Professional Documents
Culture Documents
TIES 1301
3 SKS
Material Handling
Tujuan dari MH adalah untuk meminimumkan MHC, karena
seringkali Mh menimbulkan biaya yang tdk sedikit.
Riset Operasional
Sistem Produksi
Simulasi
= Operasi
= Transportasi
= Pemeriksaan
= Penyimpanan
= Menunggu
MACAM PETA KERJA
Peta Proses Operasi
Peta Proses Operasi
Diagram Aliran
Peta Pekerja dan Mesin
Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan
Tugas 2 :
Pengukuran kerja ( mencari Waktu siklus, Waktu
normal dan Waktu baku).
PENGUKURAN KERJA
(WORK MEASUREMENT)
Pengujian
Kecukupan Faktor
data Penyesuaian
Pengujian Faktor
keseragaman Kelonggaran
data
PENGUJIAN DATA
2
k / s N
X
2 2
X
N’ =
X
Dengan :
k = Tingkat keyakinan
k = 99% = 3
k = 95% = 2
s = Derajat ketelitian
N = Jumlah data pengamatan
N’ = Jumlah data teoritis
X = 107
(X)2 = 11449
X2 = 791
k = 95% = 2
s = 10%
2 2
k / s N X 2 X 2 2 / 0,1 15 x791 11449
14,53
N’ =
X
107
Karena N’ < N , maka data dianggap cukup.
= ( X X )2
N 1
Dengan :
BKA = Batas Kontrol Atas
BKB = Batas Kontrol Bawah
X = Nilai Rata-rata
= Standar Deviasi
k = Tingkat Keyakinan
Contoh:
Suatu pengukuran elemen kerja dilakukan
sebanyak 15 kali dengan menggunakan
stop watch, jika batas kontrol ± 3.
Tentukan apakah data seragam atau
tidak.
Pengamatan (menit)
Pengamatan ke 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Data Pengamt. 8 7 7 6 8 6 9 8 9 6 8 5 5 9 6
X = 7,13
(X – X)2 = 27,73
= 1,4
BKA = 7,13 + 3 (1,4) = 11,33
BKB = 7,13 – 3 (1,4) = 2,93
2. Synthetic Rating
Dikembangkan oleh Morrow, Synthetic Rating meng-
evaluasi kecepatan operator dari nilai waktu gerakan
yang sudah ditetapkan terlebih dahulu.
Kelonggaran (Allowance)
Adalah faktor koreksi yang harus diberikan kepada waktu
kerja operator, karena operator dalam melakukan
pekerjaannya sering tergangu pada hal-hal yang tidak
diinginkan namun bersifat alamiah, sehingga waktu
penyelesaian menjadi lebih panjang (lama).
Kelonggaran dapat dibedakan menjadi tiga yaitu :
WB = [ W siklus x RF ] x 100
100 ALL
Waktu Normal
Keterangan :
WB = waktu baku
RF = Penyesuaian (Rating Faktor/Performance
Rating)
All = Kelonggaran (Allowance)
Contoh
Suatu pekerjaan pengemasan barang dalam kotak kardus
terdiri dari empat elemen kegiatan dengan setiap elemen
kegiatan dilakukan 10 kali pengamatan seperti pada table
berikut. Apabila kelonggaran adalah 15% Tentukan waktu
standar.
Elemen 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 X X RF WN
Kegiatan
1 Mengambil 0,06 0,08 0,07 0,05 0,07 0,06 0,08 0,08 0,07 0,06 0,68 0,07 1,1 0,07
Kotak Kardus
2 Memasukkan 0,15 0,17 0,14 0,14 0,16 0,15 0,17 0,15 0,14 0,16 1,53 0,15 0,9 0,13
Barang
3 Menutup 0,21 0,23 0,22 0,21 0,25 0,24 0,23 0,26 0,22 0,22 2,29 0,23 1,05 0,24
Kotak Kardus
4 Meletakan 0,08 0,10 0,09 0,12 0,11 100 0,08
0,08 0,11 0,12 0,08 0,97 0,09 0,95 0,08
0,61 menit / unit
Hasil 100 15
Waktu Normal = 0,52 menit/unit
100
Waktu Baku = 0,52 x 0,61 menit / unit
100 15
Pengukuran Waktu dengan Sampling Kerja
• Kecukupan Data
SP = p (1 p )
k
n
N’ = k 2 1 p
Dengan : S2p
S = Derajat ketelitian
p = Prosentase sibuk/produktif
k = Tingkat keyakinan
N’ = Ukuran sample/data
• Keseragaman Data
Batas kontrol untuk p
BKA = p k p (1n p)
BKB = p k p (1 p)
n
Dengan pengertian sbb:
BKA = Batas kontrol atas
BKB = Batas kontrol bawah
p = Prosentase sibuk/produktif
k = Tingkat keyakinan
Contoh :
Suatu pengamatan sampling kerja dilakukan selama 10
hari kerja dengan waktu pengamatan setiap hari kerja
adalah 6 jam. Ukuran sample adalah 50 setiap hari,
tingkat keyakinan 99% dan derajat ketelitian 5%.
Tentukan kecukupan dan keseragaman data.
Tgl Pengamatan 1/1 2/1 3/1 4/1 5/1 6/1 7/1 8/1 9/1 10/1
Kondisi idle 5 6 8 10 7 3 4 5 6 4
Kondisi kerja 45 46 42 40 43 47 46 45 44 46
Prosentase idle 0,1 0,12 0,16 0,2 0,16 0,06 0,08 0,1 0,12 0,08
Prosentase kerja 0,9 0,88 0,84 0,8 0,86 0,94 0,92 0,9 0,88 0,92
0,884 (1 0,664)
BKB = 0,884 3
50
0,748
Karena nilai prosentase kerja semuanya masuk dalam
range BKA dan BKB, maka data seragam.
• Waktu Baku
Penentuan waktu baku dengan sampling kerja dihitung
dengan menggunakan rumus :
Total waktu x Pr osentase sibuk x Rating Factor ( RF )
Output Standar = 1
Wb
1
0,25
4 surat / menit
2. Perencanaan Operasi/produksi
• Digunakan untuk mengetahui jumlah barang yang
harus diproduksi dengan didasarkan pada hasil
peramalan dan persediaan yang ada.
• Merupakan pegangan untuk merancang jadual
produksi.
3. Pengawasan dan Perencanaan Persediaan
Persediaan : sumber daya menganggur (idle
resources) yang menunggu proses lebih lanjut,
berupa kegiatan produksi pada system manufaktur,
kegiatan pemasaran pada system distribusi atau
kegiatan konsumsi pada system rumah tangga.
Metode Peramalan
1. Peramalan Subyektif.
Menekankan pada keputusan-keputusan hasil diskusi,
pendapat pribadi dan institusi.
- Metode Delphi.
peramalan yang didasarkan pada keputusan
bersama dari suatu grup yang terdiri dari para ahli
yang berbeda.
- Metode Penelitian Pasar :
metode ini menganalisa fakta secara sistematis pada
bidang yang berhubungan dengan pemasaran. (teknik
survei konsumen : kuisioner).
2.Peramalan Obyektif.
Prosedur peramalan yang mengikuti aturan- aturan
matematis dan statistik.
• Metode Intrinsik
Peramalan yang hanya berdasarkan proyeksi permintaan
histories tanpa mempertimbangkan faktor-faktor
eksternal yang mungkin mempengaruhi besarnya
permintaan.
• Metode Ekstrinsik
Memepertimbangkan faktor-faktor eksternal yang
mungkin mempengaruhi besarnya permintaan dimasa
datang.
– Peramalan jangka panjang, karena dapat menunjukkan
hubungan sebab-akibat (disebut metode kausal), Metode
Regresi.
Regresi Linier
Dalam metode regresi linear, pola hubungan antara suatu
variabel yang mempengaruhinya dapat dinyatakan dengan suatu
garis lurus.
Persamaan regresi linear dapat dinyatakan sbb:
Y = a + bx
y b x N xy x y
a= b=
N N x 2 x 2
Dengan :
Y = Besarnya nilai yang diramal
a = Nilai trend pada periode dasar
b = Tingkat perkembangan nilai yang diramal
x = Unit tahun yang dihitung dari periode dasar
Contoh
Data penjualan produk PT “ABC” seperti pada tabel berikut,
kemudian perusahaan ingin meramal penjualan pada periode
ke 11, 12, 13, 14, 15.
F(t+1) =
i 1
Xt
t
t 1
F(t+2) =
i2
Xt
t
t 2
F(t+3) =
i 3
Xt
t
dst.
Dengan :
Fungsi lain :
- Menjamin rencana penjualan dan rencana produksi konsisten terhadap
rencana strategi perusahaan.
- Menjamin kemampuan produksi konsisten terhadap rencana produksi.
- Sebagai alat monitor hasil produksi aktual terhadap rencana produksi.
- Mengatur persediaan produk jadi untuk mencapai target produksi dan
rencana produksi.
- Mengarahkan penyusunan dan pelaksanaan jadual induk produksi.
Untuk melakukan perencanaan produksi dapat
dilakukan dengan beberapa strategi :
1 103 103
2 117 220
3 115 335
4 121 456
5 123 579
6 109 688
7 89 777
8 74 851
9 71 922
10 73 995
11 81 1.076
12 98 1.174
Berdasarkan hasil peramalan maka dapat dilakukan rencana
produksi untuk 12 periode.
8 74 851 53 70 49 103 60 89
9 71 922 49 70 48 89 60 78
10 73 995 48 70 45 78 60 65
11 81 1.076 45 70 34 65 60 44
12 98 1.174 34 70 6 44 60 6
Dari dua rencana produksi tersebut akan dipilih salah satu
dari rencana yang ada dengan mempertimbangkan biaya
yang terjadi, yaitu biaya terkecil yang akan digunakan
sebagai rencana produksi.
PENGAWASAN DAN
PERENCANAAN PERSEDIAAN
Tingkat Persediaa
t = Q/D Waktu ( t )
Q (EOQ) =
2 Dk
h
to (waktu antar pemesanan optimal) diperoleh :
EOQ
to=
D
Contoh :
Permintaan harian suatu jenis barang diperkirakan 100
unit, Biaya pemesanan diketahui Rp 100,- setiap kali
pesan. Biaya penyimpanan harian setiap unit persediaan
Rp 0,02,- tentukan jumlah pemesanan yang ekonomis dan
waktu antar pemesanan yang optimal.
Diketahui : D = 100 unit/hari
k = Rp 100,-/pesan
h = Rp 0,02,-/unit/hari
Jumlah pemesanan ekonomis :
2 Dk 2 x100 x100
EOQ = 1000 unit
h 0,02
EOQ 1000
10 hari
to = D 100
Modul IV : Perencanaan & Perancangan
Tata Letak Fasilitas
Kompetensi Pokok Bahasan :
Memahami aspek-aspek yang berkaitan dengan
penetapan lokasi fasilitas/pabrik
Memahami teknik dan mampu melakukan
perancangan tata letak fasilitas produksi
Memahami permasalahan yang berkaitan
dengan pemindahan bahan (material handling).
Memahami macam/type tata letak fasilitas
produksi.
Perencenaan & Perancangan Tata Letak Fasilitas
Perencanaan Fasilitas :
- Perancangan dari fasilitas-fasilitas industri yang akan
dibangun/didirikan, dengan tujuan menempatkan fasilitas-
fasilitas/pabrik yang sesuai dari segi biaya dan keuntungan.
Dimana :
di = [ ( Xi –aj ) 2 + ( Yi – bj ) 2 ] 1/2
m = banyaknya alternatif lokasi yang akan dipilih
n = banyaknya daerah pemasaran/sumber bhn baku
Wj = Kebutuhan/demand produk jadi atau kapasitas
suplay dari sumber bhn baku.
( Xi ; Yi ) = koordinat alternatif lokasi, 1, 2, 3, 4,…., m
( aj ; bj ) = koordinat lokasi daerah pemasaran atau
lokasi sumber bhn baku, 1, 2, 3, 4,…., n
Soal Latihan :
Semarang 18 20 25 15 650
Bandung 40 45 30 42 600
Surabaya 55 50 60 55 tak terbatas
Malang 58 55 62 60 tak terbatas
Semarang 18 20 25 15 650
Bandung 40 45 30 42 600
Surabaya 55 50 60 55 400
Semarang 18 20 25 15
650
200 450
Bandung 40 45 30 42
600
200 100 300
Surabaya 55 50 60 55
400
400
Demand
(ton/mgg) 400 500 300 450 1650
Perhitungan transportasi iterasi 1 unt alternatif lokasi SBY
Semarang 18 20 25 15
650
100 100 450
Bandung 40 45 30 30
600
300 300
Surabaya 50 50 60 55
400
400
Demand
(ton/mgg) 400 500 300 450 1650
Perhitungan Transportasi Iterasi 2 unt alternatif lokasi SBY
18 20 25 15
Semarang 650
40 45 30 42
Bandung 600
58 55 62 60
Malang 400
Demand
(ton/mgg) 400 500 300 450 1650
Iterasi 1 analisa untuk alternatif lokasi pabrik di Malang
Semarang 18 20 25 15
650
200 450
Bandung 40 45 30 42
600
200 100 300
Malang 58 55 62 60
400
400
Demand
(ton/mgg) 400 500 300 450 1650
Perhitungan transportasi iterasi 1 unt alternatif lokasi Mlg.
From To Shipment Cost/profit Oport.
Cost
Semarang Jogja 200 18 0
Semarang Solo 0 20 -3
Semarang P Kerto 0 25 17
Semarang Magelang 450 15 0
Bandung Jogja 200 40 0
Bandung Solo 100 45 0
Bandung P Kerto 300 30 0
Bandung Magelang 0 42 3
Malang Jogja 0 58 8
Malang Solo 400 55 0
Malang P Kerto 0 62 19
Malang Magelang 0 60 13
Minimized OBJ = 53.850
Iterasi 2 (perbaikan) untuk alternatif lokasi pabrik di
Malang
Semarang 18 20 25 15
650
100 100 450
Bandung 40 45 30 42
600
300 300
Malang 58 55 62 60
400
400
Demand
(ton/mgg) 400 500 300 450 1650
Perhitungan transportasi iterasi 2 untuk alternatif lokasi
Mlg
From To Shipment Cost/profit Oport.
Cost
Semarang Jogja 100 18 0
Semarang Solo 100 20 0
Semarang P Kerto 0 25 17
Semarang Magelang 450 15 0
Bandung Jogja 300 40 0
Bandung Solo 0 45 3
Bandung P Kerto 300 30 0
Bandung Magelang 0 42 5
Malang Jogja 0 58 5
Malang Solo 400 55 0
Malang P Kerto 0 62 19
Malang Magelang 0 60 10
Minimized OBJ = 53.550
Berdasarkan perhitungan diatas jika dibangun
pabrik di lokasi Surabaya biaya transportasinya
sebesar Rp 51.550,- dan jika dibangun pabrik di
lokasi Malang biaya transportasinya sebesar Rp
53.550-, dengan demikian pendirian pabrik yang
lebih menguntungkan adalah di lokasi Surabaya.
Macam Tipe Tata Letak Fasilitas
1 3
2 4
A Press
Penge-
Bubut Drill pakan A
1
B 2
1 4
2 3
Penge- B
Gerinda Frais Bubut pakan
3 4
A 1 2 2 4 A
1 2
4
B 1 B
3
Penge- 4
Frais
coran
Pengepakan
Kerugian :
1. Karenna lintasan produksi lebih panjang, MHC lebih mahal.
2. Total waktu produksi lebih lama, WIP lebih banyak dijumpai karena waktu
operasi sulit diseimbangkan.
3. Karena diversifikasi produk adalah job order, maka diperlukan operator skill
tinggi.
Tata Letak Posisi Tetap :
• Material dan komponen dari produk utama akan
ditempatkan pada posisi tetap, sedangkan fasilitas
produksi seperti tools, mesin, manusia serta
komponen-komponen kecil akan bergerak menuju
lokasi material atau komponen produk utama.
• Diaplikasikan pada industri yang menghasilkan
produk-produk skala ukuran besar : Industri
pesawat, kapal dll.
Mesin-2
Produk
Mesin-2 Utama Mesin-2
Keuntungan :
• Program Dinamis
Suatu teknik optimasi untuk menyelesaikan masalah
yang melibatkan sekumpulan pengambilan keputusan
yang saling berhubungan, dengan tujuan agar secara
keseluruhan mencapai keefektifan.
dipengaruhi
7 Stage 5
3
F 9 E 7 D
5 Stage 4
10
8 12
A B C
Stage 3
Stage 1 Stage 2
Penyelesaian :
Perhitungan dari I ke A secara mundur daimulai dari stage
(tahap) 4
Tahap 4 :
Jika dimulai dari tahap 4, terdapat dua route submasalah
dimulai dari H (state H) ke I dan dimulai dari D ke I. Berarti
hanya terdapat satu pilihan, route manakah yang
mempunyai waktu tercepat. Sudah barang tentu route H-I
mempunyai waktu tercepat 10 menit, dan keputusan
optimumnya adalah route H-I.
H 10 I 10
D 11 I 11
Tahap 3 :
• Dari tahap 3, terdapat tiga route submasalah, yaitu dari state
G, E, C. Route manakah yang tercepat apabila tujuannya ke I.
• Untuk mencapai ke I harus terlebih dahulu melewati D atau
H. Berarti hanya tersedia dua keputusan. Jika keputusannya
adalah route G-H waktu yang ditempuh adalah 8 menit.
Dengan demikian total waktu yang ditempuh adalah 18 menit
(tercepat).
• Jika route yang ditempuh adalah E-H, maka waktu yang
dempuh untuk mencapai I adalah 7 menit ditambah jarak dari
H ke I (10 menit), sehingga total waktu yang ditempuh
adalah 17 menit.
• Jika route yang ditempuh adalah E-D, maka waktu yang
ditempuh 7 menit ditambah 11 menit, sehingga total 18
menit.
• Jika dimulai route C-D, maka waktu yang ditempuh adalah 9
menit ditambah 11 menit, sehingga total waktu yang ditempu
adalah 20 menit.
State Keputusan Keputusan Waktu tercepat
H D Optimum ke I (menit)
G 18 - H 18
E 17 18 H 17
C - 20 D 20
Tahap 2 :
Dengan cara yang sama seperti dalam tahap 4 dan 3,
maka tabel analisa tahap 2 adalah sebagai berikut :
F 21 26 - G 21
B - 22 32 E 22
Tahap 1 :
Dalam tahap 1, hasil analisa route terpendek adalah
sebagai berikut :
A 31 30 B 30
11
7
3
9 7 D
F E
10 9
5
8 12
A B C
SISTEM ANTRIAN
Fasilitas pelayanan
Langkah-langkah dalam analisa antrian
1. Tentukan sistem antrian apa yang harus dipelajari.
2. Tentukan model antrian yg cocok dlm menggambakan
sistem.
3. Gunakan formulasi matematik atau metode simulasi untuk
menganalisa model antrian.
Antrian
2. Pn P n (1 P )
P
L
3. 1 P
2 P2
4. Lq
( ) 1 P
1
W
5.
6. Wq
( )
Modul VI : Analisa Ekonomi Teknik
Kompetensi Pokok Bahasan :
Memahami konsep nilai uang terhadap
perubahan waktu
Memahami konsep bunga dan mampu
menghitung bunga dengan metode-metode
perhitungan bunga.
Memahami berbagai teknik ekivalensi untuk
berbagai pola cash flow.
Memahami dan mampu mengitung depresiasi.
Ekonomi Teknik
Difinisi Ekonomi Teknik :
Adalah ilmu yang mempelajari tentang analisis ekonomi
untuk pekerjaan teknik dengan kriteria efisiensi ekonomi
agar diperoleh suatu keputusan yang baik secara ekonomi.
$1 $ 1 + bunga
0 1 2 N-1 n
• Tahun sekarang, harga suatu barang x rp, lima thn yang akan
datang menjadi y rp (nilai uang berubah turun dengan
berjalannya waktu) “Inflasi”
• lima thn yang lalu, investasi uang, x rp, saat ini akan dating
menjadi [x + i(bunga)] rp (uang x rp pada lima thn yang lalu scr
finansial sama dengan (x + I) pada saat ini.
• Kesamaan nilai finansial “Ekivalensi”
Bunga Majemuk,
Adalah bila pembayaran hutang dilakukan dalam beberapa
kali periode bunga, dimana bunga dihiung pada akhir tiap
periode.
Terdapat beberapa cara pembayaran hutang yang
umum dilakukan :
Misal P = 10.000.000 ; n = 4 tahun ; i = 20 %
I 0 - - - 10.000.000
1 2.000.000 12.000.000 2.000.000 10.000.000
2 2.000.000 12.000.000 2.000.000 10.000.000
3 2.000.000 12.000.000 2.000.000 10.000.000
4 2.000.000 12.000.000 12.000.000 0
II 0 - - - 10.000.000
1 2.000.000 12.000.000 4.500.000 7.500.000
2 1.500.000 9.000.000 4.000.000 5.000.000
3 1.000.000 6.000.000 3.500.000 2.500.000
4 500.000 3.000.000 3.000.000 0
III 0 - - = 10.000.000
1 2.000.000 12.000.000 3.862.891 8.137.109
2 1.627.422 9.764.531 3.862.891 5.901.640
3 1.180.327 7.081.967 3.862.891 3.219.076
4 643.815 3.862.891 3.862.891 0
IV 0 - - - 10.000.000
1 2.000.000 12.000.000 0 12.000.000
2 2.400.000 14.400.000 0 14.400.000
3 2.880.000 17.280.000 0 17.280.000
4 3.456.000 20.736.000 20.736.000 0
SUKU BUNGA NOMINAL DAN
SUKU BUNGA EFEKTIF
F
P
A. Pembayaran Tunggal
Single payment, yaitu pembayaran dan penerimaan
uang masing-masing dibayarkan sekaligus pada awal
atau akhir dari suatu periode.
/ /
O 1 2 3 .... n-2 n-1 n
P
Rumus : F = P(1+i)n
atau F = P ( F/P, i, n )
Contoh :
Seseorang menginvestasikan uang di sebuah Bank
sebesar Rp 20.000.000,00 dengan tingkat bunga 6% per
tahun. Berapa jumlah uang setelah diinvestasikan
selama 5 tahun ?.
Penyelesaian :
P = Rp 20.000.000,00 ; i = 6% ; n = 5
F = P (1 + i )n
= ( Rp 20.000.000,00) ( 1 + 0,06)5
atau :
F = P (F/P, i, n)
= (Rp 20.000.000,00)*(1,338) = Rp 26.760.000,00
atau P = F ( P/F, i, n )
Contoh :
Seseorang memperhitungkan bahwa 15 tahun yang akan
datang anaknya yang sulung akan masuk perguruan tinggi,
untuk itu diperkirakan membutuhkan biaya sebesar Rp
35.000.000,00. Bila tingkat bunga adalah 5 %, maka berapa
ia harus menabungkan uangnya sekarang ?
Penyelesaian :
F = Rp 35.000.000,00 ; i = 5% ; n = 15
P = (Rp 35.000.000,00) (P/F, 5 , 15)
= (Rp 35.000.000,00) (0,4810)
= Rp 16.835.000,00
B. Deret Seragam (Uniform Series )
1. Sinking Factor (Mencari A bila diketahui F)
Agar pada akhir periode n dapat diperoleh
uang sejumlah F rupiah, maka berapa A
rupiah yg harus dibayarkan pada setiap akhir
periode dengan tingkat bunga i% ?
F
•0 1 2 3 4 n-2 n-1 n
/ /
A A A A A A A
Rumus : A = F i/(1+i)n -1
atau A = F ( A/F, i, n )
Contoh :
Tuan Sastro ingin mengumpulkan uang untuk membeli
rumah setelah dia pensiun. Diperkirakan 10 tahun lagi dia
pensiun. Jumlah uang yang diperlukan Rp 225.000.000,00.
Tingkat bunga 12 % setahun. Berapa jumlah yang harus
ditabung setiap tahunnya ?
Penyelesaian :
F = Rp 225.000.000,00 ; i = 12% ; n = 10
A = (Rp 225.000.000,00)(A/F, 12% , 10)
= (Rp 225.000.000,00)( 0,0570)
= Rp 12.825.000,00.
2. Compound Amount Factor (Mencari F bila diketahui A)
Bila uang sebesar A rupiah dibayarkan pada setiap akhir
periode selama n periode dengan tingkat bunga i%, maka
berapa besar F rupiah yang terkumpul pada akhir periode
tersebut ?.
Rumus: F = A { (1 + i) n - 1} / i
atau F = A ( F/A, i , n )
Contoh :
Bila setiap tahun ditabung uang sebesar Rp 12.000.000,00
selama 8 tahun dengan tingkat bunga 6%. Berapa besar
uang yang akan terkumpul setelah akhir periode tersebut ?.
Penyelesaian :
A = Rp 12.000.000,00 ; i = 6% ; n = 8
F = ( Rp 12.000.000,00 )( F/A, 6%, 8 )
= ( Rp 12.000.000,00 )( 9,897 )
= Rp 118.764.000,00
Penyelesaian :
P = Rp 17.500.000,00 ; i = 10% ; n = 7
A = ( Rp 17.500.000,00 )( A/P, 10% , 7 )
= ( Rp 17.500.000,00 )( 0,2054 )
= Rp 3.594.500,00
4. Present Wort Factor (Mencari P bila diketahui A)
Untuk dapat menerima uang sebesar A rupiah setiap akhir
periode, selama n periode dengan tingkat bunga i, maka
berapa besar modal yang harus ditanam pada awal periode
pertama ?.
Rumus : P = A { ( 1 + i ) n – 1} / { i ( 1 + i ) n }
atau P = A ( P/A, i , n )
Contoh :
Perusahaan Go Public mempunyai kewajiban untuk membayar
‘royalti’ sebesar Rp 250.000,00 setiap akhir tahun selama 5
tahun berturut-turut. Jika perusahaan tersebut menyetujui
membayar sekaligus pada awal tahun pertama dengan tingkat
bunga sebesar 15%, maka berapa jumlah uang yang harus
dibayar oleh perusahaan tersebut ?.
Penyelesaian :
A = Rp 250.000,00; i = 15%; n = 5
P = ( Rp 250.000,00 )( P/A , 15%, 5 )
= ( Rp 250.000,00 )( 3,3522 )
= Rp 838.050,00.
C. Uniform Gradient Series Factor
A1+(n-2)G
A1+2G
A1+G
A1
/ /
•0 1 2 3 n-1 n
Rumus : A = A1 + A2
A2 = G [ 1/i - n/(1 + i)n – 1]
= G (A/G, i , n)
Keterangan :
A = pembayaran per periode dengan jumlah
yang sama
Keterangan : A = pembayaran per periode dengan
jumlah yang sama
A1 = pembayaran pada akhir peroide
pertama
G = “gradient”, perubahan per periode
n = jumlah periode
Contoh :
Si Doel pada thn pertama merencanakan menginvestasikan
uangnya sebesar Rp 10.000.000,00 dari sebagian hasil
usahanya. Ia merasa bahwa kemampuannya
menginvestasikan uangnya bertambah Rp 200.000,00 tiap
tahun, dimana hal ini berlangsung selama 9 tahun
berikutnya. Bila tingkat bunga adalah 8%, berapa rata-rata
tabungan Si Doel setiap tahunnya?
Penyelesaian :
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
10 jt
10.2
10.4
10.6
10.8
11
11.2
11.4
11.6
11.8
A = A1 + A2
= A1 + G (A/G, 8, 10)
= Rp 10.000.000,00 + Rp 200.000,00 (3,8713)
= Rp 10.000.000,00 + Rp 774.260,00
= Rp 10.744.260,00
Rp 3.000
Rp 8.000
Rp 6.000
Rp 10.000
Rp 12.000
A = P (A/P, i%, N)
= Rp 29.485,8 (A/P, 12%, 5)
= Rp 29.485,8 (0.27741)
= Rp 8.179,66
Soal-soal Latihan
1. Seorang investor meminjam uang dari sebuah bank
sebesar $ 100.000 dengan suku bunga pertahun sebesar
12%. Investor bermaksud mengembalikan pinjamannya
tersebut pada akhir tahun ke 10. Berapakah uang yang
harus dibayarkan kelak?
0 1 2 3 4 5 6 7 8
(-)
$ 3.000
3. Depresiasi Teknologi :
Adanya penemuan baru mengakibatkan
peralatan yang
sudah ada menjadi tidak ekonomis lagi yang
disebabkan oleh kemajuan teknologi.
Metode-metode Depresiasi
Keterangan :
Dt = nilai depresiasi tahunan
t = tahun (t = 1,2,3 ........,n)
P = investasi awal/first cost
n = periode pendapatan (umur depresiasi yg
diharapkan)
Bvt = book value
d = tingkat depresiasi
Contoh :
Jika diketahui nilai investasi awal adalah $ 50.000 dengan
nilai sisa $ 10.000 setelah 5 tahun, maka hitungkah nilai
depresiasi tahunan, book value.
Dt = P - SV / n
= $ 50.000 - $ 10.000 / 5
= $ 8.000/tahun
Perhitungan depresiasi selama umur pakai dapat dilihat pada
tabel berikut :
Akhir tahun ke-t Besarnya penyusutan pada Nilai buku pada akhir tahun ke-t
tahun ke-t
0 - $ 50.000
1 $ 8.000 42.000
2 8.000 34.000
3 8.000 26.000
4 8.000 18.000
5 8.000 10.000 (salveVa lue)
2. Metode jumlah angka tahun
Metode ini menghasilkan ongkos depresiasi yang pada awal
periode paling besar, sedangkan pada tahun-tahun
berikutnya makin mengecil hingga akhir umur
ekonomisnya. Ongkos depresiasi setiap tahun dihitung
dengan membagi sisa umur hidup pada awal tahun
terhadap jumlah angka tahun dari umur hidup seluruhnya
dan dikalikan dengan jumlah ongkos yang didepresiasikan.
Hubungan tersebut di atas dapat dinyatakan sebagai :
t (n - t/2 + 0.5)
Bvt = P - (P - SV)
S
n-t+1
dt =
S
Keterangan : Dt = nilai depresiasi
S = sum of year digit (sampai n)
n = periode depresiasi
Bvt = book value periode ke t
dt = tingkat depresiasi
P = Fisrt cost
SV = salvage value
3 (3 - 3/2 + 1/2)
BV3 = 25.000 - (25.000 - 4.000)
36
3 (7)
= 25.000 - (21.000) = $ 12750
36
Modul VII : Pengendalian Kualitas
Statistik
Keuntungan :
Untuk mempertinggi kualitas atau mengurangi
biaya.
Menjaga kualitas lebih uniform.
Penggunaan alat produksi lebih efisien.
Mengurangi rework dan pembuangan.
Inspeksi yang lebih baik.
Memperbaiki hubungan produsen-
konsumen.
Spesifikasi lebih baik.
Teknik Pengendalian Kualitas Statistik
4. Metode Khusus
Metode ini digunakan untuk pengendalian
kualitas dalam industri, al : korelasi, analisis
variansi, analisis toleransi, dll.
PETA KENDALI (CONTROL CHART)
Metode Statistik untuk menggambarkan adanya
variasi atau penyimpangan dari mutu (kualitas)
hasil produksi yang diinginkan.
Peta kendali R :
Memantau perubahan dalam hal spread-nya
(penyebarannya).
Memantau tingkat keakurasian/ketepatan proses yang
diukur dengan mencari range dari sampel yang diambil.
Langkah dalam pembuatan Peta X dan R
atau S = R/d2
N N 1
Kriteria penilaian :
Jika Cp > 1,33 , maka kapabilitas proses sangat
baik
Jika 1,00 ≤ Cp ≤ 1,33, maka kapabilitas proses
baik
Jika Cp < 1,00, maka kapabilitas proses rendah
Hitung Indeks Cpk :
Cpk = Minimum { CPU ; CPL }
Dimana :
USL X X LSL
CPU = dan CPL =
3S 3S
Kriteria penilaian :
Jika Cpk = Cp, maka proses terjadi ditengah
Jika Cpk = 1, maka proses menghasilan produk
yang sesuai dengan spesifikasi
Jika Cpk < 1, maka proses menghasilkan produk
yang tidak sesuai dengan spesifikasi
Kondisi Ideal : Cp > 1,33 dan Cp = Cpk
Contoh Kasus
S =
i i
N N 1
Peta kendali – p
Perbandingan antara banyaknya cacat dengan
semua pengamatan, yaitu setiap produk yang
diklasifikasikan sebagai “diterima” atau “ditolak”
(yang diperhatikan banyaknya produk cacat).
Langkah-langkah pembuatan peta kendali - p :
1. Tentukan ukuran contoh/subgrup yang cukup
besar (n > 30),
2. Kumpulkan banyaknya subgrup (k) sedikitnya
20–25 sub-grup,
3. Hitung untuk setiap subgrup nilai proporsi unit
yang cacat, yaitu :
p = jumlah unit cacat/ukuran subgrup
p 1 p
UCL = p + 3
n
p 1 p
LCL = p – 3
n