You are on page 1of 17

KELAINAN IMUNODEFISIENSI

Dr. Haris Budi Widodo

Keadaan

dimana terjadi penurunan atau ketiadaan respons imun normal. Primer: karena kelainan genetik herediter Sekunder: akibat penyakit primer lainnya misal infeksi, kemoterapi, sitostatika, radiasi, imunosupresan. Juga karena lansia dan malnutrisi. Berdasar komponen sistem imun yg terjangkit: - Defisiensi imunitas humoral - Defisiensi imunitas seluler - Defisiensi imunitas humoral dan seluler - Defisiensi komplemen dan sistem fagositik

Imunodefisiensi Primer

Menunjukkan gejala klinik pada masa anak (6 bln 2 th) berwujud infeksi berulang. 1. Agammaglobulinemia tipe Bruton X linked 2. Common Variable Immunodeficiency (CVI) 3. Defisiensi Ig A selektif (Isolated /selective Ig A deficiency) 4. Sindroma DiGeorge (Hipoplasia Timus) 5. Sindroma Wiskott-Aldrich (Imunodefisiensi disertai trombositopenia dan eksema 6. Penyakit Imunodefisiensi Gabungan yang Berat (SCID) 7. Defisiensi sistem komplemen 8. Cacat fungsi sistem fagosit

AGAMMAGLOBULINEMIA TIPE BRUTON X LINKED


Merupakan

defisiensi sistem imun humoral, hanya mengenai anak laki-laki. Diturunkan melalui kromosom X (X linked). Mekanisme dasar penyakit: berkurangnya limfosit B pada darah tepi dan organ imun perifer, seperti tonsil, limpa dan kelenjar getah bening. Diduga ada kelainan pada gen yg diperlukan untuk proses maturasi atau diferensiasi sel preB menjadi sel B yg matang.

Secara

klinis gejala yg timbul adalah infeksi berulang dgn bakteri piogen, misal berupa konjungtivitis, otitis media, faringitis, bronchitis, pneumonia dan infeksi kulit. Penderita dpt mengalami komplikasi paralysis dan ensefalitis pasca imunisasi polio namun patogenesisnya belum jelas. Penderita cenderung menderita penyakit autoimun spt artritis rheumatoid, lupus eritematosus, dermatomiositis serta infeksi persisten dgn Giardia lamblia.

COMMON VARIABLE IMMUNODEFICIENCY (CVI)


Secara

umum jumlah sel B cukup, namun terdapat cacat pada proses diferensiasi atau fungsi terminalnya. Cacat tersebut berupa kegagalan sel B untuk berdiferensiasi menjadi sel plasma sehingga pembentukan imunoglobulin kurang memadai jumlahnya atau berupa kelainan intrinsik pada sel B sendiri. Secara klinik kelainan ini ditemukan pada laki-laki dan perempuan pada masa anak-anak dan dewasa muda.

DEFISIENSI IG A SELEKTIF
Banyak

ditemukan pada orang kulit putih. Dapat terjadi secara familial atau sekunder akibat infeksi campak, toxoplasma atau virus lainnya. Mekanisme yang mendasari adalah cacat pada proses diferensiasi sel B membentuk Ig A. Penderita kelainan ini bisa asimtomatik.

Gejala

klinik biasanya berupa infeksi berulang pada daerah mukosa seperti saluran pernafasan, saluran cerna dan urogenital. Hal ini karena selain Ig A serum yang rendah juga Ig A sekretori yang merupakan sawar pada pertahanan utama pada mukosa berkurang. Penderita juga cenderung mengalami penyakit alergi dan autoimun.

SINDROMA DIGEORGE (HIPOPLASIA TIMUS) Disebabkan karena kekagalan perkembangan saccus faringeal 3 dan 4 pada minggu ke-8 kehamilan. Akibatnya terjadi hipoplasia dan aplasia kelenjar timus dan paratiroid, serta malformasi jantung dan pembuluh darah besar. Bentuk mulut, hidung dan muka juga abnormal.

Imunitas

seluler tidak ada (limfosit T tdk ada pada darah tepi sedangkan parakorteks kelenjar getah bening limpa, sel plasma dan kadar imunoglobulin cenderung normal. Penderita sangat rentan terhadap infeksi virus dan jamur disertai tetani akibat aplasia kelenjar paratiroid. Dengan transplantasi timus penderita dapat tertolong.

SINDROMA WISKOTT-ALDRICH
Kelainan

ini bersifat X-linked recessive, ditandai dgn trombositopenia, eksema dan infeksi berulang yg dapat bersifat fatal. Mekanisme kelainan ini adalah cacat pada protein membran dan cacat pada pematangan sel pokok hematoipoetik.

Secara

klinik penderita semula menunjukkan kelenjar timus yang normal namun berangsur terjadi penurunan jumlah sel T secara progresif di sirkulasi darah dan daerah parakorteks kelenjar getah bening. Penderita cenderung mengalami infeksi berulang, trombositopenia dan eksem. Juga rentan terhadap keganasan limfoid.

PENYAKIT IMUNODEFISIENSI GABUNGAN YANG BERAT


Merupakan

kombinasi defisiensi imun seluler dan humoral. Dikenal 2 kelompok kelainan yaitu yang diturunkan secara autosomal recessive dan X-linked recessive. Secara klinis penderita menunjukkan kerentanan terhadap berbagai jenis infeksi, baik bacterial, jamur maupun virus dan tidak dijumpai imunoglobulin dalam darah. Pengobatan kasus ini dicoba dgn transplantasi sumsum tulang dan terapi gen

DEFISIENSI SISTEM KOMPLEMEN


Komplemen

merupakan substansi penting dalam reaksi radang dan respon imun shg defisiensi komplemen akan menyebabkan gangguan sesuai fungsinya. Contoh defisiensi C3 berdampak pada kerentanan terhadap infeksi bakteri piogenik. Defisiensi C1q, C2, C4 rentan thd penyakit kompleks imun krn pemusnahan kompleks imun dari sirkusi terhambat Defisiensi C5-C8 rentan thd neisseria (gonore)

CACAT FUNGSI SISTEM FAGOSIT


Sangat jarang terjadi, bermanifestasi sebagai radang granulomatosa yang dikenal sebagai Job system dan beberapa kelainan kongenital lainnya. Gangguan ini menyebabkan kegagalan untuk melawan infeksi.

IMUNODEFISIENSI SEKUNDER

Contoh AIDS Terjadi lisis CD4 besar-besaran, lisisnya sel CD4+ ini akan mengakibatkan rasio sel CD4+: CD8+ berkurang yaitu kurang dari satu. Selain penurunan kuantitas sel, kualitas atau fungsi limfosit Th juga menurun. Hal ini antara lain disebabkan oleh: 1) Penurunan kemampuan proliferasi sel; 2) Penurunan produksi sitokin;

3) Penurunan kemampuan pemberian isyarat intra sel (intra cellularsignaling) 4) Penurunan kemampuan pengenalan antigen baru oleh limfosit T (akibat berkurangnya ekspresi molekul HLA sel penyaji antigen yang diperlukan untuk menopang penyajian protein / antigen baru dipermukaan sel yang terinfeksi).

You might also like