You are on page 1of 33

Kelompok 7

Dhini Septianti
Ananda Rizki
Annisa Fitri C
Bilal Nurdiansya
Dhika Dwi W
Fachmi Ahmad J
Febry Dhikaputra P
Ivo Kristina D
Kinara A
Mila Fitriya N
Kasus 2
Cepat sesak nafas waktu berolahraga
Rudi mahasiswa FK Trisakti semester 1 memiliki hobi olahraga sejak SMP olahraga
yang disukainya bersepeda, renang dan sepakbola, dengan berolahraga teratur
seminggu 3 kali selama 30 sampai 60 menit dia merasakan tubuhnya segar dan daya
tahan terhadap penyakit juga tinggi seperti biasanya kalau dia melakukan olahraga lebih
lama setelah olahraga nafas masih cepat dan dalam, kakinya merasa lelah dan sesekali
nyeri.

Key word : nafas cepat dan dalam , kapasitas vital, oksigen debt
Klarifikasi istilah

Oxygen debt : jumlah O2 tambahan yang diperlukan Volume tidal (VT) : volume udara yang
untuk mengoksidasi asam laktat di otot. Dibangun masuk/keluar saat setiap pernapasan normal.
selama olahraga berat. Volume sekitar 500 mL (laki-laki dewasa)

Kapasitas vital : volume udara maksimal yang dapat


Daya tahan : kemampuan kondisi tubuh untuk
dikeluarkan dalam 1x bernapas setelah inspirasi
melakukan kerja dalam waktu lama.
maksimal. Nilai rerata = 4500 mL
Rumus  VCI + VT + VCE
Penetapan masalah

1. Berolah raga teratur satu minggu tiga kali selama 30-60 menit
2. Dia merasakan tubuhnya segar dan daya tahan terhadap penyakit
3. Setelah berolah raga napasnya cepat dan dalam, kakinya merasa lelah dan nyeri
Rudy

Berolahraga

Tidak
Teratur teratur

Nafas
Tubuh lebih
segar cepat

Anatom Anatomi
i Atas
Saluran
Fisiologi
paru Fisiologi
pernafasan
Bawa
Histologi h Histologi
Learning Objektif
1. Anatomi dan histologi saluran nafas atas
2. Anatomi dan histologi saluran nafas bawah
3. Mekanisme pernafasan
4. Anatomi paru
5. Mekanisme pernafasan dalam keadaan istirahat & olahraga serta otot – otot yang berperan
pada keadaan tersebut
6. Penyakit dekompresi
Anatomi saluran nafas atas
Anatomi saluran nafas bawah
Histologi saluran
pernafasan
Histologi saluran napas atas
• Rongga Hidung
Epitel respiratorik :
• Silindris bersilia
• Sel goblet
• Sel sikat
• Sel granula kecil
• Sel basal

Neuron olfaktorius : merespon terhadap zat pembau


• Faring
A. Nasofaring ( berhubungan dengan hidung)
diliputi epitek bertingkat torak bersilia dan ber sel goblet
b. Orofaring ( berhubungan dengan mulut)
diliputi epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk
c. Laringofaring (berhubungan dengan laring)
diliputi epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk
• Laring

2 lapitan epiglotis :

• plica vestibularis (suara


palsu) disusun oleh epitel
bertingkat torak bersilia

• Plica vocalis (suara sejati)


disusun oleh epitel berlapis
gepeng
Pleura
Pleura :
membran pembungkus paru

Epitel :
Selapis gepeng (jar.ikat,
p.darah, gt. bening)

2 lapisan :
Parietal dan visceral

Rongga pleura :
Terdapat cairan pelumas,
agar permukaan satu dengan
yang lain tetap halus selama
gerakan pernapasan
Fisiologi
RESPIRASI EKSTERNAL
Volume Paru
Volume dan kapasitas paru berikut (kapasitas paru
adalah jumlah dua atau lebih volume paru) dapat diukur:

• Volume tidal (VT): Volume udara yang masuk atau keluar


paru selama satu kali bernapas. Nilai rerata pada kondisi
istirahat = 500 mL.
• Volume cadangan inspirasi (VCI): Volume udara tambahan
yang dapat secara maksimal dihirup di atas volume tidal
istirahat. VCI dicapai oleh kontraksi maksimal diafragma,
otot interkostalis eksternal, dan otot inspirasi tambahan. Nilai
rerata = 3000 mL.
• Kapasitas inspirasi (KI): Volume udara maksimal yang dapat
dihirup pada akhir ekspirasi tenang normal (KI = VCI + VT).
Nilai rerata = 3500 mL.
• Volume cadangan ekspirasi (VCE): Volume udara tambahan yang
dapat secara aktif dikeluarkan dengan mengontraksikan secara
maksimal otot-otot ekspirasi melebihi udara yang secara normal
dihembuskan secara pasif pada akhir volume tidal istirahat. Nilai
rerata = 1000 mL.

• Volume residu (VR): Volume udara minimal yang ter-tinggal di


paru bahkan setelah ekspirasi maksimal. Nilai rerata = 1200 mL.

• Kapasitas residu fungsional (KRF): Volume udara di paru pada


akhirnya ekspirasi pasif normal (KRF = VCE + VR). Nilai rerata
= 2200 mL.
• Kapasitas vital (KV): Volume udara maksimal yang dapat
dikeluarkan dalam satu kali bernapas setelah inspirasi maksimal.
(KV = VCI + VT + VCE). Nilai rerata = 4500 mL.

• Kapasitas paru total (KPT): Volume udara maksimal yang da-


pat dtampung oleh paru (KPT = KV + VR). Nilai rerata = 5700
mL.

• Volume ekspirasi paksa dalam satu detik (VEP1): Volume uda-


ra yang dapat dihembuskan selama detik pertama ekspirasi
dalam suatu penentuan KV.
INSPIRASI &
EKSPIRASI
 Otot- otot inspirasi utama diafragma dan otot interkostalis
eksternal

 Pada inspirasi, kontraksi otot-otot inspirasi membuat rongga


toraks membesar. Otot inspirasi utama adalah diafragma, yang
disarafi oleh saraf frenikus. Diafragma dalam keadaan relaksasi
berbentuk kubah yang menonjol ke atas ke dalam rongga toraks.
Ketika berkontraksi, diafragma turun dan memperbesar volume
rongga toraks

 Kontraksi otot interkostalis eksternal memperbesar rongga


toraks. Ketika berkontraksi, otot interkostalis eksternal
mengangkat iga dan selanjutnya sternum ke atas dan depan
 Inspirasi Paksa  Inspirasi dalam (lebih banyak udara yang
dihirup) dapat dilakukan dengan mengontraksikan diafragma
dan otot interkostalis eksternal secara lebih kuat dan dengan
mengaktifkan otot inspirasi tambahan untuk semakin
memperbesar rongga toraks. Kontraksi otot-otot tambahan ini,
yang terletak di leher, mengangkat sternum dan dua iga
pertama, memperbesar bagian atas rongga toraks.

 Semakin membesarnya volume rongga toraks dibandingkan


dengan keadaan istirahat, paru juga semakin mengembang,
menyebabkan tekanan intraalveolus semakin turun. Akibatnya,
terjadi peningkatan aliran masuk udara sebelum tercapai
keseimbangan dengan tekanan atmosfer; yaitu, tercapai
pernapasan yang lebih dalam.
 Pada akhir inspirasi, otot inspirasi melemas. Diafragma
mengambil posi- si aslinya yang seperti kubah ketika
melemas. Ketika otot intercostalis eksternal melemas,
sangkar iga yang sebelumnya terang- kat turun karena
gravitasi.

 Ekspirasi dapat menjadi aktif untuk mengosongkan paru secara


lebih tuntas dan lebih cepat daripada yang dicapai selama
pernapasan tenang, misalnya sewaktu pernapasan dalam ketika
olahraga.

 Untuk menghasilkan ekspirasi paksa atau aktif tersebut, otot-


otot ekspirasi harus lebih berkontraksi untuk mengurangi
volume rongga toraks dan paru.
 Otot ekspirasi paling penting adalah otot dinding abdomen.
Sewaktu otot abdomen berkontraksi terjadi peningkatan tekanan
intra-abdomen yang menimbulkan gaya keatas pada diafragma,
mendorongnya semakin ke atas ke dalam rongga toraks daripada
posisi lemasnya sehingga ukuran vertikal rongga toraks menjadi
semakin kecil.

 Otot ekspirasi lain adalah otot interkostalis internal, yang


kontraksinya menarik iga turun dan ke arah dalam, mendatarkan
dinding dada dan semakin mengurangi ukuran rongga toraks.
surfaktan
• Surfaktan berfungsi menurunkan tegangan permukaan air. Surfaktan disekresikan
oleh sel-sel epitel khusus yang bernama sel clara. Sel-sel ini granular, mengandung
inklusi lipid yang disekresikan ke dalam surfaktan menuju alveoli.
• Surfaktan merupakan gabungan complex dari beberapa phospholipid, protein, dan
ion karbohidrat. Komponen terpentingnya adalah fosfolipid
dipalmitoylphosphatidylcholine, surfaktan apoproteins, dan kalsium ion.
• Surfaktan biasanya belum mulai disekresikan sampai saat kehamilan bulan ke 7-8,
jadi bayi prematur mempunyai kemungkinan kolaps paru lebih tinggi
Penyakit Dekompresi
Biasanya terjadi pada penyelam saat kembali dari lingkungan tekanan udara
tinggi ke tekanan udara normal.
Penyebab:
• Naik mendadak ke ketinggian 8550 meter (1/3 atm).
• Naik mendadak dari kedalaman 20 meter
Gejala Penyakit Dekompresi
Nyeri pada sendi dan otot-otot lengan dan tungkai, memengaruhi sekitar
85-90 persen yang terkena penyakit dekompresi. Nyeri sendi yang diistilahkan
dengan "bends" sering kali terjadi pada kondisi ini. Pada 5 sampai 10 persen
orang-orang dengan penyakit dekompresi, terjadi gejala sistem saraf, yang
berkisar dari rasa pusing pada sekitar 5 persen pasien sampai paralisis atau
kolaps dan hilang kesadaran pada 3 persen pasien
Penyakit Dekompresi
Referensi

1. Sherwood L Fisiologi Manusia dari sel ke sistem. Jakarta : penerbit buku kedokteran EGC : 8th
edition . 2014

2. Hall, John E. Guyton and Hall Textbook of Medical Physiology. Elsevier : 12th edition. 2011

3. Drake RL. Gray dasar-dasar anatomi. Elsevier . 2012

4. Ganong WF. Buku ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC. 1995

You might also like