You are on page 1of 30

Kelompok 2

KASUS 2
Tuan T Menderita Demam 1 Bulan

 Tuan T 30 tahun, seorang sopir truk antar pulau datang ke unit gawat
darurat RSUD dengan keluhan demam lebih dari 1 bulan. Tuan T
merasakan demam naik-turun tidak terlalu tinggi disertai mencret; sudah
berobat beberapa kali ke berbagai tempat praktek tetapi tidak sembuh.
Batuk dengan dahak berwarna kuning dan merasa sedikit sesak disertai
nyeri dada kanan saat batuk. Keringat malam (+). Napsu makan dan berat
badan menurun sekitar 10 kg selama sakit ini. Tidak ada mual dan
muntah. Buang air kecil lancar tak ada masalah. Tuan T mempunyai
kebiasaan merokok 2 bungkus per hari dan peminum alkohol sejak SMP.
Hubungan seks bebas dengan PSK sering dilakukan untuk mengusir sepi.

 Key words : demam, batuk, mencret, berat badan menurun, seks bebas
Klarifikasi istilah
 Batuk : respon alami dari tubuh sebagai system pertahanan untuk
mengeluarkan zat dan partikel dari saluran pernafasan serta mencegah
benda asing masuk ke saluran nafas bawah
 Demam : kondisi suhu tubuh tinggi melebihi suhu normal (peroral >37,5C)
(rektal >38C). Sistem kekebalan tubuh untuk melawan infeksi akibat virus,
bakteri, parasite.
 Seks bebas : perilaku penyimpangan seksual ( sex pra nikah,bebas berganti
pasangan, seks sejak dini)
 Sputum : lendir dan materi lain yg dibawa dari paru-bronkus-trakea yg di
muntahkan atau di batukan.
 Diare / mencret : BAB, tinja cair, ½ cair, frekuensi meningkat. Perubahan
konsistensi feses dan frekuensi (> 3x)
Identifikasi Masalah
 Tuan T, 30 tahun demam llebih dari 1 bulan (naik turun)
 Mencret , dahak berwarna kuning, sesak dan nyeri dada,
keringat malam, nafsu makan dan BB menurun
 Merokok 2 bungkus per hari dan meminum alcohol sejak
smp, seks bebas
 Profesi supir truk lintas pulau
 Berobat tapi tidak sembuh
Tuan T Hub. Alkohol dgn infeksi
Brainstorming 30 tahun Hub. Rokok dgn infeksi saluran nafas

Faktor resiko:
Faktor resiko:
- Merokok 2 bungkus/hri
HIV Sex bebas dengan
- Minum alkohol sejak smp
PSK

BB Keringat Sesak
- Definisi Demam Batuk Mencret napas &
- Cara Turun dingin
nyeri
penularan >1bln Berdahak 1 bulan Nafsu makan dada
- Diagnosis Naik-turun berwarna turun
- Epidemiologi kuning Turun 10 kg
- DD/faktor
resiko
Definisi
penyakit DD
Etiologi
menular Tatalaksana
Klasifikasi
sexual Diagnosis
Patofisiologi
Komplikasi Hub. HIV-TB TB Paru Patogenesis
pencegahan
epidemiologi
Learning objektif
1. Demam >1 bulan, naik turun (klasifikasi, etiologi, patofisiologi)
2. Mencret/diare >1 bulan(etiologi, patofisiologi)
3. Diagnosis banding penyakit menular seksual
4. Patofisiologi hubungan alkohol dengan infeksi TB
5. Patofisiologi hubungan merokok dengan infeksi TB
6. Hubungan TB dengan HIV/AIDS (manifestasi, diagnosis, patofisiologi)
7. HIV/AIDS (Stadium klinis, manifestasi, diagnosis, faktor resiko)
8. Tatalaksana
9. Prognosis
10. Komplikasi
11. Pencegahan
Klasifikasi demam
Demam di stimulasi oleh sel darah putih
Patofisilogi demam
Sel darah putih akan mengeluarkan zat pirogen,
endogen
 Terjadi karena suatu zat pirogen :
1. Eksogen : dari mikroorganisme Merangsang endothelium hypothalamus untuk
menghasilkan prostaglandin.
2. Endogen : iL-1, iL-6, TnF a, IFN
(interferon)
Hipothalamussuhu yg sekarang rendah dan
memicu mekanisme vasokontriksi kulit dan
menggigil. Produksi panas meningkat

Demam 3 fase.

• Pendinginan, vasokontriksi kulit.


• Keseimbangan -> mulai stabil.
• Kemerahan -> suhu menurun, vasodilatasi
pembuluh darah meningkat
Etiologi diare
 Infeksi :
1. Enteral ( bakteri, virus, parasite, jamur)
i. -inflammatory diarrhea ( diare+dahak)
ii. -non-inflammatory diarrhea ( diare cair)
iii. -penetration (demam).
2. Parenteral (bronkopenumonia, ensefalitis)
 Malabsorbsi (karbohidrat, lemak, protein)
 Makanan ( alergi, racun, basi)
 Psikologis ( takut / cemas)
 Lingkungan ( air yg kurang bersih)
 Kekebalan tubuh menurun ( AIDS)
Virus masuk ke Enterotoksin dan Patofisiologi diare
Infeksi pada sel
tubuh sitotoksin

Merusak sel dan


melekat pada dinding
usus

Gangguan sekresi Gangguan osmotik Motilitas usus

Peningkatan Pergeseran air ke


pengeluaran air dan elektrolit Hiperperistaltik usus
elektrolit

Gangguan asam-
Hipoglikemi Dehidrasi Gangguan sirkulasi
basa
Diagnosis Banding Penyakit Menular Seksual
 Bakteri
-kencing nanah
-sifilis
 Virus
-HIV tipe I & II
-Herpes tipe II
-HPV
 Lainnya
-trikomoniasis
-pitiriasis pubis
-scabies
-kandidiasis
Patofisiologi Hubungan Alkohol Dengan TB
 Alcohol menyebabkan fungsi system imun pada jaringan dihambat
 Perubahan system imun pada paru antara lain inhibisi / supresi fungsi
dari makrofag alveolar,inhibisi kemolaksis granulosit , penurunan
jumlah dan fungsi sel T
 Resiko terjadinya TB bertambah pada pasien yang mengonsumsi 40g
Alkohol/lebih setiap harinya
 Alcohol juga menghambat/inhibit dari Tnf,IL-2, IFN-, proliferasi
CD4 sehingga proses destruksi dari mikrobakteri terhambat
 Alcohol menambah pertumbuhan dan kemampuan hidup kuman TB
 Alcohol menurunkan kemampuan monosit memproduksi sitokin
Patofisiologi Hubungan Merokok Dengan Infeksi TB
 Perokok memiliki resiko yang jauh lebih tinggi terkena penyakit TB. Karena di dalam
rokok mengandung TAR yang dapat mengganggu fungsi mukosa silia yang berperan
pertama dalam melawan infeksi dan menyebabkan perubahan struktur serta fungsi sel-
sel inflamasi, antara lain makrofag.
 Alveolar pada perokok lebih besar dan mempunyai morfologi permukaan yang
abnormal.
 Asap rokok menimbulhan naiknya oksidasi melalui pelepasan radikal O2 dan leukosit
inflamasi baik neutrofil maupun makrofag.
 Merokok dapat memperlemah paru dan menyebabkan paru lebih mudah terinfeksi
kuman TB.
Manifestasi Klinis
Hubungan TB dengan HIV/AIDS
Diagnosis TB dengan HIV/AIDS
Patofisiologi TB dengan HIV/AIDS
Stadium Klinis HIV/AIDS

Stadium 1 asimptomatik
 Tidak ada penurunan berat badan
 Tidak ada gejala

• Stadium 2 sakit ringan


• Penurunan berat badan 5-10%
• Luka di sekitar bibir
• Infeksi jamur kuku
• Ruam kulit yang gatal
Stadium 3 sakit sedang
• Penurunan berat badan >10%
• Diare dan demam lebih dari 1 bulan
tanpa penyebab yang jelas
• TB paru dalam 1 tahun terakhir Stadium 4 sakit berat (AIDS)
• TB limfadenopati • Sindrom wasting HIV
• pneumonia • Pneumonia berulang
• Herpes simplex lebih dari 1 bulan
• TB extra paru
• Gejala neuropati atau
kardiomiopati terkait HIV
• Sarkoma kaposi
Manifestasi Klinis TB/HIV
Diagnosis HIV/AIDS

1. Anamnesis
 Apakah ada riwayat berganti ganti
pasangan?
 Apakah mengonsumsi alkohol?
 Apakah mengonsumsi narkoba?
 Apakah ada demam lama?
 Apakah ada diare lama?
2. Pemeriksaan Fisik 3. Pemeriksaan Penunjang
• Terdapat bekas suntikan  Pemeriksaan darah lengkap
• BB menurun lebih dari 10 %  Pemeriksaan anti HIV
• Diare kronis lebih dari 1 bulan  Pemeriksaan sputum
• Demam lebih dari 1 bulan  Pemeriksaan radiologi
• TB paru dalam 1 tahun terakhir
• Kandidiasis oral
• Terinfeksi bakteri berat
Faktor Resiko HIV/AIDS
Tatalaksana medikamentosa
Terapi TB-HIV

Obat ARV lini pertama yang


tersedia di Indonesia
 Tenofovir (TDF) 300 mg
 Lamivudin (3TC) 150 mg
 Zidovudin (ZDV/AZT) 100 mg
 Efavirenz (EFV) 200 mg dan
600 mg
 Nevirapine (NVP) 200 mg
 Kombinasi dosis tetap (KDT):
 TDF+FTC 300mg/200mg
 TDF+3TC+EFV
300mg/150mg/600mg
Prognosis
 Ad vitam : dubia ad bonam
 Ad fungsionam : dubia ad bonam
 Ad sanationam : dubia ad malam
Komplikasi
Pencegahan
 Berhenti melakukan sex bebas lagi/setia terhadap pasangannya
 Berhenti mengkonsumsi alkohol dan merokok lagi
 Saat berhubungan seksual menggunakan kondom
 Memakai masker saat keluar rumah
 Jangan membuang dahak sembarangan
 Menutup mulut saat batuk
 Rutin meminum obat dan konsultasi ke dokter
Referensi

You might also like