You are on page 1of 101

Komisi Pemberantasan Korupsi

(KPK)

STRATEGI PEMBERANTASAN TINDAK


PIDANA KORUPSI

 Latar Belakang
 Tugas & Fungsi
 Tindak Pidana Korupsi
 Rencana strategis
 Kode Etik Pimpinan

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002


12/09/21 1
LATAR BELAKANG DIBENTUKNYA KPK
Kualitas TPK-makin sistematis & merasuki seluruh aspek kehidupan
masy. Sehingga membawa bencana terhadap kehidupan perekonomian
nasional & pada kehidupan berbangsa dan bernegara pada umumnya

pelanggaran terhadap hak-hak sosial dan hak-hak ekonomi masyarakat

TPK adalah kejahatan luar biasa


Pemberantasan TPK yang dilakukan secara konvensional selama ini terbukti mengalami
bbg hambatan shg perlu metode penegakan hukum secara luar biasa melalui
pembentukan badan khusus dengan kewenangan luas, independen serta bebas dari
kekuasaan manapun dalam upaya pemberantasan TPK, yang pelaksanaannya dilakukan
secara optimal, intensif, efektif, profesional serta berkesinambungan

UU No. 30 Th. 2002 Tentang


12/09/21 2
Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
UU No. 30 tahun 2002 merupakan amanat
dari UU No. 31 tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
pasal 43 yang mengatakan perlu dibentuk
Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi melalui Undang-Undang sehingga
lahirlah …….

12/09/21 3
UU No. 30
Tahun 2002
s al 3
Pa
Komisi Pemberantasan Korupsi adalah
lembaga negara yang dalam melaksanakan
tugas dan wewenangnya bersifat independen
dan bebas dari pengaruh kekuasaan manapun.

Pengertian “kekuasaan manapun” adalah


kekuatan yang dapat mempengaruhi tugas dan
wewenang Komisi Pemberantasan Korupsi atau
anggota Komisi secara individual dari pihak
eksekutif, yudikatif, legislatif, pihak-pihak lain
yang terkait dengan perkara tindak pidana
korupsi, atau keadaan dan situasi ataupun
dengan alasan apapun.
12/09/21   4
Pemberantasan TPK
Ps. 1 butir 3 UU No. 30/2002
 Pemberantasan TPK adalah
serangkaian tindakan untuk :
mencegah dan memberantas TPK
melalui upaya koordinasi, supervisi,
monitor, penyelidikan-penyidikan-
penuntutan dan pemeriksaan di
sidang pengadilan dengan peran
serta masyarakat
12/09/21 5
PP No. 71
Pengertian tahun 2000

Pasal 1 ayat (1) :


Peran serta masyarakat adalah
peran aktif perorangan,
organisasi masyarakat, atau
lembaga swadaya masyarakat
dalam pencegahan dan
pemberantasan tindak pidana
korupsi

12/09/21 6
Peran Serta Masyarakat dalam
Pencegahan dan Pemberantasan TPK
Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999(pasal 41 dan 42)

Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud dalam


diwujudkan dalam bentuk :
• hak mencari, memperoleh, dan memberikan informasi adanya dugaan telah
terjadi tindak pidana korupsi;
• hak untuk memperoleh pelayanan dalam mencari, memperoleh dan
memberikan informasi adanya dugaan telah terjadi tindak pidana korupsi
kepada penegak hukum yang menangani perkara tindak pidana korupsi;
• hak menyampaikan saran dan pendapat secara bertanggung jawab
kepada penegak hukum yang menangani perkara tindak pidana korupsi;
• hak untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan tentang laporannya
yang diberikan kepada penegak hukum dalam waktu paling lama 30 (tiga
puluh) hari;
• hak untuk memperoleh perlindungan hukum

12/09/21 7
PP No. 71
Pemberian Penghargaan tahun 2000

kepada setiap orang, organisasi


masyarakat, atau lembaga swadaya
masyarakat yang telah membantu upaya
pencegahan atau pemberantasan tindak
pidana korupsi akan diberikan
penghargaan berupa piagam atau premi (2
permil dari nilai kerugian negara yang
dikembalikan)

12/09/21 8
Tugas dan Wewenang
Pasal 6 UU No. 30 / 2002

1. Koordinasi dengan instansi yang berwenang


melakukan pemberantasan tindak pidana
korupsi.
2. Supervisi terhadap instansi yang berwenang
melakukan pemberantasan tindak pidana
korupsi.
3. Melakukan penyelidikan, penyidikan dan
penuntutan terhadap tindak pidana korupsi.
4. Melakukan tindakan-tindakan pencegahan
tindak pidana korupsi,; dan
5. Melakukan monitor terhadap
penyelenggaraan pemerintahan negara.
12/09/21 9
UU No. 30 Tahun 2002

Koordinasi
(Pasal 7)

Supervisi
(Pasal 8)

Penyelidikan,
Tugas KPK Penyidikan,
& Penuntutan
(Pasal 6) (Pasal 11)

Pencegahan
(Pasal 13 )

Monitor
(Pasal 14 )
12/09/21 10
UU No. 30 Tahun 2002

Tugas Koordinasi (Pasal 7)


Dalam melaksanakan tugas koordinasi, KPK berwenang:

a. Mengkoordinasikan penyelidikan,
penyidikan, dan penuntutan tindak Kejaksaan
Kepolisian
pidana korupsi

b. Menetapkan sistem pelaporan dlm


kegiatan pemberantasan tindak BPK
pidana korupsi
BPKP
c. Meminta informasi tentang kegiatan
pemberantasan tindak pidana korupsi
kepada instansi terkait
Inspektorat
d. Melaksanakan dengar pendapat & LPND
pertemuan dg instansi yang berwenang
melakukan pemberantasan tindak
pidana korupsi
Itjen Dep Bawasda
e. Meminta laporan instansi terkait
ttg pencegahan tindak pidana korupsi
prev 12/09/21
tugas 11
UU No. 30 Tahun 2002

Tugas Supervisi (Pasal 8)


Dalam melaksanakan tugas supervisi, KPK berwenang:

Kepolisian Kejaksaan
Melakukan pengawasan, penelitian, atau
BPK
penelaahan thd instansi yg menjalankan tugas BPKP
dan wewenang yang berkaitan dg Itjen Dep
Bawasda
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi,
dan instansi yg melaksanakan pelayanan Departemen, LPND,
publik Kementerian
(pelayanan publik)

Mengambil alih penyidikan atau penuntutan Kepolisian


thd pelaku tpk yang sedang dilakukan oleh
Kejaksaan
kepolisian atau kejaksaan

prev 12/09/21
tugas 12
UU No. 30 Tahun 2002

Alasan Pengambilalihan Penyidikan &


Penuntutan (Pasal 9, 10)

• Laporan masyarakat ttg tindak pidana korupsi tidak ditindaklanjuti

• Proses penanganan tindak pidana korupsi berlarut-larut


/ tertunda-tunda tanpa alasan yg dapat dipertanggungjawabkan
KPK
memberi
• Penanganan tindak pidana korupsi ditujukan untuk
tahukan
melindungi pelaku tindak pidana korupsi yg sesungguhnya
kpd
• Penanganan tindak pidana korupsi mengandung unsur korupsi penyidik
• Hambatan penanganan tindak pidana korupsi karena campur /
tangan dari eksekutif, yudikatif, atau legislatif penuntu
• Keadaan lain yg menurut kepolisian/kejaksaan,
t umum
penanganan tindak pidana korupsi sulit dilaksanakan dg baik
dan dapat dipertanggungjawabkan

12/09/21 13
prev tugas
UU No. 30 Tahun 2002

Tugas Pencegahan (Pasal 13)

KPK berwenang melaksanakan langkah atau upaya


pencegahan sebagai berikut:
• Melakukan pendaftaran dan pemeriksaan thd
laporan harta kekayaan penyelenggara negara
• Menerima laporan dan menetapkan status Gratifikasi
• Menyelenggarakan program pendidikan antikorupsi
pada setiap jenjang pendidikan
• Merancang dan mendorong terlaksananya program
sosialisasi pemberantasan tindak pidana korupsi
• Melakukan kampanye antikorupsi kpd masyarakat umum
• Melakukan kerja sama bilateral atau multilateral
12/09/21 14
dalam pemberantasan tindak pidana korupsi
Penyelenggara Negara
UU No. 28 tahun 1999 Pasal 1 butir

Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan


Penyelenggara Negara adalah Pejabat Negara yang
menjalankan fungsi eksekutif, legislatif, atau
yudikatif, dan pejabat lain yang fungsi dan tugas
pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan
negara sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku

12/09/21 15
Penyelenggara Negara
UU No. 28 tahun 1999 Pasal 2

1. Penyelenggara Negara meliputi:


2. Pejabat Negara pada Lembaga Tertinggi Negara
3. Pejabat Negara pada Lembaga Tinggi Negara
4. Menteri
5. Gubernur
6. Hakim
7. Pejabat negara yang lain sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku; dan
8. Pejabat lain yang memiliki fungsi strategis dalam kaitannya
dengan penyelenggaraan negara sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku (a.l. Pejabat
Eselon I dan Pejabat lain yang disamakan di lingkungan
sipil, militer, dan Kepolisian Negara Republik Indonesia)
12/09/21 16
UU No. 30 Tahun 2002

Tugas Monitor (Pasal 14)


Dalam melaksanakan tugas monitor KPK berwenang:

Melakukan pengkajian thd sistem di semua lembaga negara


pengelolaan administrasi & pemerintah

Memberi saran perubahan jika


Kepada semua pimpinan
berdasarkan hasil pengkajian,
lembaga negara &
sistem pengelolaan administrasi
pemerintah
tersebut berpotensi korupsi

Melaporkan jika saran KPK


Kepada :
mengenai usulan perubahan
Presiden, DPR, & BPK
tersebut tidak diindahkan

12/09/21
tugas 17
Tindak Pidana Korupsi

UU No. 30 tahun 2002, UU No. 31


tahun 1999, dan UU No. 20 tahun 2001
12/09/21 18
Pasal 1 butir 1 UU No. 30 tahun 2002

Tindak Pidana Korupsi (TPK) adalah


sebagaimana dimaksud dalam UU
Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi sebagaimana telah diubah
dengan UU Nomor 20 Tahun 2001

12/09/21 19
UU 31 / 1999 jo UU 20 / 2001
Delik-delik tindak pidana korupsi

1. Delik yang berhubungan dengan perbuatan yang merugikan


keuangan negara dan atau perekonomian negara yaitu
sebagaimana rumusan pasal 2 (1) dan pasal 3;
2. Delik yang berhubungan dengan pemberian kepada Pegawai
Negeri (penyuapan/bribbery) dan Pegawai Negeri/Hakim yang
menerima suap yaitu pasal 5, 6, 11, 12 a,b,c,d dan 13;
3. Delik yang berhubungan dengan penggelapan dalam jabatan yaitu
pasal 8,9 dan10:
4. Delik yang berhubungan dengan pemerasan dalam jabatan
(knevelerij) yaitu pasal 12 e, f, g,
5. Delik yang berhubungan dengan pemborongan yaitu pasal 7, 12 i:
6. Delik Gratifikasi yaitu pasal 12 B jo Pasal 12 C
12/09/21 20
Rumusan TPK
Rumusan dalam UU No. 31 tahun 1999:
Pasal 2 (berasal dari pasal 1 ayat 1 sub a UU no. 3/71)
 SetiapOrang (orang perseorangan atau termasuk korporasi)
 Perbuatan melawan hukum;
 Memperkaya diri sendiri atau orang lain atau korporasi;
 yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.

Pasal 3 (berasal dari pasal 1 ayat 1 sub b UU no. 3/71)


 SetiapOrang (orang perseorangan atau termasuk korporasi)
 Dengan tujuan menguntungkan diri sendiri, orang lain atau suatu korporasi;
 Menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada
padanya karena jabatan atau kedudukan;
 Dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara

Pasal 13 (berasal dari pasal 1 ayat 1 sub d UU No. 3/71)


 Setiap Orang (orang perseorangan atau termasuk korporasi)
 Memberi hadiah atau janji
 Kepada pegawai negeri
 Dengan mengingat kekuasaan atau wewenang yang melekat pada
jabatannya atau kedudukannya atau oleh pemberi hadiah atau janji
dianggap melekat pada jabatan atau kedudukan tersebut.
12/09/21 21
Pengertian Gratifikasi menurut penjelasan

Ps 12 B UU No. 20 / 2001
 pemberian dalam arti luas, yakni meliputi pemberian
uang, barang, rabat (discount), komisi, pinjaman tanpa
bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan
wisata, pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya.
Gratifikasi tersebut baik yang diterima di dalam negeri
maupun di luar negeri dan yang dilakukan dengan
menggunakan sarana elektronik atau tanpa sarana
elektronik .

 Pengecualian
 UU No. 20 / 2001 Pasal 12 C ayat (1) :
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 B
ayat (1) tidak berlaku, jika penerima melaporkan
gratifikasi yang diterimanya kepada Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
12/09/21 22
Ketentuan Tentang Gratifikasi
UU No. 20 / 2001 Pasal 12 B

(1) Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara


dianggap pemberian suap, apabila berhubungan dengan jabatannya dan
yang berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya, dengan ketentuan
sebagai berikut:
•yang nilainya Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) atau lebih,
pembuktian bahwa gratifikasi tersebut bukan merupakan suap
dilakukan oleh penerima gratifikasi; (Pembuktian terbalik)
•yang nilainya kurang dari Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah),
pembuktian bahwa gratifikasi tersebut suap dilakukan oleh penuntut
umum.
(2)  Pidana bagi pegawai negeri atau penyelenggara negara
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah pidana penjara seumur
hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling
lama 20 (dua puluh) tahun, dan pidana denda paling sedikit Rp
200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp
1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
12/09/21 23
Laporan Penerimaan Gratifikasi
pasal 16 UU No. 30 tahun 2002

Setiap pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima


gratifikasi wajib melaporkan kepada Komisi Pemberantasan Korupsi,
dengan tata cara sebagai berikut:

a.Laporan
disampaikan secara tertulis dengan mengisi formulir
sebagaimana ditetapkan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi dengan
melampirkan dokumen yang berkaitan dengan gratifikasi.

b. Formulir sebagaimana dimaksud pada butir a sekurang-kurangnya


memuat:
nama dan alamat lengkap penerima dan pemberi gratifikasi;
jabatan pegawai negeri atau penyelenggara negara;
tempat dan waktu penerimaan gratifikasi;
uraian jenis gratifikasi yang diterima; dan
nilai gratifikasi yang diterima

12/09/21 24
Pelaporan dan Penentuan Pasal 16, 17,
Status Gratifikasi dan 18
UU No. 30
th. 2002

Penerima Laporan Tertulis Proses


Gratifikasi kepada KPK Penetapan Status
30

Dapat
H
Pasal memanggil A
Waktu 30 hari
12C Penerima
R
kerja Gratifikasi
UU I
sejak diterima
No.
20 th 7 Hari Kerja sejak K
Pimpinan KPK
2001 ditetapkan statusnya melakukan E
penelitian R
Menteri J
Keuangan A
SK Pimpinan
KPK ttg
Status Gratifikasi
Penerima
12/09/21 Gratifikasi 25
Alamat Laporan Gratifikasi
 Surat :
 Komisi Pemberantasan Korupsi, Jl.
Veteran III no. 2 Jakarta Pusat
 Fax:
 No. (021) 3841824
 Email
 Informasi @ kpk.go.id

12/09/21 26
UU No. 20 tahun 2001
Simpulan : Apabila Seorang Pegawai Pasal 12 C
UU No. 30 tahun 2002
Negeri atau Penyelenggara Negara Pasal 16

menerima Gratifikasi ?

A D A
K E P
K A N
PO R I SI
LA K O M S AN
N T A
ER A
E M B PS I
P O R U
12/09/21
K 27
UU No. 30 Tahun 2002

Tugas Penyelidikan,
Penyidikan, & Penuntutan
(Pasal 11)

12/09/21 28
PROSES: DARI MUNCULNYA DUGAAN TPK S.D PELAKSANAAN PENINDAKAN

SUMBER INFORMASI
Eksternal:
- Pengaduan Masyarakat (Telepon,
Surat, Langsung)
- Laporan Lembaga Penunjang (BPK, Pusat Pelaporan
BPKP, Itjen, Bawasda),

Internal Komisi:
Bidang Pencegahan: tindak lanjut
pemeriksaan LKPN, pemeriksaan
gratifikasi Assessment

Bukan TPK Tindak Pidana Korupsi (TPK)

Bukan
Kriminal Kewenangan Kepolisian/
Kriminal KPK Kejaksaan

Kepolisian Instansi terkait

Tidak/Belum
Diproses
Diproses

Penyelidikan

Pelaksanaan
Koordinasi dan Laporan Hasil Tidak Terbukti Stop
Supervisi dgn
Kepolisian dan
Kejaksaan
KPK Kepolisian/
Kejaksaan

Penyidikan
Pengambil-alihan
Penyidikan atau
Penuntutan Penuntutan

Evaluasi

Peradilan Korupsi

Report

12/09/21 29
Wewenag Bidang Pengaduan Masyarakat

Wewenang Bidang Penindakan


Dimungkinkan untuk dilakukan
upaya hukum banding ke
pengadilan tinggi TPK dan
Kasasi ke Mahkamah Agung

PERAN SERTA
MASYARAKAT
KASUS KPK PENGADILAN
Pengaduan/ KASUS TPK (ADHOCK)
Informasi
1. Melibatkan aparat
PENYELIDIKAN penegak hukum,
penyelenggara negara,
PENYIDIKAN dan orang lain yang ada
kaitannya dengan TPK
PENUNTUTAN yang dilakukan oleh
aparat penegak hukum
Kewenangan KPK (pasal 12 UU No. 30 tahun 2002) atau “penyelenggara
Menyadap & merekam pembicaraan
negara (UU 28/99)

Memerintahkan pelarangan ke luar negeri 2. Mendapat perhatian yang


meresah kan masyarakat,
Meminta keterangan ttg keadaan keuangan tersangka atau terdakwa
dan/atau
Memerintahkan pemblokiran rekening milik tersangka atau terdakwa atau pihak lain
yang terkait 3. Menyangkut kerugian
negara > satu milyar
Memerintahkan pemberhentian sementara tersangka dari jabatannya

Meminta data kekayaan & perpajakan tersangka


Segala kewenangan
Menghentikan transaksi untuk sementara/ mencabut sementara perijinan/lisensi/
konsesi dalam KUHAP
Meminta bantuan pencarian, penyitaan, pencarian barang bukti di luar negeri
(UU No. 8 th. 1981)
12/09/21 30
juga dimiliki oleh KPK
Meminta bantuan penangkapan, penahanan, penggeledahan, penyitaan
PENYELIDIKAN (LID)
1. Dilakukan atas perintah Pimpinan KPK
* Menemukan bukti permulaan yang cukup = 2 alat bukti
2. Gugatan rehabilitasi dan atau kompensasi
serta praperadilan terhadap KPK (termasuk informasi/data yang diucapkan, dikirim, diterima atau
disimpan secara biasa atau menggunakan elektronik/ optik) (ps. 26 A
dimungkinkan
UU No. 20/2001)
* Bila diketemukan 7 (tujuh) hari penyelidik telah melapor- kan
kepada KPK
* Hasilnya dapat disidik sendiri oleh KPK atau dilimpahkan ke
Penyidik Polri atau Kejaksaan
* Bila tidak ditemukan KPK menghentikan LID.

PENYIDIKAN (DIK)
* Prosedur khusus untuk memeriksa tersangka tidak berlaku
* Penyitaan dapat dilakukan tanpa ijin Pengadilan

KPK •Tersangka wajib memberikan keterangan tentang seluruh harta


bendanya, istri, anak dan organisasi/ korporasi yang diketahui atau
patut diduga mempunyai hubungan dengan TPK yang dilakukan
tersangka.
•Tidak berwenang mengeluarkan SP3
•Mengkoordinasikan/mengendalikan penyidikan perkara koneksitas

PENUNTUTAN (TUT)
* PU pada KPK adalah Jaksa Penuntut Umum
* 14 hari setelah berkas diterima telah dilimpahkan ke Pengadilan
•Pelimpahan ke Pengadilan TPK (AdHock)  PN Jakarta Pusat
* Pemeriksaan dilakukan
(ps. 38B pembuktian terbalik mengenai harta benda)
berdasarkan KUHAP dan UU
12/09/21
No. 31 tahun 1999 Jo UU No. 20 * Paling lama 90 hari sudah diputus. 31
tahun 2001 * Upaya hukum dapat dilakukan (Banding, Kasasi).
UU No. 30 Tahun 2002

Tanggung Jawab KPK (Pasal 20)


1
KPK mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya
Kepada PUBLIK, dengan cara:
- wajib audit atas kinerja & pertanggungjawaban keuangan
- menerbitkan laporan tahunan
- membuka akses informasi
2
KPK menyampaikan laporannya secara terbuka dan berkala
kepada Presiden RI, DPR RI, dan BPK

12/09/21 32
UU No. 30 Tahun 2002

Kewajiban dan Larangan


 Kewajiban KPK tercantum dalam ps. 15 :
√ memberikan perlindungan terhadap saksi
atau pelapor;
√ memberikan informasi kepada masyarakat;
√ menyusun laporan tahunan dan
menyampaikannya kepada Presiden RI, DPR,
dan BPK;
√ menegakkan sumpah jabatan;
√ Melaksanakan tugas, tanggung jawab, dan
wewenangnya berdasarkan asas-asas:
kepastian hukum, keterbukaan, akuntabilitas,
kepentingan umum, dan proporsionalitas
12/09/21 33
UU No. 30 Tahun 2002

Kewajiban dan Larangan


 Larangan terhadap Pimpinan, Tim Penasehat dan Pegawai KPK
tercantum dalam ps. 36, ps. 37 dan ps. 66:
 mengadakan hubungan langsung atau tidak langsung dengan
tersangka atau pihak lain yang ada hubungan dengan perkara
tindak pidana korupsi yang ditangani Komisi Pemberantasan
Korupsi dengan alasan apa pun;
 menangani perkara tindak pidana korupsi yang pelakunya
mempunyai hubungan keluarga sedarah atau semenda dalam
garis lurus ke atas atau ke bawah sampai derajat ketiga dengan
anggota Komisi Pemberantasan Korupsi yang bersangkutan;
 menjabat komisaris atau direksi suatu perseroan, organ yayasan,
pengawas atau pengurus koperasi, dan jabatan profesi lainnya
atau kegiatan lainnya yang berhubungan dengan jabatan
tersebut.
 Ancaman pidana bagi Pimpinan dan Pegawai yang melanggar
larangan tersebut adalah pidana penjara paling lama 5 (lima)
tahun (ps. 65)
12/09/21 34
Struktur Organisasi Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK)
PIMPINAN

PENASEHAT

DEPUTI BIDANG DEPUTI BIDANG PENGAWASAN SEKRETARIAT


DEPUTI BIDANG DEPUTI BIDANG INTERNAL & PENGADUAN
PENCEGAHAN PENINDAKAN INFORMASI & DATA MASYARAKAT JENDERAL

SEKRETARIAT DEPUTI SEKRETARIAT DEPUTI SEKRETARIAT DEPUTI SEKRETARIAT DEPUTI BIRO PERENCANAAN &
BIDANG PENINDAKAN BIDANG PENINDAKAN BIDANG INFORMASI & DATA BIDANG PI & PM KEUANGAN

DIREKTORAT DIREKTORAT
DIREKTORAT DIREKTORAT
PENDAFTARAN & PENGOLAHAN INFORMASI BIRO UMUM
PENYELIDIKAN PENGAWASAN INTERNAL
PEMERIKSAAN LKPN & DATA

SATGAS-SATGAS DIREKTORAT PEMBINAAN


DIREKTORAT DIREKTORAT BIRO SUMBER DAYA
GRATIFIKASI JARINGAN KERJA ANTAR
PENGADUAN MASYARAKAT MANUSIA
KOMISI & INSTANSI

DIREKTORAT PENYIDIKAN
DIREKTORAT PENDIDIKAN DIREKTORAT
& PELAYANAN MONITOR
MASYARAKAT
SATGAS-SATGAS

DIREKTORAT PENELITIAN
& PENGEMBANGAN DIREKTORAT
PENUNTUTAN

SATGAS-SATGAS
12/09/21 35
KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI

RENCANA STRATEGIS

12/09/21 36
Strategi KPK Pendekatan yang dipilih untuk
merumuskan Rencana
Strategis Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK)
adalah diawali dengan
Visi
merumuskan Visi dan Misi
Misi KPK yang telah dilakukan oleh
Pembangunan Penggalangan kelima Anggota Pimpinan KPK
Kelembagaan Penindakan Pencegahan Keikutsertaan dengan dibantu oleh suatu tim
KPK Masyarakat
konsultan. Setelah itu, diikuti
dengan merumuskan tujuan-
Implementasi program terintegrasi tujuan dan sasaran yang ingin
dicapai dalam waktu empat
tahun maupun dalam jangka
Sumber daya yang diperlukan waktu pendek (satu tahun).
APBN Bantuan pihak lain
Untuk mencapai tujuan-tujuan
yang telah dirumuskan
Pencapaian Misi tersebut selanjutnya dirancang
12/09/21 strategi-strategi. 37
Strategi KPK

Visi
Misi

Pembangunan Penggalangan
Kelembagaan Penindakan Pencegahan Keikutsertaan
KPK Masyarakat Mewujudkan Indonesia
yang Bebas Korupsi
Implementasi program terintegrasi

Sumber daya yang diperlukan


APBN Bantuan pihak lain

Pencapaian Misi
12/09/21 38
Strategi KPK

Visi
Misi

Pembangunan Penggalangan
Kelembagaan Penindakan Pencegahan Keikutsertaan
KPK Masyarakat Penggerak Perubahan
untuk Mewujudkan
Implementasi program terintegrasi Bangsa yang Anti
Korupsi
Sumber daya yang diperlukan
APBN Bantuan pihak lain

Pencapaian Misi
12/09/21 39
Strategi KPK Strategi pembangunan kelembagaan ini
dijabarkan dalam sejumlah kegiatan yang
terdiri dari:
1. Penyusunan struktur organisasi
2. Penyusunan kode etik
3. Penyusunan rencana strategis
Visi 4. Penyusunan rencana kinerja
Misi 5. Penyusunan anggaran
6. Penyusunan prosedur operasi standar
Pembangunan Penggalangan 7. Penyusunan sistem manajemen sumber
Kelembagaan Penindakan Pencegahan Keikutsertaan daya manusia
KPK Masyarakat
8. Rekrutmen penasihat dan pegawai serta
pengembangan pegawai
9. Penyusunan sistem manajemen
Implementasi program terintegrasi keuangan
10. Penyusunan teknologi informasi
pendukung
11. Penyediaan peralatan dan fasilitas

Sumber daya yang diperlukan 12. Penyusunan mekanisme pengawasan


internal
APBN Bantuan pihak lain

Pencapaian Misi
12/09/21 40
Strategi penindakan ini dijabarkan
Strategi KPK dalam sejumlah kegiatan yang
terdiri dari:
1. Pengembangan sistem dan
prosedur peradilan pindana korupsi
yang ditangani langsung oleh
Visi Komisi Pemberantasan Korupsi
2. Pelaksanaan penyelidikan,
Misi penyidikan dan penuntutan perkara
tindak pidana korupsi oleh Komisi
Pembangunan Penggalangan
Pemberantasan Korupsi
Kelembagaan Penindakan Pencegahan Keikutsertaan
KPK Masyarakat 3. Pengembangan mekanisme, sistem
dan prosedur supervisi oleh Komisi
Pemberantasan Korupsi atas
Implementasi program terintegrasi penyelesaian perkara tindak pidana
korupsi yang dilaksanakan oleh
Kepolisian dan Kejaksaan
4. Identifikasi kelemahan undang-
Sumber daya yang diperlukan undang dan konflik antar undang-
undang yang berkaitan dengan
APBN Bantuan pihak lain
pemberantasan korupsi
5. Pemetaan aktivitas-aktivitas yang
Pencapaian Misi
berindikasikan tindak pidana
12/09/21 korupsi 41
Strategi KPK Strategi pencegahan ini dijabarkan
dalam sejumlah kegiatan yang
terdiri dari:
1.Peningkatan efektifitas sistem
pelaporan kekayaan penyelenggara
Visi
negara
Misi 2.Penyusunan sistem pelaporan

Pembangunan Penggalangan
gratifikasi dan sosialisasi
Kelembagaan Penindakan Pencegahan Keikutsertaan 3.Penyusunan sistem pelaporan
KPK Masyarakat
pengaduan masyarakat dan
sosialisasi
Implementasi program terintegrasi 4.Pengkajian dan penyampaian
saran perbaikan atas sistem
administrasi pemerintahan dan
pelayanan masyarakat yang
Sumber daya yang diperlukan
berindikasikan korupsi
APBN Bantuan pihak lain 5.Penelitian dan pengembangan
teknik dan metode yang
Pencapaian Misi mendukung pemberantasan
12/09/21 korupsi 42
Strategi KPK Strategi penggalangan keikutsertaan
masyarakat ini dijabarkan dalam
sejumlah kegiatan sbb:
1.Kerja sama dengan lembaga publik dan
perumusan peran masing-masing dalam
Visi pemberantasan korupsi
2.Kerja sama dengan lembaga
Misi
kemasyarakatan, sosial, keagamaan,
profesi, dunia usaha, swadaya
Pembangunan Penggalangan
masyarakat (LSM) dll., dan perumusan
Kelembagaan Penindakan Pencegahan Keikutsertaan
KPK Masyarakat peran masing-masing dalam
pemberantasan korupsi
3.Kerja sama dengan mitra
Implementasi program terintegrasi pemberantasan korupsi di luar negeri
secara bilateral maupun multi lateral
4.Kampanye anti korupsi nasional yang
terintegrasi dengan diarahkan untuk
Sumber daya yang diperlukan membentuk budaya anti korupsi
5.Pengembangan data base profil korupsi
APBN Bantuan pihak lain
6.Pengembangan & penyediaan akses
kepada publik terhadap informasi korupsi
Pencapaian Misi
12/09/21 43
RENCANA KERJA KPK TAHUN 2004
 Sosialisasi peran, fungsi, Rencana Strategis, dan Rencana Kinerja KPK
 Kampanye Nasional Anti Korupsi
 Penyusunan Proses Bisnis dan SOP
 Penggabungan organisai KPKPN ke dalam KPK
 Penyelesaian perkara TPK
 Penelitian Produk-Produk Hukum yang menghambat implementasi UU
pemberantasan korupsi dan KPK
 Pendidikan dan Pelatihan Pegawai KPK
 Riviu sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (SAKIP)
 Menyusun mekanisme kerjasama KPK dengan Lembaga Tinggi Negara,
Departemen dan LPND
 Menjalin kerjasama dengan lembaga-lembaga antikorupsi di luar negeri
(pelatihan, tukar-menukar informasi mengenai pelaku korupsi)
 Pemetaan permasalahan dan perolehan informasi TPK
 Menetapkan mekanisme kerjasama dengan perguruan tinggi, organisasi-
organisasi keagamaan, kemasyarakatan, LSM dan media massa yang
mendukung gerakan pemberantasan korupsi
 Evaluasi dan Pemantauan Kinerja KPK
Publikasi
 12/09/21 Laporan Berkala 44
 Pengembangan Sistem Informasi KPK
KODE ETIK PIMPINAN KPK
”.........Powers Tends to Corrupt; Absolut Power Tends to
Corrupt Absolutely........”

KPK adalah lembaga negara dengan


tugas yang luar biasa

dapat menjadi peluang yang luar biasa untuk terjadinya


penyalahgunaan wewenang oleh Pimpinan KPK

untuk menghindarinya  KODE ETIK


12/09/21 45
Kode Etik Pimpinan
Pimpinan Berkewajiban:
 melaksanakan ibadah dan ajaran agama yang
diyakininya;
 taat terhadap aturan hukum dan etika,
 menggunakan sumber daya publik secara efisien,
efektif dan tepat
 tegas dalam menerapkan prinsip, nilai, dan
keputusan yang telah disepakati.
 menarik garis tegas tentang apa yang patut, layak,
dan pantas dilakukan dengan apa yang tidak patut,
tidak layak, dan tidak pantas dilakukan,
 tampil ketika keputusan sulit harus diambil.

12/09/21 46
Kode Etik Pimpinan
 tidak berpihak dalam melaksanakan tugas, fungsi
dan wewenangnya.
 berani menghadapi dan menerima konsekuensi
keputusan.
 tidak berhenti belajar dan mendengar,
 mampu bertindak tegas tanpa beban.
 meningkatkan kinerja yang berkualitas
 menanggalkan kebiasaan kelembagaan masa lalu
yang negatif.
 menghilangkan sifat arogansi individu dan sektoral.

12/09/21 47
Kode Etik Pimpinan
 mengidentifikasi setiap benturan kepentingan yang timbul
atau kemungkinan benturan kepentingan yang akan timbul
dan memberitahukan kepada Pimpinan lainnya sesegera
mungkin.
 memberikan komitmen dan loyalitas kepada KPK di atas
komitmen dan loyalitas kepada teman sejawat;
 mengenyampingkan kepentingan pribadi atau golongan demi
tercapainya tujuan yang ditetapkan bersama;
 menahan diri terhadap godaan yang berpotensi
mempengaruhi substansi keputusan;
 memberitahukan kepada Pimpinan lainnya mengenai
pertemuan dengan pihak lain yang akan dan telah
dilaksanakan, baik sendiri atau bersama, baik dalam
hubungan dengan tugas maupun tidak;

12/09/21 48
Kode Etik Pimpinan
 menolak dibayari makan, biaya akomodasi, dan bentuk
kesenangan (entertainment) lainnya oleh atau dari
siapapun.
 independensi dalam penampilan fisik antara lain
diwujudkan dalam bentuk tidak menunjukkan kedekatan
dengan siapapun di depan publik;
 membatasi pertemuan di ruang publik seperti di hotel,
restoran atau lobi kantor atau hotel, atau di ruang publik
lainnya;
 memberitahukan kepada Pimpinan yang lain mengenai
keluarga, kawan, dan pihak-pihak lain yang secara
intensif masih berkomunikasi;

12/09/21 49
Kode Etik Pimpinan
Pimpinan Dilarang:
 menggunakan sumber daya publik untuk
kepentingan pribadi atau golongan;
 menerima imbalan yang bernilai uang
untuk kegiatan yang berkaitan dengan
fungsi KPK;
 meminta kepada atau menerima bantuan
dari siapapun dalam bentuk apapun
yang memiliki potensi benturan
kepentingan dengan KPK;
 bermain golf dengan pihak atau pihak-
pihak yang secara langsung atau tidak
langsung berpotensi menimbulkan
benturan kepentingan sekecil apapun;
12/09/21 50
Kode Etik Pimpinan
 Sanksi:
 Pimpinan KPK yang melakukan pelanggaran atau
penyimpangan terhadap kode etik ini dikenakan
sanksi sesuai tingkat kesalahannya.

 Penjatuhan sanksi akan ditentukan oleh Komite


Etik yang terdiri dari gabungan Pimpinan dan
Penasehat KPK, serta seorang atau lebih nara
sumber yang berasal dari luar KPK. Nara sumber
tersebut ditentukan oleh gabungan Pimpinan dan
Penasehat KPK.

12/09/21 51
Silahkan Mengunjungi Situs
Komisi Pemberantasan
Korupsi

http://www.kpk.go.id

12/09/21 52
Penutup
 Komitmen politik untuk memberantas korupsi telah
merupakan konsensus nasional yang diwujudkan dalam
berbagai peraturan perundang-undangan mengenai
pemberantasan korupsi serta dengan dibentuknya Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK).
 Keberhasilan KPK memerlukan dukungan seluruh
masyarakat dan aparatur negara, untuk menggalakkan
gerakan moral anti korupsi.
 KPK dengan segala kewenangan yang dimilikinya akan
melakukan upaya penindakan terhadap pelaku tindak
pidana korupsi secara efektif dan berkualitas sesuai
dengan ketentuan hukum yang berlaku yang sekaligus
diharapkan dapat memulihkan rasa kepercayaan
masyarakat terhadap penegakan hukum di Indonesia
12/09/21 53
TERIMA KASIH

12/09/21 54
KPK = SUPER BODY ?
 Sesuai dengan Pasal 6 huruf c Undang-
Undang Nomor 30 Tahun 2002, KPK
berwenang melakukan Penyelidikan,
Penyidikan, dan Penuntutan.
 Karena Penyelidikan, Penyidikan, dan
Penuntutan disatu tangan maka KPK
disebut Super Body.
 Bagaimana dengan Kejaksaan???

12/09/21 55
Penyelidik, Penyidik, Penuntut Umum KPK
Pasal 39 ayat (1)

 Penyelidik, Penyidik, dan Penuntut Umum


yang menjadi pegawai KPK diberhentikan
sementara dari instansi kepolisian dan
kejaksaan selama menjadi pegawai pada KPK.
 Khusus untuk Penuntut umum secara tegas
diatur dalam Pasal 51 ayat (3), bahwa Penuntut
sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah Jaksa
Penuntut Umum

12/09/21 56
“Dengan demikian KPK mengangkat Penyelidik,
Penyidik, dan Penuntut Umum dari kalangan
anggota POLRI dan JAKSA yang statusnya masih
aktif, karena kalau sudah tidak aktif lagi, statusnya
sebagai penyelidik, Penyidik, dan Penuntut Umum
sebagaimana yang dirumuskan dalam KUHAP
menjadi tidak sah”

12/09/21 57
Diberhentikan Sementara
 Terminologi “diberhentikan sementara”
tidak tepat.
 Terminologi “diberhentikan sementara”
dilingkungan Pegawai Negeri termasuk
POLRI dan KEJAKSAAN adalah apabila
Pegawai Negeri tersebut dikenai sanksi
hukuman (vide Ps 24 UU 43/1999 Pokok-
Pokok Kepegawaian; Ps 14 ayat (2) dan
(3) UU 16/2004 tentang Kejaksaan RI).
12/09/21 58
“Saat ini di lingkungan KPK terdapat
wacana agar KPK tidak hanya dapat
mengangkat Penyelidik, Penyidik, dan
Penuntut Umum dari instansi POLRI dan
KEJAKSAAN, akan tetapi KPK dapat juga
mengangkat Penyelidik, Penyidik, dan
Penuntut Umum dari sumber lainnya”

12/09/21 59
Pelaksanaan Penyelidikan, Penyidikan,
dan Penuntutan oleh KPK
“Penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan tindak pidana
korupsi dilakukan berdasarkan hukum acara pidana yang
berlaku dan berdasarkan Undang-Undang Nomor 31 Tahun
1999 jo Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001, kecuali
ditentukan lain dalam Undang-Undang ini” – Pasal 39 ayat (1)
UU No. 30 Tahun 2002

“Segala kewenangan yang berkaitan dengan penyelidikan,


penyidikan, dan penuntutan yang diatur dalam Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana berlaku
juga bagi Penyelidik, Penyidik, dan Penuntut Umum pada KPK”
– Pasal 38 ayat (1) UU No 30 Tahun 2002
12/09/21 60
Hukum Acara

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 dalam pasal 39


ayat (1) menyatakan bahwa penyelidikan, penyidikan
dan penuntutan tindak pidana korupsi dilakukan
berdasarkan hukum acara pidana yang berlaku dan
berdasarkan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001, kecuali
ditentukan lain dalam Undang-Undang ini.

12/09/21 61
Hukum Acara Yang Berlaku
1. KUHAP (Undang Undang No 8 Tahun 1981)
2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001
3. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002
tentang Komisi Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi

12/09/21 62
Ketentuan Khusus

Dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 terdapat beberapa


ketentuan yang merupakan ketentuan lain (khusus) diluar
KUHAP dan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo Undang-
Undang 20 Tahun 2001 yaitu :
• Pembatasan Tindak Pidana Korupsi yang merupakan
kewenangan KPK untuk menanganinya;
• Kewenangan KPK dalam penyelidikan, penyidikan dan
penuntutan terkait dengan pasal 12 UU No. 30 Tahun 2002

12/09/21 63
Pasal 11 UU No. 31 Tahun 1999 jo UU
No. 20 Tahun 2001

Kewenangan KPK dapat melakukan penyelidikan, penyidikan dan


penuntutannya adalah tindak pidana korupsi yang :
• Melibatkan aparat penegak hukum, penyelenggara negara, dan
orang lain yang ada kaitannya dengan tindak pidana korupsi
yang dilakukan oleh aparat penegak hukum atau penyelenggara
negara;
• Mendapat perhatian yang meresahkan masyarakat , dan/atau
• Menyangkut kerugian negara paling sedikit Rp.1 milyar.

Ketiga syarat tersebut adalah merupakan syarat yang bersifat


alternatif bukan limitatif atau kumulatif

12/09/21 64
Kewenangan KPK dalam Penyelidikan, Penyidikan,
dan Penuntutan
Pasal 12 UU No.30 Tahun 2002

a. Melakukan penyadapan dan perekaman pembicaraan


b. Memerintahkan kepada instansi yang terkait untuk melarang
seseorang bepergian keluar negeri
c. Meminta keterangan kepada bank atau lembaga keuangan
lainnya tentang keadaan keuangan tersangka atau terdakwa
yang sedang diperiksa
d. Memerintahkan kepada bank atau lembaga keuangan lainnya
untuk memblokir rekening yang diduga hasil korupsi milik
tersangka, terdakwa atau pihak lain yang terkait
e. Memerintahkan kepada pimpinan atau atasan tersangka untuk
memberhentikan sementara tersangka dari jabatannya
12/09/21 65
Kewenangan KPK dalam…
f. Meminta data kekayaan dan data perpajakan tersangka atau
terdakwa kepada instansi yang terkait
g. Menghentikan sementara suatu transaksi keuangan, transaksi
perdagangan lisensi serta konsesi yang dilakukan atau dimiliki
oleh tersangka atau terdakwa yang diduga berdasarkan bukti
awal yang cukup ada hubungannya dengan tindak pidana yang
sedang diperiksa;
h. Meminta bantuan Interpol Indonesia atau penegak hukum
negara lain untuk melakukan pencarian, penangkapan dan
penyitaan barang bukti di luar negeri;
i. Meminta bantuan kepolisian atau instansi lain yang terkait
untuk melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan
dan penyitaan dalam perkara tindak pidana korupsi yang
sedang ditangani.
12/09/21 66
Penyadapan dan Perekaman
Pasal 12 huruf a UU 30/02

“KPK berwenang melakukan penyadapan dan perekaman


pembicaraan”
“Alat Bukti Petunjuk sesuai Pasal 188 ayat (2) KUHAP hanya
dapat diperoleh dari keterangan saksi, surat, dan keterangan
terdakwa”
“Dengan ketentuan Pasal 26 A UU No.31 Tahun 1999 jo UU
No.20 Tahun 2001, maka selain dapat diperoleh dari ketiga
alat bukti (keterangan saksi, surat, dan keterangan terdakwa),
alat bukti petunjuk juga dapat diperoleh seperti yang
disebutkan dalam Pasal 26 A UU No.31 Tahun 1999”

12/09/21 67
Penyadapan dan Perekaman
Pasal 26 A UU 31/99 jo UU 20/01
Alat Bukti yang sah dalam bentuk petunjuk sebagaimana
dimaksud dalam pasal 188 ayat (2) KUHAP, khusus untuk
tindak pidana korupsi juga dapat diperoleh dari:
• Alat bukti lain yg berupa informasi yang diucapkan, dikirim,
diterima atau disimpan secara elektronik dengan alat optic atau
yang serupa dengan itu; dan
• Dokumen yakni setiap rekaman data atau informasi yang
dapat dilihat, dibaca dan atau didengar yang dapat dikeluarkan
dengan atau tanpa bantuan suatu sarana, baik tertuang di atas
kertas, benda fisik apapun selain kertas, maupun yang terekam
secara elektronik yang berupa tulisan, suara, gambar, peta,
rancangan foto, huruf, tanda, angka atau perforasi yang
12/09/21 68
memiliki makna”
Pencekalan
Pasal 12 huruf b UU 30/02

“KPK berwenang memerintahkan kepada instansi


yang terkait untuk melarang sesorang berpergian
keluar negeri’
“Kewenangan KPK untuk mencekal seseorang
berpergian keluar negeri tersebut tanpa harus
menyebutkan seseorang tersebut sebagai tersangka atau
terdakwa, sehingga kewenangan KPK tersebut dapat
dipergunakan pada tahap penyelidikan, penyidikan,
maupun penuntutan”

12/09/21 69
Permintaan Keterangan Keadaan Keuangan
Tersangka atau Terdakwa
Pasal 12 huruf c UU 30/02
“Kewenangan ini sebagaimana diketahui adalah untuk
membuka ketentuan tentang rahasia bank (bank secrecy)
yang ada dalam ketentuan perbankan (vide Ps 42 UU 7
/1992 jo UU 10/1998)”

“Ketentuan Ps 12 huruf c UU 30/02 memberikan sedikit


kemudahan bagi Penyidik dan Penuntut Umum KPK
untuk membuka rahasia bank, yaitu permintaan
keterangan keadaan keuangan tersangka atau terdakwa
tanpa terlebih dahulu meminta ijin kepada Gubernur
12/09/21 BI” 70
F a t w a MARI
Surat Ketua MA No. KMA/694/RHS/XII/2004
Tgl 2 Desember 2004

“Perihal Rahasia Perbankan Terkait dengan Kewenangan


KPK sesuai Ps 12 huruf c UU 30/02”

“Bahwa Pasal 12 Undang Undang No. 30 tahun 2002


tersebut merupakan ketentuan khusus (lex spesialis)
yang memberikan kewenangan kepada KPK dalam
melaksanakan tugas penyelidikan, penyidikan, dan
penuntutan. Sebagai lex specialis, ketentuan Pasal 12
dapat mengesampingkan ketentuan-ketentuan dalam
undang-undang yang bersifat umum”
12/09/21 71
Surat Bank Indonesia
No.6/659/DPNP/IDPnP tanggal 24 Desember 2004

Perihal: Pertimbangan hukum atas pelaksanaan


kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
terkait dengan ketentuan rahasia bank
Prosedur izin membuka rahasia sebagaimana diatur dalam
Ps 29 ayat (2) dan ayat (3) UU No. 31 Tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
sebagaimana telah diubah dengan UU No. 20 Tahun 2001
jo. UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan
sebagaimana telah diubah dengan UU No. 10 Tahun 1998
tidak berlaku bagi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
12/09/21 72
Pemblokiran Rekening
Pasal 12 huruf d UU 30/02

“Ketentuan pasal 12 huruf d UU 30/02 pada hakekatnya


juga telah diatur dalam pasal 29 ayat (4) UU 31/99 jo UU
20/01”
“Perbedaannya hanya pada subyek yang dapat dikenakan
pemblokiran, yaitu pasal 29 ayat (4) UU 31/99 jo UU
20/01 subyeknya hanya kepada tersangka atau terdakwa
sedangkan pada pasal 12 huruf d UU 30/02 selain kepada
tersangka dan terdakwa juga dapat dikenakan kepada
pihak lain yang terkait”
12/09/21 73
Maksud Pemblokiran Rekening

“Pemblokiran rekening dimaksudkan agar uang yang


diduga hasil korupsi tersebut dapat dicegah untuk tidak
digunakan sehingga nantinya kerugian negara dapat
diselamatkan”
“Dengan menggunakan ketentuan pasal 38 B UU
31/99 jo UU 20/01, rekening yang telah diblokir
tersebut dapat diajukan oleh Penuntut Umum dalam
persidangan agar terdakwa membuktikan bahwa uang
yang ada pada rekening tersebut bukanlah hasil korupsi
(diperlakukan beban pembuktian terbalik)”
12/09/21 74
Pembuktian Terbalik

”Dalam hal terdakwa tidak dapat


membuktikan bahwa uang yang telah
diblokir tersebut diperoleh bukan karena
korupsi, uang tersebut dianggap diperoleh
juga dari tindak pidana korupsi dan Hakim
atas tuntutan Penuntut Umum berwenang
memutus agar seluruh atau sebagian dari
uang tersebut dirampas untuk negara”.

12/09/21 75
Kewenangan KPK Memberhentikan
Sementara Tersangka Dari Jabatannya
”Ketentuan ini tidak terdapat dalam KUHAP ataupun
dalam UU No 31 Tahun 1999 yo UU No 20 tahun 2001.
Oleh karenanya sebagian kalangan berpendapat KPK
memiliki kewenangan yang signifikan besar-nya dalam
melakukan penyidikan.”
”Dalam ketentuan yang mengatur kewenangan KPK
memberhentikan sementara disebutkan kata Tersangka,
hal ini berarti tidak dapat diartikan lain bahwa
kewenangan tersebut hanya bisa dilakukan oleh KPK
pada tahapan penyidikan, tidak dalam tahap
12/09/21 penyelidikan” 76
”Kalau hanya sekedar menghindarkan hal2 yg
menghambat penyidikan atau upaya menghilangkan
barang bukti yang dilakukan tersangka, sebenarnya
melakukan upaya paksa penahanan tersangka dirasa sudah
cukup”
”Dalam praktek KPK pernah menggunakan kewenangan
ini, namun terhadap tersangka yang merupakan
penyelenggara negara selaku pejabat negara ternyata juga
menemukan kesulitan karena dalam perundang-undangan
yang lain tidak jelas siapa pimpinan atau atasan tersangka
tersebut. Terhadap seorang Gubernur misalnya, siapa
pimpinan atau atasannya. Presiden yang mengangkatnya
atau DPRD, demikian pula umpamanya terhadap seorang
anggota DPR siapa Pimpinan atau atasannya Ketua DPR
12/09/21 77
kah, atau Ketua Fraksinya atau rakyat yang memilihnya “
Meminta Data Kekayaan dan Data
Perpajakan Tersangka atau Terdakwa

”Dalam masalah permintaan data perpajakan ini, terdapat peraturan


Undang-Undang yang membatasi yaitu Pasal 34 UU N0. 6 Tahun
1983 jo UU No.16 Tahun 2000 tentang Perpajakan yang
menyatakan permintaan data perpajakan tersebut diberikan oleh
Pejabat Pajak apabila ybs telah memperoleh ijin tertulis dari
Menteri Keuangan”
”Melalui MoU antara KPK dengan Menteri Keuangan masalah ini
telah dapat terselesaikan yang mana ketentuan pasal 12 huruf f
UU No.30 Tahun 2002 ini diterima sebagai ketentuan yang
khusus dan dalam pelaksanaannya setiap permintaan data tersebut
dapat dimintakan langsung ke Dirjen Pajak”
12/09/21 78
Menghentikan Sementara Suatu Transaksi
Keuangan, Transaksi Perdagangan Lisensi Serta
Konsesi

Dalam penjelasannya dinyatakan ketentuan ini


dimaksudkan untuk menghindari penghilangan atau
penghancuran alat bukti yang diperlukan oleh penyidik
atau penuntut atau untuk menghindari kerugian negara
yang lebih besar

Penggunaan kewenangan ini oleh KPK hanya dapat


dilakukan dalam tahap penyidikan atau penuntutan tidak
dalam tahap penyelidikan karena secara tegas dinyatakan
“tersangka atau terdakwa”
12/09/21 79
Melakukan Pencarian, Penangkapan dan
Penyitaan Barang Bukti di Luar Negeri
Meminta bantua Interpol Indonesia atau instansi penegak hukum
negara lain untuk melakukan pencarian, penangkapan dan
penyitaan barang bukti di luar negeri
Dengan telah ditandatanganinya United Nations Convention Against
Corruption (UNCAC) 2003 oleh PBB yang mana Indonesia juga
turut serta menandatanganinya maka kemungkinan menerapkan
permintaan bantuan ke Negara lain tersebut lebih terbuka. (mutual
legal assistance; prevention and detection dan transfers of proceeds
of crime)
KPK sendiri telah menjalin hubungan kerjasama dengan badan anti
korupsi dengan negara-negara lain yaitu Malaysia, Singapura,
Thailand dan Brunai Darusalam. Salah satu butir kerjasama tersebut
adalah juga termasuk dukungan sesama untuk saling membantu
12/09/21 80
dalam upaya pengungkapan kasus-kasus korupsi
Meminta Bantuan Kepolisian atau
Instansi Lain Yang Terkait

Meminta bantuan kepolisian atau instansi lain yang


terkait untuk melakukan penagkapan, penahanan,
penggeledahan dan penyitaan dalamperkara tindak
pidana korupsi yang sedang ditangani

Dalam penjelasan pasal 12 i UU No.30 Tahun 2002 ini


diambil contoh dalam hal KPK melakukan penahanan
KPK minta bantuan Rutan untuk menerima penempatan
tahanan tersebut
12/09/21 81
Penyelidikan
Pasal 44 UU No. 30 Tahun 2002

Ayat (1) jika penyelidik dalam melakukan penyelidikan


menemukan bukti permulaan yang cukup adanya dugaan tindak
pidana korupsi, dalam waktu paling lambat 7 (tujuh) hari kerja
sejak diketemukan bukti permulaan yang cukup tersebut,
penyelidik melaporkan keapada KPK.
Ayat (3) dalam hal penyelidik melakukan tugasnya tidak
menemukan bukti permulaan yang cukup, penyelidik
melaporkan kepada KPK dan KPK menghentikan penyelidikan.

Ayat (4) Dalam hal KPK berpendapat bahwa perkara tersebut


diteruskan, KPK melaksanakan penyidikan sendiri atau dapat
melimpahkan perkara tersebut kepada penyidik kepolisian atau
12/09/21 kejaksaan 82
Penyidikan
UU No 30 Tahun 2002

Pasal 46 (1) UU No.30 Tahun 2002 menyatakan “Dalam hal


seseorang ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK, terhitung
sejak tanggal penetapan tersebut prosedur khusus yang berlaku
dalam rangka pemeriksaan tersangka yang diatur dalam
peraturan perundang-undangan lain, tidak berlaku berdasarkan
undang-undang ini
Ketentuan ini membebaskan penyidik KPK untuk terlebih
dahulu memperoleh ijin untuk memanggil tersangka atau
menahan tersangka yang berstatus pejabat negara yang oleh
undang-undang tindakan kepolisian terhadapnya harus
memerlukan ijin terlebih dahulu. Umpama untuk seorang
Gubernur perlu ada ijin dari Presiden, untuk Anggota DPRD
Propinsi harus ada ijin Menteri Dalam Negeri dan lain
12/09/21 83
sebagainya.
Penyitaan
UU No 30 Tahun 2002

Pasal 47 (1) UU No.30 Tahun 2002 menyatakan “ Atas


dasar dugaan yang kuat adanya bukti permulaan yang
cukup, penyidik dapat melakukan penyitaan tanpa izin
Ketua Pengadilan Negeri berkaitan dengan tugas
penyidikannya
Ketentuan ini membebaskan keharusan penyidik KPK
untuk memintakan ijin penyitaan kepada Ketua
Pengadilan Negeri sebagaimana yang diatur dalam pasal
38 (1) KUHAP, sehingga dipandang dapat melakukan
penyitaan tersebut secara cepat, tanpa membuat
permohonan dan keluarnya ijin terlebih dahulu
12/09/21 84
Penggeledahan
UU No 30 Tahun 2002

Dalam pasal 47 UU No. 30 Tahun 2002 hanya diatur


tentang penyitaan tidak diatur tentang penggeledahan.
Karena tidak diatur maka berlakulah KUHAP yang mana
berdasarkan pasal 33 ayat (1) penggeledahan tersebut
juga harus dengan ijin Ketua Pengadilan Negeri. Dengan
demikian penyidik KPK dalam melakukan
penggeledahan terikat kepada ketentuan tersebut,
walaupun sama halnya dengan penyitaan, dengan
menggunakan klausula dalam kedaaan mendesak
penggeledahan tersebut dapat dilakukan dahulu baru
disusul dengan permohonan persetujuan ke Ketua
12/09/21 85
Pengadilan Negeri.
Penuntutan
UU No. 30 Tahun 2002

Pasal 52 (1)menyatakan” Penuntut Umum setelah menerima


berkas perkara dari penyidik, paling lama 14 (empat belas) hari
kerja terhitung sejak diterimanya berkas tersebut,wajib
melimpahkan berkas perkara tersebut ke Pengadilan Negeri”

Walaupun Penuntut Umum KPK dapat melakukan penahanan


terhadap tersangka selama 20 (duapuluh) hari dan dapat
diperpanjang lagi dengan ijin pengadilan untuk paling lama 30
(tigapuluh) sebagaimana diatur dalam pasal 25 KUHAP, masa
penahanan selama 20(duapuluh) hari tersebut praktis tidak
digunakan seluruhnya karena pada hari yang ke 14 (empat belas)
perkaranya telah dilimpahkan ke Pengadilan. dan perpanjangan
penahanan tidak pernah dilakukan oleh Penuntut pada KPK. 86
12/09/21
Penghentian Penyidikan
UU No 30 Tahun 2002

Pasal 40 UU No 30 Tahun 2002 menyatakan “ Komisi


Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi tidak berwenang
mengeluarkan surat perintah penghentian penyidikan dan
penuntutan dalam perkara tindak pidana korupsi.
Oleh karena itu dalam meningkatkan suatu kasus perkara
dari penyelidikan ke penyidikan KPK harus cukup berhati-
hati dengan memperhatikan alat bukti yang benar-benar
sudah cukup karena setelah dimulai atau dinyatakan
seorang tersangka di penyidikan maka perkaranya
12/09/21
akhirnya harus sampai ke pengadilan 87
Menjadi permasalahan bagi KPK apabila terjadi
dalam penyidikan yang dilakukan KPK penyidikan
tersebut harus dihentikan demi hukum karena
tersangkanya umpamanya meninggal dunia. Secara
praktis tentunya penyidikannya harus dihentikan apa
solusi yang dapat diambil ?
Masalah ini sampai saat ini memang belum diketemukan
oleh KPK tetapi secara teori tentunya hal tersebut
mungkin saja terjadi
Kami berpendapat apabila hal tersebut terjadi mungkin
KPK minta suatu penetapan (beschiking) agar
Pengadilan mengeluarkan penetapan gugurnya
penyidikan tersebut
12/09/21 88
Pengadilan TIPIKOR

Pasal 53 UU No 30 Tahun 2002 membentuk Pengadilan Tindak


Pidana Korupsi yang bertugas dan berwenang memeriksa dan
memutus tindak pidana korupsi yang penuntutannya diajukan
oleh KPK
Pengadilan Tindak Pidana Korupsi ini sesuai dengan pasal 54 UU
No. 30 Tahun 2002 berada di lingkungan peradilan umum dan
untuk pertama kali Pengadilan ini dibentuk pada Pengadilan
Negeri Jakarta Pusat yang wilayah hukumnya meliputi seluruh
wilayah RI.
Undang-Undang No. 30 Tahun 2002 tidak mengatur secara
khusus tentang acara di persidangan, oleh karenanya acara yang
diperlakukan sepenuhnya berdasarkan UU No. 8 Tahun 1981
12/09/21 tentang KUHAP. 89
Pengadilan TIPIKOR

Undang-Undang No 30 Tahun 2002 memberikan


batas waktu masa lamanya persidangan tersebut
dilakukan yaitu di Tingkat Pengadilan Negeri
sudah harus diputus dalam waktu 90 (sembilan
puluh) hari kerja, ditingkat banding 60 (enam)
puluh hari kerja dan ditingkat kasasi 90 (sembilan
puluh) hari kerja.

12/09/21 90
Gugatan Rehabilitasi dan
Kompensasi
Pasal 63 (1)UU No. 30 Tahun 2002 menyatakan “dalam hal seseorang
dirugikan sebagai akibat penyelidikan dan penuntutan yang dilakukan
oleh KPK secara bertentangan dengan undang-undang ini atau dengan
hukum yang berlaku, orang yang bersangkutan berhak untuk
mengajukan gugatan rehabilitasi/ kompensasi
Ayat (2) Gugatan tersebut tidak mengurangi hak orang yang
bersangkutan untuk mengajukan pra-peradilan. Dengan demikian KPK
dalam melakukan kewenangannya dalam penyelidikan, penyidikan dan
penuntutan dapat diajukan gugatan pra-peradilan, rehabilitasi dan
kompensasi. Undang-Undang No 30 Tahun 2002 tidak mengatur
bagaimana acara yang dilakukan dalam gugatan tersebut oleh karenanya
berlakulah ketentuan KUHAP sebagaimana diatur dalam Bab X bagian
12/09/21 kesatu dan Bab XII KUHAP. 91
HUBUNGAN KERJA KPK DENGAN
INSTANSI KEPOLISIAN/KEJAKSAAN

Undang-Undang No 30 Tahun 2002 dalam


penjelasan umumnya menyatakan bahwa KPK
tidaklah memonopoli tugas dan wewenang
penyelidikan, penyidikan dan penuntutan perkara
tindak pidana korupsi, KPK perlu menyusun
jaringan kerja (net working) yang kuat dan
berfungsi sebagai pemberdayaan institusi yang
telah ada dalam pemberantasan korupsi (trigger
mechanism).
12/09/21 92
Ps 44 ay (4) & (5) memberikan kemungkinan hasil penyelidikan
yang dilakukan KPK diteruskan ke Kepolisian atau Kejaksaan
untuk dilakukan penyidikan dan apabila telah dilakukan
penyidikan Kepolisian atau Kejaksaan wajib melaksanakan
kordinasi dan melaporkan perkembangannya kepada KPK.
Pasal 50
1.Dalam hal kepolisian atau kejaksaan telah melakukan penyidikan
maka kepolisian atau kejaksaan wajib memberitahukan kepada KPK
paling lambat 14 (empat belas) hari kerja terhitung sejak dimulainya
penyidikan.
2.Penyidikan yang dilakukan kepolisian atau kejaksaan tsb wajib
dilakukan koordinasi secara terus menerus dengan KPK
3.Dalam hal KPK sudah mulai melakukan penyidikan, kepolisian
atau kejaksaan tidak berwenang lagi melakukan penyidikan.
4.Dalam penyidikan dilakukan secara bersamaan oleh kepolisian
dan/atau kejaksaan dan KPK, penyidikan yang dilakukan oleh
kepolisian atau kejaksaan tersebut segera dihentikan.
12/09/21 93
Perlindungan Saksi atau Pelapor

Pasal 15 butir a, KPK berkewajiban memberikan perlindungan


kepada saksi atau pelapor
Undang-Undang Perlindungan Saksi atau Pelapor sampai saat ini
belum ada

Peraturan Pemerintah No. 71 tahun 2000, Pasal 5 ayat (1) setiap


orang dalam pelaksanaan peran serta masyarakat berhak atas
perlindungan hukum baik mengenai status hukum maupun rasa
aman
PP No 71 tahun 2000, Pasal 6 mengatakan bahwa Penegak hukum
wajib merahasiakan identitas pelapor atau isi informasi yang
disampaikan.
12/09/21 94
Perlindungan Saksi atau Pelapor

Pasal 108 KUHAP setiap orang berhak mengajukan


laporan atau pengaduan apabila mengalami, melihat,
menyaksikan dan atau menjadi korban peristiwa yang
merupakan tindak pidana bahkan apabila seorang
pegawai negeri

12/09/21 95
KESIMPULAN

• Dari ketentuan Undang-Undang No 30 Tahun 2002


Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
(KPK) tidak diketemukan hal-hal yang bersifat
kontroversi dalam pelaksanaan penanganan perkara
tindak pidana korupsi.
• Walaupun dalam Undang-Undang No 30 Tahun 2002
terdapat beberapa ketentuan khusus dalam kewenangan
KPK menangani perkara tindak pidana korupsi, hal
tersebut tidaklah memberikan kemudahan yang
signifikan bagi KPK untuk mengungkap kasus perkara
12/09/21 tindak pidana korupsi 96
KESIMPULAN

• Peran KPK dalam tugas Koordinasi dan Supervisi


dalam penanganan perkara tindak pidana korupsi perlu
dikedapankan walaupun saat ini ekspektasi masyarakat
terhadap KPK untuk menangani perkara tindak pidana
korupsi sangat besar.

• Melalui peran KPK sebagai trigger mechanism


diharapkan kepercayaan masyarakat terhadap
penegakan hukum di Indonesia yang sudah menurun
dapat ditingkatkan.
12/09/21 97
PENUTUP

KPK tidak mungkin melaksanakan pemberantasan


korupsi tanpa dukungan dan komitmen yang kuat dari
seluruh komponen bangsa, KPK ibarat sebuah lilin kecil
ditengah kegelapan oleh karenanya KPK mengajak
kepada seluruh aparatur penegak hukum termasuk
kalangan advokat untuk bersama menyalakan lilin kita
masing-masing sehingga kegelapan tersebut dapat
diakhiri

12/09/21 98
“ALUR PIKIR” RENCANA STRATEGIS - BIDANG PENINDAKAN

VI S I
KEKUATAN
“MEWUJUDKAN INDONESIA YANG BEBAS KORUPSI”
UU NO 30 TAHUN 2002:
- PS.3 … INDEPENDENT DAN BEBAS DARI PENGARUH
KEKUASAAN
- PS 6 1, a... KOORDINASI; b … SUPERVISI; c…
MELAKUKAN PENYELIDIKAN, PENYIDIKAN DAN
PENUNTUTAN
M I SI - PS. 7, a… KOORDINASI; b… SISTEM PELAPORAN; c…
MEMINTA INFORMASI; d… DENGAR PENDAPAT
“PENGGERAK PERUBAHAN UNTUK MEWUJUDKAN - Ps. 8,(1)… SUPERVISI… PENGAWASAN, PENELITIAN,
BANGSA YANG ANTI KORUPSI” ATAU PENELAHAAN...

KELEMAHAN

- SUMBER DAYA MANUSIA UNTUK TENAGA PENYIDIK


ANALISA SWOT DAN PENUNTUT YANG TETAP BELUM TERSEDIA DAN
ATAU JUMLAH TENAGA BELUM MENCUKUPI
- STRENGHTS/KEKUATAN - PEJABAT STRUKTURAL BIDANG PENINDAKAN
- WEAKNESSES/KELEMAHAN BELUM TERISI
- OPPORTUNITIES/PELUANG - MANUAL INVESTIGASI DAN SOP BELUM ADA
- THREATS/ACAMAN - SISTEM PENGGAJIAN PERSONIL BELUM ADA
- SISTEM ANGGARAN OPERASIONAL BELUM ADA
- SISTEM INFORMASI ANTAR BIDANG KPK BELUM ADA
- SISTEM INFORMASI ANTAR INSTANSI PENINDAKAN
LAIN DAN ATAU INSTANSI BERWENANG LAIN BELUM
ADA
TUJUAN DAN SASARAN
TUJUAN: “MELAKSANAKAN PEYELIDIKAN, PENYIDIKAN
DAN PENUNTUTAN DENGAN CEPAT, EFISIEN DAN
EFEKTIF ATAS KASUS- KASUS TPK”
PELUANG
SASARAN UMUM:
1. MELAKSANAKAN PENINDAKAN SENDIRI DENGAN 1. DUKUNGAN NEGARA DAN PEMERINTAH
CEPAT, EFESIEN DAN EFEKTIF - TAP MPR NO. XI/99
2. KOORDINASI DAN SUPERVISI DENGAN INSTANSI - PENYEDIAAN TENAGA YANG BERSUMBER DARI PNS,
PENINDAKAN LAIN DAN ATAU INSTANSI BERWENANG TNI/POLRI (???)
LAIN AGAR PEMBERANTASAN TPK DAPAT DILAKUKAN - PENYEDIAAN ANGGARAN PERASIONAL YANG
DENGAN CEPAT, EFESIEN DAN EFEKTIF MEMADAI DARI PEMERINTAH

2. DUKUNGAN MASYARAKAT (???)


N I LAI N I LAI LU H U R :

STRATEGI

CEPAT, EFISIEN DAN EFEKTIF

ANCAMAN
KEP ASTI AN H U KU M; KETER B U KAAN
AKU N TAB I LI TAS; KEP EN TI N GAN U MU M - COLLECTIVE LEADERSHIP : “ONE FOR ALL AND ALL
FOR ONE” BELUM JALAN
- P R O P O R SI O N ALI TAS
- MOTIVASI DAN PERUBAHAN SIKAP MENTAL
PERSONIL
- MORALITAS PENYELENGGARA NEGARA DAN
BUDAYA KORUPSI MASYARAKAT
PROGRAM DAN KEGIATAN
12/09/21 100
KOORDINASI DAN SUPERVISI DENGAN KEPOLISIAN DAN KEJAKSAAN

KEPOLISIAN/
K O OR D I N A SI KEJAKSAAN
OLE H K P K
(P s.7 U U 30 / 0 2 ) Sumber Informasi

MENETAPKAN SISTEM
PELAPORAN KEGIATAN Sistem pelaporan
Penyelidikan
PEMBERANTASAN KORUPSI

MEMINTA INFORMASI Penyidikan


KEGIATAN PEMBERANTASAN Minta Laporan
TPK
Penuntutan

DENGAR PENDAPAT/
PERTEMUAN Gelar Perkara
Peradilan

BAHAN SUPERVISI

S U P E R V I S I O L E H K P K
PENGAWASAN, PENELITIAN, ATAU PENELAHAAN TERHADAP INSTANSI YANG
MENJALANKAN TUGAS DAN WEWENANGNYA YANG BERKAITAN DENGAN
PEMBERANTASAN TPK ... (Ps. 8 Ay. 1 UU No.30/02)

DASAR AMBIL
ALIH

A M B I L A L I H O L E H K P K

PENYIDIKAN ATAU PENUNTUTAN YANG DITANGANI OLEH KEPOLISIAN ATAU


KEJAKSAAN (APABILA TERPENUHI SYARAT Ps 9 UU No.30/02

12/09/21 101
KOORDINASI DENGAN INSTANSI BERWENANG LAIN (BPK, BPKP, ITJEN DEP/NON DEP)

KPK I N ST A N SI
B E R W E N A N G LA I N
Ps.6 dan 7 UU No.30/02
Sumber Informasi BPK, BPKP, ITJEN DEP/NON
Sistem pelaporan/Bantuan Tenaga Ahli
DEP
Ps.12 (1) c, d, g UU No.30/02
Informasi Keadaan Keuangan Tsk BANK INDONESIA
Ps.12 (1) g UU No.30/02
Penghentian Transaksi Perdagangan DEPERINDAG
Penyelidikan
Ps.12 (1) c UU No.30/02
Penyadapan/Perekaman DIRJEN POSTEL
Ps.12 (1) b UU No.30/02
Penyidikan Pencekalan IMIGRASI
Ps.12 (1) f UU No.30/02
Data Kekayaan dan Perpajakan Tsk PAJAK
Ps.12 (1) h UU No.30/02
Penuntutan Pencarian, Penangkapan, Penyitaan INTERPOL
Ps.42 UU No.30/02
Peradilan Koneksitas PANGLIMA TNI
Ps.12 (1) d, g UU No.30/02
Peradilan Korupsi Analisa Transaksi Mencurigakan PPATK
Ps. 12 (1) i UU No.30/02
Penahanan Tersangka LEMBAGA PEMASYARAKATAN

12/09/21 102

You might also like