.
o Tenangkan penderita.
o Lakukan penilaian dini (respon, nafas dan nadi).
o Rawat luka serta pasang bidai bila diperlukan.
o Pasang (ikat) pembalut elastis pada daerah gigitan.
o Jika tidak berbahaya bawa ular yag menggigit untuk identifikasi jenis
racun.
o Rujuk ke fasilitas kesehatan terdekat.
Luka yang biasa disebabkan oleh paparan
bahan kimia seperti zat asam, basa atau hasil
pengolahan minyak. Zat bersifat basa lebih
kuat dari zat bersifat asam karena bisa
menembus jaringan lebih dalam.
Berat ringannya luka sangat dipengaruhi oleh
lamanya waktu kontak, konsentrasi dan jumlah
zat kimia yang terpapar.
 Selalu proteksi diri
 Apabila zat kimia bersifat cair, langsung semprot dengan air mengalir. Untuk zat
kimia yang bersifat asam lakukan penyemprotan selama 30 menit, apabila basa
lebih dari 30 menit.
 Untuk luka terkena paparan zat alkali pada mata diperlukan irigasi terus menerus
selama 8 jam.
 Apabila zat kimia berbentuk bubuk, sapu dulu sampai zat kimia tipis, baru siram.

You might also like