Professional Documents
Culture Documents
Penanggulangan Bencana
UU No 24 Tahun 2007
Penanggulangan bencana bertujuan untuk:
• Memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman bencana;
• Menyelaraskan peraturan perundang-undangan yang sudah ada;
• Menjamin terselenggaranya penanggulangan bencana secara terencana,
terpadu, terkoordinasi, dan menyeluruh;
• Menghargai budaya lokal;
• Membangun partisipasi dan kemitraan publik serta swasta;
• Mendorong semangat gotong royong, kesetiakawanan, dan
kedermawanan; dan
• Menciptakan perdamaian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
Partisipasi masyarakat
• Pencegahan dan pengurangan bencana tidak mungkin dilakukan
sendiri oleh pemerintah.
• Semakin besar partisipasi masyarakat, akan semakin besar tingkat
kesuksesan dalam mencegah dan mengangani bencana yang dialami
masyarakat.
• Minimnya dukungan masyarakat pada masa lalu disebabkan
anggapan bahwa penanggulangan bencana adalah wujud fungsi
pemerintah dalam perlindungan rakyat. Akibatnya, rakyat
mengharapkan penanggulangan bencana sepenuhnya dilaksanakan
oleh pemerintah.
Partisipasi adalah keterlibatan mental dan emosional dari orang dalam situasi kelompok. Dan mendorong mereka untuk berkontribusi pada tujuan kelompok, dan juga berbagai
tanggung jawab dalam mencapai tujuan – Newstrom
PP No. 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penaggulangan
Bencana khususnya pada Paragraf 5 Pasal 87 point (1)
Pra Bencana Pencegahan dan Pratiwi (2013) menyebutkan a. Masyarakat penyuluhan dalam Pemerintah mengamanatkan pelaksanaan persiapan Aceh, DIY ,
Mitigasi Perencanaan di kawasan pasca mempersiapkan diri dan masyarakat pada pra bencana pada daerah-daerah yang Kep.
Mitigasi Pasif bencana dapat menciptakan lingkungannya rawan bencana. Hal ini diharpkan dapat meningkatkan Mentawai
Penyusunan peraturan, lingkungan permukiman yang menghadapi bencana kapasitas masyarakat yang tanggap terhadap bencana
Pembuatan Peta Rawan antisipatif terhadap kemungkinan a. Masyarakat ikut serta dalam sehingga dapat mengurangi besarnya resiko bahaya.
Bencana, Analisis bencana. memberikan informasi sesuai Jalur evakuasi, bangunan dan bukit evakuasi beserta
Resiko dan Bahaya, Mercer (2009), perencana harus dengan kearifan lokal daerah penunjuk arahnya sudah disediakan tetapi ternyata pada
Litbang, Pembentukan melibatkan kearifan lokal dan ilmu masing-masing guna prakteknya di Aceh masih ditemui permasalahan
forum masyarakat pengetahuan untuk mengurangi mewujudkan lingkungan yang misalnya sempitnya jalur evakuasi. Semakin bertambah
resiko bencana. antisipatif terhadap bencana waktu Indonesia menjadi semakin lebih baik
meliputi desain bangunan, persiapannya pada pra bencana. Bahkan saat ini telah
Mitigasi Aktif
bahan bangunan dll. disusun Rencana Pengurangan Resiko Bencana di
Penempatan tanda
b. Akademisi dan Peneliti kawasan-kawasan Rawan Bencana oleh KemenPU.
peringatan, Penyuluhan,
melakukan penelitian terkait Tetapi idak kalah penting yaitu perlunya arahan dan
Pelatihan dasar
lingkungan permukiman yang kontrol supaya pelasanaan rencana tersebut berjalan
kebencanaan,
antisipatif terhadap optimal.
Pengembangan SDM. Selain itu dalam merencanakan lingkungan juga harus
kemungkinan bencana
memperhatikan kearifan dan budaya lokal karena pada
umumnya masyarakat pribumi memiliki pengetahuan
tidak tertulis terkait pengurangan resiko bencana.
Partisipasi Masyarakat Di Daerah Rawan Bencana
Partisipasi masyarakat sangat diperlukan pada tahap saat tanggap darurat.
Kegiatan (Peraturan
Kepala BNPB No.4 Tahun Tinjauan Literatur
Tahap Bentuk Partisipasi Masyarakat Analisis Contoh Lokasi
2008) (Jurnal)
Pra bencana Kesiapsiagaan a. Masyarakat membentuk posko peringatan Kesiapsiagaan dilaksanakan untuk Kawasan ,
saat terdapat Pembentukan POSKO, bencana dan melakukan pembagian job mengantisipasi kemungkinan terjadinya Rawan
Potensi bencana pelatihan siaga/ simulasi, desk terhadap anggota posko dan menyusun bencana guna menghindari jatuhnya korban Bencana :
peringatan, rencana rencana kontingensi jiwa, kerugian harta benda dan berubahnya tata Aceh, Nias,
kontingensi, mobilisasi b. Masyarakat mengikuti pelatihan bencana kehidupan masyarakat. Masyarakat secara rutin DIY, Jateng
sumber daya dll. secara berkala seperti yang telah dilakukan telah mengikuti pelatihan siaga/simulasi
di Aceh dengan mengikuti petunjuk yang sehingga diharapkan masyarakat lebih tanggap
telah ditentukan. terhadap bencana dan mengetahui langkah-
langkah apa yang harus dilakukan ketika terjadi
bencana.
Tanggap Pernyataan Bencana, Rakyat bergerak lebih cepat a. Pemberian bantuan darurat oleh sector Tahap Tanggap Darurat merupakan tahap Solidaritas
Darurat Bantuan Darurat daripada pemerintah yang swasta, NGO penindakan atau pengerahan pertolongan untuk Sosial di
menunjukkan komunitas local b. Solidaritas sosial warga dalam menolong membantu masyarakat yang tertimpa bencana, DIY, Jawa
memiliki kecerdasan lokal sesama pada masa tanggap darurat guna menghindari bertambahnya korban jiwa.
sehingga lebih tanggap terhadap Masyarakat saling menolong setelah terjadinya
bencana (Zamroni, 2011) bencana seperti yang terjadi di DIY dimana
Dana masyarakat yang rakyat bergerak cepat menolong sesama yang
dikumpulkan oleh media massa menunjukkan budaya gotong royong. Selain itu
cetak maupun elektronik kepedulian masyarakat di wilayah lain juga
melalui pembukaan rekening ditunjukkan melalui aksi bantuan melalui media
amal massa baik cetak maupun elektronik, bantuan
dari swasta serta NGO.
Partisipasi Masyarakat Di Daerah Rawan Bencana
Partisipasi masyarakat sangat diperlukan pada tahap pascabencana.
Kegiatan
(Peraturan
Tahap Kepala BNPB No.4 Tinjauan Literatur (Jurnal) Bentuk Partisipasi Masyarakat Analisis Contoh Lokasi
Tahun 2008)
Pasca Kaji Bencana, Ganapati dan Ganapati (2009), a. Masyarakat sudah dilibatkan Tahap pemulihan meliputi tahap rehabilitasi dan Aceh, DIY, ,
Bencana masyarakat harus aktif dilibatkan melalaui program REKOMPAK rekonstruksi. Upaya yang dilakukan pada tahap Jateng,
Rehabilitasi dan dalam perencanaan. Selain itu Pemda JRF yang dikelola oleh rehabilitasi adalah untuk mengembalikan kondisi daerah Pangandaran
Rekonstruksi dan Organisasi Berbasis Masyarakat Kementerian PU. Program ini yang terkena bencana yang serba tidak menentu ke (Jabar)
hendaknya dilibatkan dalam proses melibatkan partisipasi total kondisi normal yang lebih baik, agar kehidupan dan
perencanaan melalui diskusi dan masyarakat dalam rekonstruksi penghidupan masyarakat dapat berjalan kembali.
konsultasi. Pendekatan yang dan rehabilitasi perumahan pasca
Sedangkan tahap rekonstruksi merupakan tahap untuk
dilakukan dalam rekonstruksi bencana.
membangun kembali sarana dan prasarana yang rusak
sebaiknya tidak berbasis proyek b. Selain itu masyarakat juga
sehingga lemahnya kapasitas lokal. diberdayakan untuk lebih peduli akibat bencana secara lebih baik dan sempurna. Oleh
terhadap lingkungannya, dan sebab itu pembangunannya harus dilakukan melalui suatu
berinovasi untuk pengembangan perencanaan yang didahului oleh pengkajian dari
lingkungannya. berbagai ahli dan sektor terkait. Masyarakat sudah
berperan aktif dalam program rekonstruksi dan
rehabilitasi pasca bencana. Adapun pendekatan yang
dilakukan tidak berbasis proyek tetapi pemberdayaan.
Anggaran REKOMPAK JRF ini dalam bentuk bantuan
sosial bukan belanja modal (berbasis proyek). Metode
yang digunakan pada umumnya menggunakan
Participatory Research Appraisal (PRA) dimana
masyarakat yang menentukan tujuan dan sasaran,
mengidentifikasi potensi masalah dan daya dukung,
menyusun rencana dan strategi serta menyusun prioritas.