Professional Documents
Culture Documents
Emboli meningkatkan
tekanan arteri pulmonalis
& ventrikel kanan
Teori Infiltrasi
Teori De-emulsifikasi
Teori Koagulasi
Teori Infiltrasi
Teori ini mengatakan bahwa partikel lemak dari kanal
medularis tulang yang fraktur dapat masuk di dalam
sirkulasi vena dan kemudian menyebabkan emboli di
paru.
Pada penelitian Peltier (1956) ditemukan komposisi
lemak di sumsum tulang manusia dan menemukan
komposisi asam lemak bebas sama dengan yang
ditemukan pada emboli pulmonal post fraktur.
Teori De-Emulsifikasi
Teori ini mengatakan bahwa ada infiltrasi lemak
intravaskuler pada kasus fraktur merangsang aktivitas
lipase yang memicu de-emulsifikasi pada presipitasi
lemak di darah sehingga dapat menyumbat sirkulasi
darah. Teori ini diajukan oleh Kronke (1956) ketika dia
mendeteksi 50-70% peningkatan titer lipase pada 100
pasien fraktur yang beresiko.
Teori Koagulasi
Pasien dengan trauma, terutama fraktur tulang
panjang, seringkali berada dalam keadaan syok
hemoragis.
Hal ini memperlambat mikrosirkulasi yang
meningkatkan viskositas dan menurunkan suspensi
stabilitas komponen seluler darah. Hal ini dikenal
sebagai ‘pengendapan (sludging)’. Perubahan ini
menyebabkan kapiler paru dan otak bertindak sebagai
filter endapan.
Manifestasi Klinis
1. Sistem Respirasi
Hiperventilasi dengan takipneu dan takikardi.
Ronkhi halus saat inspirasi
PaO2 < 60 mmHg
Pada rontgen snow storm appearance kadang difuse
ground glass appearance
2. Sistem Saraf Pusat
Penurunan kesadaran
Kejang fokal atau general
Defek neurologis fokal (pupil anisokhor, hemiplegia,
skotoma, apraksia, afasia, deviasi konjugae)
3. Sistem Kardiovaskular
Takikardi
ECG ( ST Depresi, Gelombang T datar, AV Blok, dan
pola bundle block)
4. Mata
Retinopati
Gambaran eksudat ‘cotton-wool’ dan peredaran kecil
(seringkali ‘streakty’) di sepanjang pembuluh darah
dan di daerah macula
Edema difus dan kepucatan di sekitar macula.
5. Kulit
Petekhie pada kulit dan konjungtiva palpebra
seringkali dianggap sebagai tanda klinis penting
dalam mendiagnosis FES.
Petekhie muncul pada 20-50% pasien dan terjadi 48-
72 jam setelah cedera. Petekhie biasanya muncul pada
leher, thoraks anterior, axila, serta konjungtiva
(Skinner, 2000)
6. Demam Sistemik
Tanda awalnya sangat umum dari FES adalah
peningkatan suhu yang seringkali ringan namun dapat
mencapai 390C.
Tanda ini relatif tidak sepesifik dan diperkirakan
merupakan efek langsung dari perdarahan serebri dan
edema serebral yang menyebabkan dekompensasi dari
mekanisme pengontrol metabolisme sentral.
Diagnosis
Kriteria Gurds
Kriteria Peteki di aksila atau subkonjungtiva
mayor Hipoksemia dengan PaO2 < 60mmHg, FiO2 = 0.4
Hipoksemia yang disebabkan oleh depresi sistem
saraf pusat Edem Pulmo
Kriteria Skor
Peteki 5
Perubahan foto thorax (infiltrate alveolar difus) 4
Hipoksemia (PaO2 < 9.3 kPa) 3
Demam (> 380C) 1
Takikardi (>120 kali per menit) 1
Takipneu (>30 kali per menit) 1
Jumlah skor 5 untuk diagnosis FES
Pemeriksaan Penunjang
Oksigenasi
1. Masker : Suplementasi oksigen sesuai kebutuhan
2. Ventilator mekanik : bila PaO2 di atas 60 mmHg
atau terjadi distress respiratorik, hiperkarbia dan
kelelahan.
Volume sirkulasi yang adekuat
Medikamentosa
1. Aspirin dosis rendah : 160 mg per hari
2. Heparin : injeksi subkutan 5000 IU 3 kali sehari
sejak preoperatif sampai 9 hari.
3. N-Asetilstein (NAC) : 150 mg/kgBB selama 10 menit
4. Steroid : 1,5 mg/ kgBB setiap 8 jam maksimal 6 kali
Pembedahan
Ventilasi Mekanik dan Positive End Expiratory Pressure