You are on page 1of 30

IBU DENGAN PATOLOGI

KEHAMILAN

1. Kelainan yang berhubungan


langsung dengan kehamilan.
2. Kelainan yang tidak berhubungan
langsung dengan kehamilan.
HIPERMESIS GRAVIDARUM

Mual – muntah yang berat, pekerjaan sehari-hari


terganggu, keadaan umum menjadi buruk.
Penyebab : belum diketahui pasti.
Faktor Predisposisi : Primigravida, mola hidatidosa,
hamil ganda.
Faktor lain :
 Faktor organik : Vili korialis  sirkulasi ibu.

 Allergi : respon jaringan ibu terhadap anak.

 Faktor psikologik : takut, konflik mental dll.


Gejala dan tanda (menurut berat
ringannya penyakit)

TINGKAT I (RINGAN) :

 Lemah, nafsu makan (-),


 BB menurun,
 Nyeri Epigastrium,
 Nadi meningkat (100 x/m), Tekanan Darah (TD) sistolik
menurun.
 Turgor kulit menurun ,
 Lidah kering, mata cekung.
TINGKAT II (SEDANG) :
 Lebih lemah dan Apatis.

 Mata ikteris, suhu meningkat ,

 BB, TD, Produksi urine menurun , Defekasi (-).

 Bau Aseton (+) (pada nafas & Urine)

TINGKAT III (BERAT) :


 lebih parah

 Somnolen  koma.

 Ensefalopati wernicke (+) :  Nistagmus, Diplopia,

perubahan mental.
PENGELOLAAN :

 Obat-obatan Sedativa, anti histamin, anti emetik, B1, B6.


 Isolasi : ruang tenang, catat input / output cairan.
 periksa produksi urine, TD, suhu, nadi (bila 24 jam
membaik terapi diberikan per Oral).
 Terapi Psikologik : hilangkan masalah dan konflik, rasa
takut.
 Penghentian kehamilan  bila keadaan memburuk
(medik dan Psikiatrik)
Abortus Terapeutik (?).
PREEKLAMSIA – EKLAMSIA
 Definisi : Sekelompok penyulit yang timbul pada usia
kehamilan lebih dari 20 minggu, persalinan dan nifas
ditandai dengan Hipertensi dan Edema / Proteinuri atau
keduanya.

1. Preeklamsia / PE : Ringan
2. PE Berat =PE ringan + gejala :
 TD sistolik lebih 160, Diastolik lebih 90.

 Proteinuria > 5mg/lt, Oliguria < 400 ml/24 jam

 Nyeri Epigastrium dengan Visus.

 Nyeri kepala Hellp sindrom, Edema paru

3. EKLAMSIA : PE + kejang / koma


PENGELOLAAN :
1. PE Ringan :
 Rawat jalan, “Bedrest” Diet rendah Karbo Hidrat,
lemak, garam dan tinggi Protein.
 Sedativa : Valium 3x2 mg / hari atau Luminal 3x30
mg / hari.
  2 minggu tidak membaik  MRS (rawat inap).

2. PE Berat :
 Rawai Inap (Ruang Isolasi).
 Infus D5% - RL – D5% - D5% (2000cc / 24 jam).
 Anti kejang : Diazepam, Sulfas Magnisikus.
 Anti Hipertensi : Alfa Metil Dopa 3x250mg/hari atau
Klonidin 2x150mg/hari.
Syarat pemberian Sulfas Magnesikus (MgSO4)

 Reflek tendo lutut (+).


 Frekwensi pernafasan > 16x / menit.
 Diuresis : > 100 ml / 4 jam.

Tersedia Anti Dotum : Glukonas Kalsikus.
EKLAMSIA
 Perawatan terhadap serangan kejang :
 Pasang infus D 5%, kateter metetap.

 O2 : 3 liter / menit.

 Pasang sudip lidah (“Tongue Spatle”) di mulut.

 Kepala direndahkan , Orofaring dibersihkan.

 Fiksasi badan pada tempat tidur, hindari aspirasi.

 Awasi ketat :

 tanda vital dan keadaan umum.

 reflek tendo lutut.

 deuresis (produksi urine)

 jumlah kejang,

 kesadaran (Glasgow Coma Scale/GCS).


Obat untuk mengatasi kejang :
 SULFAS MAGNESIKUS (JIKA SYARAT PEMBERIAN (+))
 MgSO4 20% 20cc (4gram) IV pelan-pelan.
Kemudian MgSO4 40% 20cc (5gram) IM pada glutea
 Bila masih kejang : 20 menit kemudian MgSO4 20% IV dapat
diulangi.
 Bila dalam dalam 30 menit masih kejang, diberikan Dilantin
(Diphenylhidantoin) 100 mg
IV pelan-pelan.
 Pemberian MgSO4 IM dapat diulangi tiap 4 jam sampai 24 jam
bebas kejang.

 DIAZEPAM
 Diazepam 20mg IV pelan-pelan, diikuti dengan 10mg dalam drip
D5% 500cc  30 tetes/menit.
 Bila masih kejang pemberian IV dapat diulang dalam ½ jam
10mg Diazepam.
 Pemberian dalam 24 jam tidak melebihi 10 – 120 mg.
ABORTUS
MACAM – MACAM ABORTUS
 ABORTUS IMINEN

 Ancaman Abortus

 Pengelolaan : “ Bed rest Total ” (istirahat


berbaring)
 Sedativa (penenang) : Luminal 3x30mg/Valium
3x2mg
 SF : 600-1000mg/hr.

 ABORTUS INSIPIEN
 Abortus sedang berlangsung.

 Pengelolaan : Infus D5% 500cc + 10 U Oktsitosin


 mulai 8tetes / menit dinaikan s / d terjadi
kontraksi rahim + abortus komplit.
 ABORTUS TIDAK KOMPLIT
 Sebagai hasil konsepsi telah keluar, serviks terbuka

 Perdarahan >>  syok.

 Pengelolaan : atasi syok , kuretase, uterotonika post


kuretase.tranfusi (bila perlu).
 ABORTUS INFEKSIOSUS
 Disertai infeksi genitalia  resiko sepsis tinggi
sekali.
 Sering pada abortus tidak komplit :

 demam, nadi cepat;

 perdarahan berbau;

 nyeri tekan rahim

 Jumlah leco lebih banyak.

 Pengelolaan :Cairan intra vena + antibiotika.

 Rujuk RS  kuretase (setelah keadaan stabil) .


 MISSED ABORTION
 Janin meninggal sebelum UK 20 mgg, tidak

dikeluarkan selama 6-8 mgg


 Perdarahan (-) , serviks tertutup, Tinggi Fundus Uteri

(TFU) < UK.


 Pengelolaan : Di RS dilatasi + kuretase.

 resiko gangguan pembekuan darah / Desseminated

Intravascular Coagulation (DIC).


KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU
(KET)
 Definisi : sel telur yang dibuahi, berimplitasi + tumbuh
diluar Endometrium Cavum Uteri, sebagian terjadi di tuba
 Abortus tuba, ruptur tuba.
 Diagnosis :
 ♀ usia reproduksi menikah / tidak menikah.

 Terlambat haid / tidak.

 Nyeri perut bawah.

 Riwayat pingsan / tidak.

 Pucat, tampak sakit, tanda syok, nyeri goyang serviks

 Pengelolaan
 Di RS  Laparotomi.

 Atasi Syok.
MOLA HIDATIDOSA
 Definisi : Kehamilan abnormal janin (-), perubahan
hidropik vili korialis.
 Diagnosis :
 tanda–tanda kehamilan (+).

 Besar uterus > UK , Balotemen (-) , DJJ (-).

 Gelembung – gelembung mola ( Dx. Pasti)

 Penyulit : Tirotoksikosis, Preeklamsia


 Pengelolaan :
 Di RS.

 Atasi syok, trasfusi bila Hb < 8g%;

 Kuretase, uterotonika post kuretase;

 Bila Tirotoksikosis / PE(+)  konsul P.Dalam;

 Pengamatan lanjut selama 1-2 tahun

 Kontrasepsi Kondom.
PLACENTA PREVIA
 Definisi : plasenta di segmen bawah rahim (SBR) dapat
menutupi sebagian / seluruh pembukaan jalan lahir.
 Diagnosis :
 Perdarahan segera terjadi pada Trimester III.

 Tanpa alasan, tanpa nyeri.

 Perdarahan makin banyak  syok.

 Darah merah segar.

 Bagian bawah belum masuk PAP, kelainan letak, janin


hidup.
 Pengelolaan :
 di RS  operasi / SC Cito;

 atasi syok / pre syok, persiapkan rujuk.

 USG : plas letak rendah / marginalis : pervaginam.


SOLUSIO PLASENTA
 Definisi : lepasnya plasenta yang letaknya normal yaitu
di Korpus, sebelum janin lahir.
 Diagnosis :
 Sering terjadi pada Trimester III.

 Nyeri / sakit perut terus menerus.

 Perdarahan banyak / sedikit, keadaan umum tidak


sesuai dengan perdarahan yang keluar. (perdarahan
sedikit, tetapi penderita syok)
 Darah merah kehitaman.

 Rahim tegang, umumnya DJJ (-).

 Pengelolaan :
 di RS : resiko perdarahan banyak, syok, atonia Uteri,
kelainan pembekuan darah, oliguria.
 Bila yakin dapat lahir pervaginam  Pecah KK,
Infus Oksitosin 5 U dalam 500 ml D5% mulai 8
tetes/menit. Bila 6 jam belum lahir  SC.
 Di Puskesmas Atasi Syok , persiapkan rujuk.
RETENSIO PLASENTA

 Definisi : Plesenta belum dilahirkan setelah ½ jam janin


lahir.
 Plasenta Inkarserata : plasenta sudah lepas dari
dinding rahim tetapi terhalang kontriksi dibawah rahim.
 Pengelolaan :
 Atasi syok.

 Kuretase (bila plasenta akreta)

 Transfusi (bila perlu)


SISA PLASENTA

 Dapat perdarahan Post Partum (dini / lambat)


 Perdarahan dari rongga rahim, kontraksi uterus baik
(dini)
 Perdarahan berulang / terus, uterus subinvolusi
(lambat).
 Pengelolaan :
 Digital.

 Kuretase.

 Uterotonika post kuretase.


IBU HAMIL DENGAN KELAINAN YANG
TIDAK BERHUBUNGAN LANGSUNG
IBU HAMIL DENGAN PENYAKIT JANTUNG
 Penyakit jantung menjadi lebi berat karena
kehamilan  dapat terjadi Dekompensasi Kordis
(Gagal jantung).

 Saat-saat berbahaya bagi penderita adalah :


 Kehamilan 32-36 minggu Hiperpolemia mencapai
puncak.
 Partus kala II , bila ibu mengejan.
 Masa post partum , karena setelah lahir plasenta
 darah kembali ke sirkulasi besar.
 Klasifikasi :

 Kelas I : tanpa pembatasan kegiatan fisik dan


tanpa gejala.
 Kelas II : sedikit pembatasan kegiataan fisik,
istirahat  tanpa gejala, kegiatan fisik biasa  gejala
(+) (kelelahan, berdebar, sesak nafas, nyeri dada)
 Kelas III : banyak pembatasan fisik, istirahat 
tanpa gejala; kegiatan fisik ringan  gejala (+)
 Kelas IV : tidak mampu melakukan kegiatan
fisik tanpa keluhan, istirahat / kegiatan fisik sangat
ringan  gejala (+).
 Pengelolaan :
 Kelas I : pengobatan tambahan tidak ada.
 Kelas II : pengobatan tambahan tidak ada,
hindari aktifitas.
 Kelas III : rawat RS, (mulai usia kehamilan 28
mgg) diuretika.
 Kelas IV : rawat RS selama hamil.
 Kelas I & II dapat atau teruskan sampai ATERM (cukup
bulan), persalinan pervaginam, pengawasan ketat : 
kehamilan, persalinan, nifas.

 Prognosis :
 Ibu : kematian ibu 1-5%, penyakit berat 15% dan kelas
penyebab kematian : Edema Paru Akut.
 Janin : IUGR, gawat janin, kematian janin intra
uteri.
IBU HAMIL DENGAN PENYAKIT
DIABETES MELITUS (DM).
Pengaruh kehamilan pada DM:
 penyakit menjadi lebih berat dan sulit dikendalikan 

pengobatan lebih sulit.


Pengaruh DM pada kehamilan
 Abortus / partus prematurus.

 Preeklamsia.

 Hidramnion.

 Kelainan letak janin.

 Insufisiensi placenta.

Pengaruh persalinan pada DM :


 Kontraksi otot rahim dan mengejan  penggunaan

glukosa lebih banyak  Hipoglikemia.


Pengaruh DM pada persalinan :
 Inersia uteri / Atonia uteri.

 Distosia bahu karena anak besar.

 Lahir mati.

 Persalinan tindakan : SC.

 Mudah Infeksi .

 Kematian ibu lebih besar.

Pengaruh Nifas pada DM :


 Laktasi penggunaan Karbohidrat/Glukosa berlebihan.

Pengaruh DM pada Nifas :


 Infeksi nifas meningkat .

 Sepsis meningkat .

 Penyembuhan luka lambat.


Pengaruh DM pada bayi :

 Kematian hasil konsepsi pada hamil muda  Abortus.


 Cacat bawaan.
 IUGR (Intra Uterine Growth Retardation) / PJT.
 Janin besar (makrosomia).
 Kematian janin dalam rahim / IUFD.
 Kematian Neonatal.
 Kelainan Neurologik & Psikologik dikemudian hari.
PENGELOLAAN
 Penanganan Medik :
 Diet :

 Kalori 1200-1800/hr (30-40 kalori/kg BB) 


40%, pembatasan garam.
 Protein 65-80 gr/hr (2gr/kg BB)

 Lemak 45-60 gr/hr

 Insulin : - dosis dan dosis sebelum hamil


(sesuai keperluan)
 Tr I : dosis menurun , Tr II/III : dosis meningkat.
 Penanganan Obstetrik :
 DM terkendali  hamil Aterm, persalinan spontan
pada UK 40mgg
 DM dengan Insulin  diakhiri pad UK : 36-38 mgg,
persalinan buatan : Induksi, pervaginam atau Seksio
Caesaria (SC)
Prognosis Ibu :
 Cukup baik bila dideteksi dini, pengelolaan kehamilan &

persalinan oleh dokter Obsgin.

Prognosis Anak :
 Lebih buruk dipengaruhi oleh : berat lamanya penyakit ,

Insufisiensi placenta, prematuritas, gawat nafas, cacat


bawaan, komplikasi persalinan.
IBU HAMIL DENGAN TUBERKULOSIS
PARU
 Dapat timbul masalah pada ibu, janin dan masyarakat.
 Kehamilan tidak banyak berpengaruh terhadap
penyebaran / cepatnya penjalaran penyakit.
 Penanganan :
 TBC Aktif : Rawat RS untuk diagnosis dan edukasi.
  perlu pengobatan lama, tekun dan teratur.

  bisa sembuh bila patuh.

  hindari penularan : tutup mulut / hidung bila

batuk, bersin, tertawa.


  Pengobatan : kemoterapi.

 TBC Non Aktif : tidak perlu pengobatan.


 Persalinan :
 TBC Non Aktif  persalinan spontan.
 TBC Aktif  proses persalinan di R.Isolasi,
masker.
 Cegah perdarahan post partum : uterotonika, Aktif
Kala III.

 Obat yang dapat digunakan :


 Isoniasid (INH) : dosis 300mg/hr.  komplikasi
pada hati  periksa fungsi hati teratur.
 Etambutol : dosis 15-20mg/kg/hr  komplikasi
Neuritis retrobulber.
 Streptomisin : dosis 1gr/hr.  K I. Tr. I  tuli
bawaan (ototksik).
 Rifampisin : dosis 600mg/hr  potensial
Teratogenik. Tidak dianjurkan pada Tr.I.

You might also like