You are on page 1of 65

KULIAH BAB XIV : ISU ISU AKTUAL DALAM PEMBANGUNAN

SESUAI SILABUS MATA KULIAH PERENCANAAN & KEBIJAKAN PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH

PENGAJAR : Prof. Dr. Anderson G. Kumenaung, SE. Msi. Patrick C. Wauran, SE.ME.

DIBUAT DAN DIPRESENTASIKAN OLEH : STEVI RESLIN MAABUAT ME.09060110

Todaro, Michael P. Pembangunan Ekonomi Edisi 9, Penerbit Erlangga. Jakarta. 2006. Kuncoro, Mudrajad. Ekonomi Pembangunan : Teori, Masalah, dan Kebijakan Edisi 1, Peneribit UPP AMP YKPN. 1997. Kuncoro, Mudrajad. Otonomi dan Pembangunan Daerah : Reformasi, Perencanaan Strategis dan Peluang . Penerbit Erlangga. Jakarta. 2004. Tambunan, Tulus. Perekonomian Indonesia : Beberapa Masalah Penting . Penerbit GhaliaIndonesia. Jakarta. 2003 ( TT) http://id.wikipedia.org Jurnal dari Edi Suharto,PhD : Modal Sosial dan Kebijakan Publik .

Pendahuluan Pandangan Tradisional. Pada mulanya upaya pembangunan negara sedang berkembang ( NSB ) diidentikkan dengan upaya meningkatkan pendapatan per kapita, atau populer disebut strategi pertumbuhan ekonomi. Semula banyak yang beranggapan yang membedakan antara negara maju dan NSB adalah pendapatan rakyatnya. Indikator berhasil tidaknya pembangunan semata mata dilihat dari meningkatnya pendapatan nasional ( GNP ) per kapita riil, dalam arti tingkat pertumbuhan pendapatan nasional dalam harga konstan ( setelah dideflasi dengan index harga ) harus lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan penduduk.

Akhir dasawarsa 1960-an banyak NSB menyadari bahwa pertumbuhan K T ( growth ) tidak identik dengan A pembangunan ( development ). Pertumbuhan ekonomi tinggi, dibarengi masalah seperti pengangguran, kemiskinan di pedesaan, distribusi pendapatan yang timpang, dan ketidakseimbangan struktural ( Sjahrir, 1986 Bab I ). Pertumbuhan ekonomi merupakan syarat yang diperlukan ( necessary ), tetapi tidak mencukupi ( sufficient ) bagi proses pembangunan ( Esmara 1986 : Hal.12 ; Meier, 1989 : Hal.7 ). Pertumbuhan ekonomi hanya mencatat peningkatan produksi barang dan jasa secara nasional, sedangkan pembangunan berdimensi lebih luas dari sekedar peningkatan pertumbuhan ekonomi.
F A

Paradigma Baru. Dilandasi argumen adanya dimensi kuantitatif yang jauh lebih penting dibanding pertumbuhan ekonomi, maka muncul pandangan pandangan baru. Myrdal ( 1968 ), mengartikan pembangunan sebagai pergerakan ke atas dari seluruh sistem sosial. Meier ( 1989 : Hal. 6 ), pembangunan ekonomi tidak lagi memuja GNP sebagai sasaran pembangunan, namun lebih memusatkan perhatian pada kualitas dari proses pembangunan. Dudley Seers ( 1973 ) menunjuk 3 ( tiga ) sasaran : v Apa yang terjadi dengan kemiskinan. v Apa yang terjadi dengan pengangguran. v Apa yang terjadi dengan ketimpangan.

Dari pandangan pandangan tersebut, muncul paradigma baru dalam pembangunan seperti : qPertumbuhan dengan distribusi. qKebutuhan pokok ( basic needs ). qPembangunan mandiri ( self reliant development ). qPembangunan berkelanjutan dengan perhatian terhadap alam ( ecodevelopment ). qPembangunan yang memperhatikan ketimpangan pendapatan menurut etnis.

Penjabaran Paradigma Baru Setiap tahun lebih dari 93 Juta orang menambah jumlah penduduk dunia yang telah sebanyak 5,5 Milyar jiwa. Lebih dari 82 Juta dari tambahan orang ini setiap tahunnya lahir di negara Dunia Ketiga ( NSB ). Fakta ini jelas belum pernah terjadi dalam sejarah dunia. Kendati demikian, masalah pertumbuhan penduduk tidak hanya masalah jumlah, tapi juga terkait erat dengan masalah kesejahteraan manusia. Di kalangan para pakar pembangunan terdapat konsensus bahwa laju pertumbuhan penduduk yang tinggi tidak hanya berdampak buruk terhadap suplai bahan pangan, namun juga semakin membuat kendala bagi pengembangan tabungan, cadangan devisa, dan sumber daya manusia ( Meier, 1995 : Hal. 276 281 ).

Setidaknya ada 3 ( tiga ) alasan mengapa ` pertumbuhan penduduk yang tinggi akan memperlambat pembangunan. Pertama, pertumbuhan penduduk yang tinggi akan mempersulit pilihan antara meningkatkan konsumsi saat ini dan investasi yang dibutuhkan untuk membuat konsumsi di masa mendatang. Rendahnya sumber daya perkapita akan menyebabkan penduduk tumbuh lebih cepat, yang pada gilirannya membuat investasi dalam kualitas manusia semakin sulit. Fakta menunjukkan bahwa aspek kunci dalam pembangunan adalah penduduk yang semakin terampil dan berpendidikan. Kedua, di banyak negara di mana penduduknya masih amat tergantung dengan sektor pertanian, pertumbuhan penduduk mengancam keseimbangan antara sumber daya alam yang langka dan penduduk.

Ketiga, pertumbuhan penduduk yang cepat membuat semakin sulit melakukan perubahan yang dibutuhkan untuk meningkatkan perubahan ekonomi dan sosial. Tingginya tingkat kelahiran merupakan penyumbang utama bagi pertumbuhan kota yang cepat. Bermekarannya kota kota di NSB membawa masalah masalah baru dalam menata maupun mempertahankan tingkat kesejahteraan warga kota. Trend Perubahan Kependudukan di Indonesia. Ananta dan Anwar ( 1997 : Hal. 144 147 ) telah mencoba mengidentifikasikan beberapa aspek perubahan demografis di Indonesia yang diperkirakan akan berdampak luas pada berbagai aspek perencanaan pembangunan hingga tahun 2005, sebagai berikut :

irakan

selama 2000 2005 mencapai hampir setengah angka dal

batas umur 60 tahun atau lebih ) terus meningkat, persentase

asi ) akan terus meningkat. Tahun 1990 sekitar 30,9% tahun 20

an. Menurut catatan Oey Gardiner ( 1997 ), diperkirakan akan

( Susenas ) tahun 1995 mencatat bahwa rata

pendek ), yang tidak dengan tujuan menetap. Jangkauan mobilita

urunnya angka kelahiran, meningkatnya pendidikan, dan majunya p

an angka pertumbuhan kesempatan kerja Kenyataan kenyataan di atas, menyebabkan terjadinya perubahan dan perkembangan dalam masalah demografis. Jejaring Sosial, Modal Sosial dan Pembangunan. Para sosiolog, analisis kebijakan, dan pekerja sosial belakangan ini cukup sering membicarakan mengenai modal dalam bentuk lain dari modal finansial atau modal ekonomi. Seperti modal manusia, modal intelektual dan modal kultural atau budaya, yang juga dapat digunakan untuk keperluan tertentu atau diinvestasikan untuk kegiatan di masa yang akan datang.

( e

Modal manusia misalnya, dapat meliputi keterampilan atau kemampuan yang dimiliki orang untuk melaksanakan tugas tertentu. Modal intelektual mencakup kecerdasan atau ide ide yang dimiliki manusia untuk mengartikulasikan sebuah konsep atau pemikiran. Sedangkan modal kultural meliputi pengetahuan dan pemahaman komunitas terhadap praktek dan pedoman pedoman hidup dalam masyarakat. Konsep mengenai ketiga jenis modal tersebut dikenal sebagai modal sosial, dan lebih sulit diukur daripada modal ekonomi atau finansial. Modal sosial termasuk juga konsep yang tidak gampang diidentifikasikan dan apalagi diukur secara kuantitas dan absolut. Modal sosial dapat didiskusikan dalam konteks komunitas yang kuat ( strong community ), masyarakat sipil yang kokoh, maupun identitas negara bangsa ( nation state identity ).

Modal sosial termasuk elemen elemen seperti : Kepercayaan. Sebagaimana dijelaskan Fukuyama ( 1995 ), kepercayaan adalah harapan yang tumbuh di dalam sebuah masyarakat yang ditunjukkan oleh adanya perilaku jujur, teratur, dan kerjasama berdasarkan norma norma yang dianut bersama. Kepercayaan sosial merupakan penerapan terhadap pemahaman ini. Cox ( 1995 ) kemudian mencatat bahwa dalam masyarakat yang memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi, aturan aturan sosial cenderung bersifat positif ; hubungan hubungan juga bersifat kerjasama. Kepercayaan sosial pada dasarnya merupakan produk dari modal sosial yang baik. Adanya modal sosial yang baik ditandai oleh adanya lembaga lembaga sosial yang kokoh ; modal sosial melahirkan kehidupan sosial yang harmonis ( Putnam, 1995 ). Kerusakan modal sosial akan menimbulkan anomie dan perilaku anti sosial ( Cox, 1995 ).

Norma. Norma norma terdiri dari pemahaman pemahaman, nilai nilai, harapan harapan, dan tujuan tujuan yang diyakini dan dijalankan bersama oleh sekelompok orang. Norma norma dapat bersumber dari agama, panduan moral, maupun standar standar sekuler seperti halnya kode etik profesional. Norma norma dibangun dan berkembang berdasarkan sejarah kerjasama di masa lalu dan diterapkan untuk mendukung iklim kerjasama ( Putnam, 1993 ; Fukuyama, 1995 ). Norma norma dapat merupakan pra kondisi maupun produk dari kepercayaan sosial. Jaringan. Infrastruktur dinamis dari modal sosial berwujud jaringan jaringan kerjasama antar manusia( Putnam, 1993 ). Jaringan tersebut memfasilitasi terjadinya komunikasi

dan interaksi, memungkinkan tumbuhnya kepercayaan dan memperkuat kerjasama. Masyarakat yang sehat cenderung memiliki jaringan jaringan sosial yang kokoh. Orang mengetahui dan bertemu dengan orang lain. Mereka kemudian membangun inter relasi yang kental, baik bersifat formal maupun informal ( Onyx, 1996 ). Putnam ( 1995 ) berargumen bahwa jaringan jaringan sosial yang erat akan memperkuat perasaan kerjasama para anggotanya serta manfaat manfaat dari partisipasinya itu ( Edi Suharto, PhD Modal Sosial Dan Kebijakan Publik ). Jejaring sosial, contohnya Facebook ; Friendster ; Twitter ; Skype ; dll. Jejaring sosial atau jaringan sosial adalah suatu struktur sosial yang dibentuk dari simpul simpul ( yang umumnya adalah individu atau organisasi ) yang diikat dengan satu atau lebih tipe relasi spesisfik seperti nilai, visi, ide, teman, keturunan, dll.

Analisis jaringan sosial memandang hubungan sosial sebagai simpul dan ikatan. Simpul adalah aktor individu di dalam jaringan, sedangkan ikatan adalah hubungan antar aktor tersebut. Bisa terdapat banyak jenis ikatan antar simpul. Penelitian dalam berbagai bidang akademik telah menunjukkan bahwa jaringan sosial beroperasi pada banyak tingkatan, mulai dari keluarga hingga negara, dan memegang peranan penting dalam menentukan cara memecahkan masalah, menjalankan organisasi, serta derajat keberhasilan seorang individu dalam mencapai tujuannya. Dalam bentuk yang paling sederhana, suatu jaringan sosial adalah peta semua ikatan yang relevan antar simpul yang dikaji. Jaringan tersebut dapat pula digunakan untuk menentukan modal sosial aktor individu. Konsep ini sering digambarkan dalam diagram jaringan sosial yang mewujudkan simpul sebagai titik dan ikatan sebagai garis penghubungnya ( Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Jejaring Sosial )

Individu

DIAGRAM JARINGAN SOSIAL

Dua tokoh utama yang mengembangkan konsep modal sosial, Putnam dan Fukuyama, memberikan definisi modal sosial yang penting. Meskipun berbeda, definisi keduanya memiliki kaitan yang erat ( Spellerberg, 1997 ), terutama menyangkut konsep kepercayaan ( trust ). Putnam mengartikan modal sosial sebagai penampilan organisasi sosial seperti jaringan jaringan dan kepercayaan yang memfasilitasi adanya koordinasi dan kerjasama bagi keuntungan bersama. Menurut Fukuyama, modal sosial adalah kemampuan yang timbul dari adanya kepercayaan dalam sebuah komunitas. Modal sosial dapat diartikan sebagai sumber ( resource ) yang timbul dari adanya interaksi antara orang orang dalam suatu komunitas. Namun demikian, pengukuran modal sosial jarang melibatkan pengukuran terhadap interaksi itu sendiri. Melainkan, hasil dari interaksi tersebut, seperti terciptanya atau terpeliharanya kepercayaan antar warga masyarakat. Sebuah interaksi dapat terjadi dalam skala individual dan institusional.

Secara individual, interaksi terjadi manakala relasi intim antara individu terbentuk satu sama lain yang kemudian melahirkan ikatan emosional. Secara institusional, interaksi dapat lahir pada saat visi dan tujuan satu organisasi memiliki kesamaan dengan visi dan tujuan organisasi lainnya. Meskipun interaksi terjadi karena berbagai alasan, orang orang berinteraksi, bekomunikasi dan kemudian menjalin kerjasama pada dasarnya dipengaruhi oleh keinginan untuk berbagi cara mencapai tujuan bersama yang tidak jarang berbeda dengan tujuan dirinya sendiri secara pribadi. Keadaan ini terutama terjadi pada interaksi yang berlangsung relatif lama. Interaksi semacam ini melahirkan modal sosial, yaitu ikatan ikatan emosional yang menyatukan orang untuk mencapai tujuan bersama, yang kemudian menumbuhkan kepercayaan dan keamanan yang tercipta dari adanya relasi yang relatif panjang. Seperti halnya modal finansial, modal sosial seperti ini dapat dilihat sebagai sumber yang dapat digunakan baik untuk kegiatan

atau proses produksi saat ini, maupun untuk diinvestasikan bagi kegiatan di masa depan. Masyarakat yang memiliki modal sosial tinggi, cenderung bekerja secara gotong royong, merasa aman untuk berbicara dan mampu mengatasi perbedaan perbedaan. Sebaliknya, pada masyarakat dengan modal sosial rendah akan tampak adanya kecurigaan satu sama lain, merebaknya kelompok kita dan kelompok mereka , tidak adanya kepastian hukum dan keteraturan sosial, serta seringnya muncul kambing hitam . Beberapa indikator kunci yang dapat dijadikan ukuran modal sosial antara lain ( Spellerberg, 1997 ; Suharto, 2005b ) : Perasaan identitas. Perasaan memiliki atau sebaliknya, perasaan alienasi. Sistem kepercayaan dan ideologi. Nilai nilai dan tujuan. Ketakutan ketakutan.

Sikap sikap terhadap angoota lain dalam masyarakat. Persepsi mengenai akses terhadap pelayanan, sumber dan fasilitas ( misalnya pekerjaan, pendapatan, pendidikan, perumahan, kesehatan, transportasi, jaminan sosial ). Opini mengenai kinerja pemerintah yang telah dilakukan terdahulu. Keyakinan dalam lembaga lembaga masyarakat dan orang orang pada umumnya. Tingkat kepercayaan. Kepuasan dalam hidup dan bidang bidang kemasyarakatan lainnya. Harapan harapan yang ingin dicapai di masa depan. Dapat dikatakan bahwa modal sosial dilahirkan dari bawah ( bottom up ), tidak hierarkis dan berdasar pada interaksi yang saling menguntungkan. Oleh karena itu modal sosial bukan merupakan produk dari inisiatif dan kebijakan pemerintah. Namun demikian, modal sosial dapat ditingkatkan atau dihancurkan oleh

negara melalui kebijakan publik ( Cox, 1995 ; Onyx, 1996 ). Banyak sekali definisi mengenai kebijakan publik. Sebagian besar ahli memberi pengertian kebijakan publik dalam kaitannya dengan keputusan atau ketetapan pemerintah untuk melakukan suatu tindakan yang dianggap akan membawa dampak baik bagi kehidupan warganya. Bahkan, dalam arti yang lebih luas, kebijakan publik sering diartikan sebagai apa saja yang dipilih oleh pemerintah untuk dilakukan atau tidak dilakukan . Seperti kata Bridgman dan Davis ( 2004 : 3 ), seringkali, kebijakan publik tidak lebih dari pengertian mengenai whatever government choose to do or not to do . Dalam konteks kebijakan publik, modal sosial pada intinya menunjuk pada political will dan penciptaan jaringan jaringan, kepercayaan, nilai nilai bersama, norma norma, dan kebersamaan yang timbul dari adanya interaksi manusia di dalam sebuah masyarakat.

Pemerintah dapat mempengaruhi secara positif kepercayaan, kohesifitas, altruisme, gotong royong, partisipasi, jaringan, kolaborasi sosial dalam sebuah komunitas. Modal sosial pada umumnya akan tumbuh dan berkembang bukan saja karena adanya kesamaan tujuan dan kepentingan, melainkan pula karena adanya kebebasan menyatakan pendapat dan berorganisasi, terjalinnya relasi yang berkelanjutan, serta terpeliharanya komunikasi dan dialog yang efektif. Gambar I menunjukkan bagaimana kebijakan publik dapat mempengaruhi lingkaran modal sosial yang pada gilirannya menjadi pendorong keberhasilan pembangunan, khususnya pembangunan sosial dan pembangunan kesejahteraan.

Kebijakan Publik dan Modal Sosial

Kesetaraan Gender. Di hampir setiap negara berkembang, anak anak perempuan menerima pendidikan yang jauh lebih sedikit daripada anak laki laki. Kesenjangan pendidikan antargender ( educational gender gap ) yang terbesar ditemui di negara negara termiskin dan secara regional terdapat di Timur Tengah serta AfrikaUtara ( Todaro ) dapat dilihat pada tabel berikut. Mengapa pendidikan kaum wanita penting ? Apakah ini hanya masalah pemerataan ? Jawabannya adalah sekarang terdapat cukup banyak bukti empiris yang menyatakan bahwa diskriminasi pendidikan terhadap kaum wanita menghambat pembangunan ekonomi di samping memperburuk ketimpangan sosial. Mempersempit kesenjangan gender dalam pendidikan dengan memperluas kesempatan pendidikan bagi kaum wanita sangat menguntungkan secara ekonomi karena 4 ( empat ) alasan :

Tingkat pengembalian ( rate of return ) dari pendidikan kaum wanita lebih tinggi daripada pendidikan pria di kebanyakan negara berkembang. Peningkatan pendidikan kaum wanita tidak hanya menaikkan produktivitasnya di lahan pertanian dan di pabrik, tetapi juga meningkatkan partisipasi tenaga kerja, pernikahan yang lebih lambat, fertilitas yang lebih rendah, dan perbaikan kesehatan serta gizi anak anak. Kesehatan dan gizi anak anak yang lebih baik serta ibu yang lebih terdidik akan memberikan dampak pengganda ( multiplier effect ) terhadap kualitas anak bangsa selama beberapa generasi yang akan datang. Karena kaum wanita memikul beban terbesar dari kemiskinan dan kelangkaan lahan garapan yang melingkupi masyarakat di negara berkembang, maka perrbaikan yang signifikan dalam peran dan status wanita melalui pendidikan dampak mempunyai dampak penting untuk memutuskan lingkaran setan kemiskinan dan pendidikan yang tidak memadai.

Tabel Kesenjangan Pendidikan Antargender : Wanita dalam Persentase dari Pria

Negara

Kemampua Tahun Tingkat n Baca Rata rata Bersekola Tulis Orang Bersekola h Dasar Dewasa h Algeria 76 18 97 Bangladesh 62 29 102 Mesir 65 41 96 Meksiko 96 96 101 Maroko 61 37 93 Nigeria 80 28 Korea 61 100 Selatan 69 45 83 Sudan

Tingkat Tingkat Bersekola Bersekola h h Pasca Menengah Menengah 106 110 50 95 103 95 83 80 100 60 92

yg indeks hingga sama dengan 100. Angka yg semakin kecil mengindikasikan kesenjang

Dalam skala global, dikenal 3 ( tiga ) pergeseran interpretasi peningkatan peran wanita ( P2W ) sebagai berikut ( Tjokrowinoto, 1996 : Hal 84 86 ) : P2W sebagai wanita dalam pembangunan. Perspektif P2W dalam konteks Women in Development memfokuskan pada bagaimana mengintegrasikan wanita dalam berbagai bidang kehidupan, tanpa banyak mempersoalkan sumber sumber yang menyebabkan mengapa posisi wanita dalam masyarakat bersifat inferior, sekunder, dan dalam hubungan subordinasi terhadap pria. Asumsinya, struktur sosial yang ada dipandang sudah given. Indikator integrasi wanita dalam pembangunan diukur dengan indikator seperti partisipasi angkatan kerja ; akses terhadap pendidikan ; hak hak politik dan kewarganegaraan ; dan sebagainya.

P2W sebagai wanita dan pembangunan. Menurut perspektif Women and Development oleh kaum Feminis Marxist, wanita selalu menjadi pelaku penting dalam masyarakat sehingga posisi wanita, dalam arti status, kedudukan, dan peranannya, akan menjadi lebih baik bila struktur internasional menjadi lebih adil. Asumsinya, wanita telah dan selalu menjadi bagian dari pembangunan nasional. P2W sebagai gender dan pembangunan. Menurut kacamata Gender and Development, konstruksi sosial yang membentuk persepsi dan harapan serta mengatur hubungan antara pria dan wanita sering merupakan penyebab rendahnya kedudukan dan status wanita, posisi inferior, dan sekunder relatif terhadap pria. Pembangunan berdimensi gender ditujukan untuk mengubah hubungan gender yang eksploitatif atau merugikan menjadi hubungan yang seimbang, selaras, dan serasi.

Salah satu indikator integrasi wanita dalam pembangunan adalah Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja ( TPAK ) wanita. Dari sisi ini terlihat bahwa TPAK meningkat dari tahun ke tahun dan diprediksikan tetap naik pada tahun mendatang seperti yang terlihat pada tabel. Kendati demikian, masih ada kesenjangan antara partisipasi angkatan kerja pria dan wanita, terutama yang paling mencolok adalah pada kelompok umur 30 39 tahun, dimana TPAK wanita 55,27 dan pria 98,54 ( BPS, 1996 : hal. 80 ). Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja TAHUN 1988 1993 1998 WANITA 37,4 38,8 40,2 PRIA 62,6 61,2 59,8

( Sumber : Biro Pusat Statistik, Proyeksi Angkatan Kerja 1988 2000 )

Ditinjau dari sisi TPAK, wanita mempunyai peran yang makin meningkat dari tahun ke tahun. Pada tabel selanjutnya tentang indikator sosial wanita Indonesia, dapat dilihat pekerjaan utama wanita kebanyakan bekerja sebagai pekerja keluarga yang tidak dibayar ( 39,4% ), dan buruh atau karyawan swasta sebesar 22,3%. Fenomena ini menunjukkan bahwa masih banyak wanita yang bekerja sebagai sambilan atau hanya membantu pria. Ini berbeda dengan pria, yang sebagian besar bekerja dengan status berusaha dibantu anggota rumah tangga ( 32,7% ) dan hanya 10,5% yang berstatus pekerja keluarga.

Indikator Berdasarkan Status pekerjaan utama: Berusaha sendiri Berusaha dibantu anggota RT Berusaha dengan buruh Buruh/karyawan pemerintah Buruh/karyawan swasta Pekerja keluarga Jenis pekerjaan utama : Tenaga profesional Tenaga kepemimpinan dan ketatalaksanaan Tenaga pelaksana dan tata usaha Tenaga penjualan Tenaga usaha jasa Tenaga usaha pertanian Tenaga produksi Tenaga operator Pekerja kasar Lainnya Jumlah jam kerja : 0 19 10 24 25 34 35 44 45 59 60+ TT

Wanita 15,99 16,53 0,58 5,29 22,25 39,36

Pria 19,88 32,71 1,53 7,52 27,82 10,54

S U M B E R : B P S : : : 1 9 9 6

5,22 0,37 3,65 20,33 5,60 50,21 10,93 1,03 2,17 0,49 2,85 4,26 27,92 19,81 21,77 14,88 8,48 0,03

3,84 1,04 6,53 12,06 3,10 48,21 6,59 2,86 14,80 0,97 2,15 1,51 12,00 16,08 27,94 30,34 9,95 0,022,85

Globalisasi, Pembangunan dan Kritik kritiknya. Tidak ada satu negara di dunia ini yang sepenuhnya otonom dan mandiri. Tak ada satu negara pun dimana proses pembangunannya semata mataa merupakan refleksi dari kegiatan yang dilaksanakan oleh negara bersangkutan tanpa pengaruh dari luar. Semua negara di dunia saat ini tergantung satu sama lain. Singkatnya, ada interdependensi antar negara di dunia. Hanya saja terdapat perbedaan dalam jenis ketergantungan dan tingkat interdependensi antar satu negara dngan negara lain. Kesadaran adanya saling ketergantungan tersebutlah yang mendasari pemikiran akan perlunya suatu konsep yang mampu menjembatani berbagai kepentingan khususnya dalam bidang ekonomi. Ada dua pendapat tentang konsep interdependensi.

Konsep interdependensi merupakan penyempurnaan dari teori ketergantungan ( dependensia ), yang pada dasarnya ingin menjelaskan struktur ekonomi global yang semakin kompleks daripada sekedar dikotomi pusat periferi. Dimensi dimensi yang mendasari lahirnya konsep interdependensi sebagai perkembangan dari konsep ketergantungan : Dimensi fisik. Muncul pada 1970-an terutama setelah diadakannya konferensi lingkungan oleh PBB tahun 1972, yang melahirkan kesadaran akan adanya satu bumi . Dimana kegiatan suatu negara akan mempengaruhi keseimbangan lingkungan secara global. Dimensi ekonomi. Pertama kali dikemukakan dalam proposal Komisi Brandt ( Brandt Commission Report ) tahun 1980. Komisi ini menghendaki hubungan ekonomi yang saling menguntungkan ( win win position ) dan bukan lagi zero sum game ( satu untung lain rugi ).

Dimensi politik. Adanya keterkaitan antar negara secara fisik dan ekonomi diharapkan akan menciptakan kerjasama yang mendorong adanya perdamaian dan pembangunan dunia. Perkembangan konsep ketergantungan menuju konsep interdependensi mengakibatkan transisi dalam perekonomian dunia. Kondisi pendukungnya antara lain : Adanya aliran dana dan pola investasi, dimulai dengan kenaikan harga minyak bumi tahun 1970-an. Globalisasi investasi mendorong tumbuh dan menyebarnya perusahaan transnasional ( TNC ). Pendorong transisi perekonomian global, terutama dalam perdagangan internasional, adalah GATT ( General Agreement on Tariff and Trade ) yang merupakan penarik utama di sisi permintaan ( demand pull ).

Konsep interdependensi menyiratkan bahwa manusia di planet Bumi ini berada dalam satu perahu yang sama. Pendekatan dalam konsep ini menyatakan kapitalisme dalam perekonomian dunia sudah ada sejak abad ke 16. Meskipun bersifat kapitalis, konsep interdependensi tidak mempertentangkan kepentingan daerah inti dengan daerah periferi. Justru lebih ditekankan adanya kerjasama antar keduanya yang memungkinkan bagi daerah periferi untuk berkembang menjadi daerah semiperiferi. Menurut pendekatan ini, pembangunan pada dasarnya merupakan suatu proses perubahan struktur ekonomi suatu daerah dari daerah periferi menjadi semiperiferi atau dari daerah semiperiferi menjadi daerah inti.

Teori pembangunan modern terdiri atas komponen tujuan akhir dari pembangunan, dan komponen alat yang digunakan untuk mencapai tujuan pembangunan ( Hettne, 1991 : Hal.35 ). Komponen pertama biasanya bersifat normatif karena dipengaruhi ideologi yang dianut oleh setiap negara. Komponen kedua dijabarkan dalam strategi pembangunan yang hendak diterapkan. Strategi pembangunan merupakan cerminan dari kemampuan suatu negara untuk bertindak, sehingga krisis yang terjadi di suatu negara dapat dikatakan merupakan krisis dari strategi pembangunan yang diterapkan oleh negara tersebut. Strategi pembangunan dapat dipandang sebagai perencanaan eksplisit yang diterapkan suatu negara terhadap masalah peningkatan kesejahteraan rakyatnya dalam arti materiil, yang dikaitkan dengan sumber daya manusia dan alam yang dipunyainya, serta berkaitan dengan dunia internasional.

i kas i sif tegi n Kla tra una S ang b Pem

Gradualist Neoklasik

Integrasi

Ekonomi Pembangunan Otonomi

Dependensia Marxisme Neoklasik Sumber : Hettne ( 1991 : Hal. 146 ) Radikal

Menurut Griffin ( 1988 ), strategi pembangunan dapat digolongkan sebagai berikut : qStrategi pembangunan monetaris. Asumsi bahwa efisiensi dalam alokasi sumber daya akan tercapai dalam jangka panjang. Meskipun untuk mencapai stabilitas ekonomi, dalam jangka pendek akan terjadi krisis. Dalam strategi ini peranan pemerintah dibatasi. qStrategi pembangunan ekonomi terbuka. Menitikberatkan pada perdagangan luar negeri dan keterkaitan dengan dunia luar sebagai mesin pembangunan. Identik dengan apa yng disebut supply side oriented state karena menghendaki peran aktif negara di sisi penawaran. qStrategi pembangunan industrialisasi. Menitikberatkan sektor manufaktur yang berorientasi pasar, baik domestik maupun luar negerim sebagai mesin pembangunan. Dalam strategi ini campur tangan pemerintah masih diperlukan.

qStrategi pembangunan revolusi hijau. Menitikberatkan pada kebijakan untuk meningkatkan produktivitas dan teknologi bidang pertanian sebagai alat untuk memacu pertumbuhan bidang lainnya. qStrategi pembangunan redistribusi. Dimulai dari redistribusi pendapatan dan kesejahteraan serta tingkat partisipasi masyarakat sebagai alat untuk memobilisasi peran serta penduduk dalam pembangunan. qStrategi pembangunan sosialis. Menekankan pada peran pemerintah dalam pembangunan : mulai dari perencanaan, perusahaan milik negara hingga pelayanan masyarakat. Meskipun dalam sistem sosialis peran pemerintah bisa bersifat ekstrem atau moderat.

Menurut teori sistem dunia, pada hakekatnya hanya dikenal3 ( tiga ) strategi pembangunan ( Wallerstein, 1979 : Hal. 76 ), yaitu : Strategi pembangunan dengan memanfaatkan peluang pasar luar negeri. Dalam strategi ini, pemerintah berperan aktif ( state capitalism ) dalam memanfaatkan keunggulan komparatifnya untuk memanfaatkan peluang pasar luar negeri. Strategi pembangunan dengan mengundang investasi luar negeri. Dilakukan oleh negara dengan memanfaatkan keunggulan komparatif, seperti upah buruh yang murah serta kemudahan kemudahan lainnya ( model liberal open door ). Strategi pembangunan mandiri. Menekankan pada kemampuan dalam negeri dan sesedikit mungkin bantuan dari luar negeri ( self reliance ).

Antinasionali s Socialist Open Door Strategies ( Marxist Socialist ) Egalitarian Antiegalitar ian

Klasifikasi Strategi Pembangunan menurut Seer

Self Reliance ( Dependency Theorists )

State Capitalism ( Traditional Conservatives )

Nasionalis

Urbanisasi, Migrasi dan Pembangunan. Strategi industrialisasi yang banyak mengandalkan akumulasi modal, proteksi, dan teknologi tingggi telah menimbulkan polarisasi dan dualisme dalam proses pembangunan. Fakta menunjukkan sektor manufaktur yang modern hidup berdampingan dengan sektor pertanian yang tradisional dan kurang produktif. Dua macam sektor ekonomi yang sangat berbeda karakteristiknya saling berhadapan. Yaitu sektor yang berupa struktur ekonomi modern yang secara komersial bersifat canggih, dengan sektor yang berupa struktur ekonomi pedesaan yang bersifat tradisional. Boeke ( 1930 ) menyatakan bahwa dualisme ekonomi timbul akibat adanya sebuah sektor dalam kegiatan ekonomi kolonial yang memberikan perlawanan dari perembesan politik kolonial.

Dewasa ini dualisme ekonomi timbul dari adanya urbanisasi. Urbanisasi adalah perpindahan penduduk desa yang menuju kota sehingga mengakibatkan semakin besarnya proporsi penduduk yang tinggal di perkotaan. Tingkat urbanisasi suatu wilayah dapat dinyatakan sebagai besarnya proporsi penduduk perkotaan pada wilayah tersebut ( BPS, 1197 : Bab. IV ). Alasan melakukan migrasi, menurut Survei Penduduk Antar Sensus ( SUPAS )1995, adalah : v Perubahan status perkawinan dan ikut saudara kandung / family lain ( 41.35% ). v Pekerjaan ( 39.65% ). v Pendidikan ( 14.96% ). v Perumahan ( 2.57% ). v Lain lain ( 1.47% ).

Perkembangan kota yang lebih cepat mengakibatkan terjadinya urbanisasi yang prematur, yakni desa kota terjadi sebelum industri di kota mampu berdiri sendiri. Migrasi dari desa ke kota ini diyakini sebagai faktor utama penyumbang pertumbuhan kota, seperti pada tabel di bawah ini.
Tabel. Migrasi Desa Kota sebagai Sumber Pertumbuhan Penduduk Kota di Beberapa NSB pada Dasawarsa 1970-an

Negara Argentina Brazil Columbia India Indonesia Nigeria Philipina Sri Lanka Tanzania Sumber : K Thailand . Newland

Pertumbuhan Kota / Pangsa Pertumbuhan Tahun ( % ) Akibat Migrasi ( % ) 2.0 35 4.5 36 4.9 43 3.8 45 4.7 49 7.0 64 4.8 42 4.3 61 7.5 64 1980 ) dalam Todaro ( 1994 45 . 252 ). : Hal 5.3

Migrasi memperburuk ketidakseimbangan struktural antara desa dan kota secara langsung dalam dua hal, yaitu di sisi penawaran migrasi internal secara berlebihan akan meningkatkan jumlah pencari kerja di perkotaan yang melampaui tingkat atau batasan pertumbuhan penduduk, yang sedianya masih dapat didukung oleh segenap kegiatan ekonomi dan jasa jasa pelayanan yang ada di perkotaan. Kedua, di sisi permintaan penciptaan kesempatan kerja di daerah perkotaan lebih sulit dan jauh lebih mahal daripada penciptaan lapangan pekerjaan di pedesaan, karena kebanyakan jenis pekerjaan sektor sektor industri di perkotaan membutuhkan aneka input input komplementer yang sangat banyak jumlah maupun jenisnya. Di samping itu tekanan kenaikan upah di perkotaan dan tuntutan karyawan untuk mendapatkan aneka tunjangan kesejahteraan, serta tidak tersedianya teknologi produksi tepat guna yang lebih padat karya.

Urbanisasi dan industrialisasi pada dasarnya adalah dua sisi dari satu mata uang yang sama. Karenanya, Todaro berusaha menjelaskan tentang hubungan yang bersifat paradoks ( sekurang kurangnya bagi para pakar ekonomi ) antara lonjakan migrasi dari desa ke kota yang semakin cepat dengan terus meningkatnya pengangguran di perkotaan. Teori tersebut kemudian dalam ilmu ekonomi pembangunan dikenal sebagai model migrasi Todaro ( Todaro Migration Model ). Pada dasarnya model Todaro beranggapan bahwa segenap angkatan kerja, baik yang aktual maupun potensial, senantiasa membandingkan penghasilan yang diharapkan selama kurun waktu tertentu di sektor perkotaan ( yaitu selisih antara penghasilan dan biaya migrasi ) dengan rata rata tingkat penghasilan yang bisa diperoleh di pedesaan.

Lima implikasi kebijakan berdasarkan model Todaro : Ketimpangan kesempatan kerja di antara desa dan kota harus dikurangi. Pemecahan masalah pengangguran tidak cukup hanya dengan menciptakan lapangan kerja di kota, juga harus memperhitungkan tentang kesenjangan tingkat upah di desa dan kota. Pengembangan pendidikan yang berlebihan dapat mengakibatkan migrasi dan pengangguran. Model ini berpendapat bahwa semakin tinggi pendidikan calon pekerja desa, maka semakin besar dorongan bagi mereka untuk melakukan migrasi ke kota kota. Pemberian subsidi upah dan penentuan harga faktor produksi tradisional ( tenaga kerja ) justru menurunkan produktivitas. Program pembangunan desa secara terpadu harus dipacu.

Pembangunan Berkelanjutan / Lingkungan Hidup. Para ahli lingkungan hidup menggunakan istilah berkelanjutan atau berkesinambungan ( sustainability ) dalam upaya memperjelas keseimbangan yang paling diinginkan antara pertumbuhan ekonomi di satu sisi, dan pelestarian lingkungan hidup atau sumber daya alam di sis lainnya. Bagi para ekonom, suatu proses pembangunan baru bisa dikatakan berkesinambungan apabila total stok modal jumlahnya tetap atau meningkat dari waktu ke waktu . Hal penting yang terkandung secara implisit dari pernyataan ini adalah kenyataan bahwa pertumbuhan ekonomi di masa mendatang dan kualitas kehidupan manusia secara keseluruhan sangat ditentukan oleh kualitas lingkungan hidup yang ada pada saat ini. Oleh karena itu para perencana pembangunan harus selalu melibatkan perhitungan lingkungan ( environmental accounting ) ketika merumuskan kebijakan kebijakan.

Salah satu contoh perhitungan lingkungan dikemukakan oleh David Pearce dan Jeremy Warford. Aset modal menurut mereka tidak hanya mencakup modal modal manufaktur ( mesin, pabrik, jalan jalan ), tetapi juga modal manusia ( pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman ) serta modal lingkungan hidup ( environmental capital ), yakni mulai dari hutan, kualitas tanah, ekosistem, dan sebagainya. Konsep pembangunan berkelanjutan( sustainable development ) menurut keduanya, mensyaratkan terjaga atau meningkatnya seluruh modal tersebut dari waktu ke waktu ( tidak boleh susut ). Atas dasar itu kalkulasi GNI harus dikoreksi menjadi NNI* ( sustainable nett national income ) atau pendapatan nasional neto yang berkesinambungan ( sustainable nett national product ).

Rumusnya adalah jumlah total yang dapat dikonsumsi tanpa mengikis stok modal ( modal jenis apapun ).

NNI* = GNI Dm Dn

Dimana : NNI* = Pendapatan Nasional Neto Berkesinambungan. Dm = Depresisasi Aset Modal Manufaktur. Dn = Depresiasi Aset Modal Lingkungan yang dinyatakan dalam satuan moneter ( uang ) tahunan GNI = Gross National Income

Jika diperinci lagi, rumusannya menjadi : NNI* = GNI Dm Dn R A

= Pengeluaran atau belanja yang diperlukan untuk mengembalikan modal lingkungan ( hutan, sumber perikanan, dan sebagainya ) seperti sediakala. = Pengeluaran yang diperlukan untuk memperbaiki kerusakan modal lingkungan yang terlanjur terjadi di masa sebelumnya ( seperti pencemaran udara, air, kualitas tanah, dan lain lain ).

Keuangan, Investasi, dan Bantuan Luar Negeri Kontroversi dan Peluang. Seperti halnya perdagangan internasional, mobilisasimodal ( K ) antarnegara mempunyai manfaat bagi negara pengekspor maupun pengimpor K tersebut. Manfaat yang dimaksud dapat dijelaskan sebagai berikut :
SB Investasi dan Tabungan di Negara A 0 - - - :: rB - :: SA :; :: ;; - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - :: - - :- - - - - - - - - - - - - :: ;; :; - :: ;; - :- -: - - - : : : ; 1 :; I : : : ; A r : : : B 1: : : r: : : A: : : E D C E D C Investasi dan Tabungan di Negara B

Tingkat Keuntungan di A

r E 0 rA

Tingkat Keuntungan di B

IB

Argumen argumen Ekonomi Tradisional yang Mendukung Penanaman Modal Asing : Pemenuhan Kesenjangan Tabungan ( Modal ), Devisa, Pendapatan, dan Manajemen. Sebagian besar berasal dari analisis teori neoklasik tradisional dan teori pertumbuhan yang baru yang memusatkan perhatiannya pada berbagai determinan ( faktor faktor penentu ) pertumbuhan ekonomi. Menurut analisis ini, penanaman modal asing ( dan juga bantuan luar negeri ) merupakan sesuatu yang sangat positif, karena hal tersebut dapat mengisi kesenjangan antara persediaan tabungan, cadangan devisa, penerimaan pemerintah, dan keahlian manajerial yang terdapat di negara penerimanya dengan tingkat persediaan yang dibutuhkan untuk dapat mencapai target target pertumbuhan dan pembangunan.

Argumen argumen Ekonomi Tradisional yang Menentang Penanaman Modal Swasta Asing : Memperlebar Kesenjangan. Secara umum terdapat dua argumen dasar yang menentang penanaman modal swasta asing, khususnya kegiatan kegiatan bisnis dari perusahaan perusahaan multinasional di berbagai negara dunia ketiga. Secara ekonomis, atas dasar pemikiran dan fakta fakta sebagai berikut : o Walaupun perusahaan perusahaan multinasional tersebut memang menyediakan sejumlah modal, namun dalam kenyataannya mereka bisa saja justru menurunkan tingkat tabungan maupun investasi domestik di negata tuan ; tidak terlaksananya reinvestasi atas keuntungan yang mereka dapatkan dalam perekonomian tuan rumah ; terpacunya tingkat konsumsi domestik ; terhambatnya perkembangan

perusahaian perusahaan domestik. o Walaupun dampak awal ( jangka pendek ) dari penanaman modal asing dapat memperbaiki posisi devisa negara yang menerima mereka ( tuan rumah ), tapi jangka panjang justru dapat mengurangi devisa, baik dari sisi neraca transaksi maupun neraca modal. o Walaupun perusahaan multinasional bisa memberi kontribusi bagi penerimaan pemerintah dalam bentuk pajak perusahaan, tapi dalam prakteknya nilai kontribusi tersebut jauh lebih kecil daripada yang seharusnya. Karena ada konsesi pajak yang bersifat liberal, praktek transfer harga, pemeberian fasilitas penanaman modal yang berlebihan, subsidi terselubung, proteksi tarif dari pemerintah tuan rumah. o Keterampilan dan pengalaman manajemen, semangat kewirausahaan, gagasan teknologi, dan jaringan hubungan dagang luar negeri yang diberikan perusahaan

multinasional ternyata tidak banyak memberi manfaat nyata bagi pengembangan sumber daya dan keterampilan kerja yang masih tergolong langka di negara tuan rumah. Mempertemukan Argumen argumen yang Pro dan Kontra. Intisari perdebatan berpusat pada perbedaan ideologis dan pertimbangan tata nilai ( value judgements ) mengenai hakikat dan makna dasar dari pembangunan ekonomi dan sumber sumber pokok yang menjadi titik tolaknya untuk tumbuh. Namun argumen argumen yang mendukung maupun menentang investasi asing sama sama tidak memiliki bukti penunjang empiris yang memadai ; semua silang pendapat tersebut lebih mencerminkan perbedaan perbedaan penting dalam pertimbangan nilai dan persepsi politik dari masing masing pihak.

Penjelasan yang paling kuat mengenai pentingnya keberadaan investasi asing di negara negara berkembang, adalah bahwa mereka mentransfer pengalaman yang dimiliki negara negara maju ke negara negara berkembang ; tempat dimana perusahaan asing berada. Berbagai Masalah Konseptual dan Pengukuran Bantuan Luar Negeri. Sumber devisa bagi negara negara berkembang selanjutnya adalah bantuan resmi pembangunan yang bersifat bilateral maupun multilateral serta bantuan tidak resmi yang disediakan oleh LSM. Kedua aktivitas tersebut secara umum lebih dikenal dengan istilah baku bantuan ( dana ) luar negeri ( foreign aid ).

Para ekonom mendefinisikan bantuan luar negeri sebagai arus permodalan ke negara negara berkembang yang memenuhi dua kriteria pokok, yaitu ( 1 ) tujuan si pemilik dana dalam memberikannya tidak bersifat komersial, dan ( 2 ) mengandung syarat syarat konsesional ( concessional terms ), yakni suku bunga dan periode pengembalian bagi modal yang dipinjam harus lebih lunak ( bunganya lebih rendah, dan masa pengembalian lebih lama ) daripada syarat syarat komersial pada umumnya. Alasan Pihak Donor Memberikan Bantuan. Motivasi motivasi politik. Motivasi motivasi ekonomi. Mengapa Negara negara Berkembang Bersedia Menerima Bantuan? Alasan utamanya berkaitan dengan masalah ekonomi.

You might also like