You are on page 1of 10

Oleh : KELOMPOK 5 : AKHMAD FAUZAN HAGUNG RIHANJOYO JUHAN NURHANJAYA

F1311007 F1311044 F1311053

PPh

badan merupakan Pajak Penghasilan yang dikenakan atas laba perusahaan/ badan usaha yang biasanya disebut dengan Penghasilan Kena Pajak (PKP) atau laba kena pajak. Penghitungan PKP tidak bisa dilepaskan dari kewajiban melakukan pembukuan atau pencatatan khusus untuk WP badan diwajibkan menyelenggarakan pembukuan sesuai dengan ketentuan Pasal 28 UU KUP sehingga dapat menghitung PKP secara benar dan akurat.

A. Laba Komersial Vs Laba Kena Pajak


Laba komersial merupakan pengukuran laba yang lazim digunakan dalam dunia bisnis baik untuk kepentingan pasar modal (bursa efek), perbankan, Rapat Umum Pemegang Saham dan kepentingan lainnya. Laba Kena Pajak/ Penghasilan Kena Pajak merupakan laba yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan yang berlaku. Laba komersial yang lazim digunakan dalam dunia bisnis berbeda dengan laba kena pajak.

Agar dapat melakukan penghitungan PKP dengan benar dan tepat, Wajib Pajak perlu memahami:
Penghasilan yang menjadi objek pajak dan bukan objek pajak (Pasal 4 Ayat 1 dan ayat 3 UU. 36/ 2008) 2. Penghasilan yang pajaknya dikenakan secara final (Pasal 4 ayat 2 dan PPh Pasal 15) 3. Biaya yang boleh dikurangkan dari penghasilan bruto (Pasal 6 UU No 36/ 2008) 4. Biaya yang tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto (Pasal 9 UU No 36/ 2008)
1.

B. Tax Planning Dalam Rangka Mengefisiensikan PPh Badan


Perencanaan pajak dalam rangka mengefisiensikan PPh Badan dapat diupayakan melalui: 1. Pemilihan alternatif dasar pembukuan dan tata cara pembukuan 2. Pengelolaan transaksi yang berkaitan dengan pemberian kesejahteraan kepada karyawan. 3. Pemilihan metode penyusutan aktiva tetap dan amortisasi aktiva tidak berwujud 4. Transaksi yang berkaitan dengan withholding tax 5. Penyertaan pada Perseoraan Terbatas dalam negeri 6. Optimalisasi pengkreditan pajak yang telah dibayar 7. Permohonan penurunan pembayaran lump sum (angsuran PPh Ps 25 bulanan) 8. Pengajuan SKB (Surat Keterangan Bebas) PPh pasal 22 dan Pasal 23

C. TAX Planning PPh Atas Transaksi Tertentu


Perlakuan khusus PPh badan yang berkaitan dengan transaksi dengan transaksi tertentu:
Equalisasi SPT PPh Badan dengan SPT PPh Pasal 21, SPT PPh Pasal 23 dan PPh Pasal 26 serta PPN 2. Revaluasi aktiva tetap 3. Hutang/ piutang kepada pemegang saham 4. Transaksi dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa 5. Bunga pinjaman 6. Pencadangan/penghapusan piutang tidak tertagih 7. Transaksi leasing 8. Bunga pinjaman selama masa konstruksi 9. Biaya pendirian perusahaan / biaya pra-operasi 10. Transaksi Bangun Guna Serah (Built Operate Transfer)
1.

D. Rekonsiliasi Fiskal
Rekonsiliasi fiskal adalah sebuah lampiran SPT tahunan PPh

badan kertas kerja yang berisi penyesuaian antara laba/ rugi sebelum pajak menurut komersial/ pembukuan dengan laba/ rugi menurut SPT Tahunan. Rekonsiliasi fiskal terdiri dari: 1. Koreksi karena perbedaan waktu 2. Koreksi karena perbedaan tetap 3. Koreksi karena pengenaan pajak final

1. Koreksi Karena Perbedaan Waktu


Koreksi beda waktu timbul karena perbedaan perhitungan

pendapatan dan/ atau biaya antara komersial dengan fiskal. Total biaya atau pendapatan menurut komersial dan fiskal adalah sama besar, yang berbeda adalah lamanya waktu pengalokasian pendapatan dan atau biaya tersebut. Contoh: Biaya penyusutan dan amortisasi, kecuali untuk aktiva yang termasuk kriteria pemberian natura, hibah, sumbangan dan kenikmatan. Penilaian persediaan

2. Koreksi Karena Perbedaan Tetap


Koreksi beda tetap timbul adanya perbedaan pengakuan pendapatan antara

komersial dan fiskal. Koreksi beda tetap terdiri dari: 1. Beda tetap atas penghasilan yang bukan objek PPh 2. Beda Tetap Murni yaitu: Biaya yang dipergunakan untuk mendapatkan, menagih, memelihara penghasilan yang bukan objek pajak. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan/jasa yang diberikan dalam bentuk natura/kenikmatan. Sanksi administrasi berupa bunga, denda atau kenaikan PPh Pasal 23/ 26 yang ditanggung oleh perusahaan. 3. Beda tetap yang disebabkan tidak dipenuhinya syarat-syarat khusus, yait: Berhubungan dengan kegiatan langsung perusahaan Adanya bukti pendukung yang kuat Penggunaan praktek-praktek akuntansi yang tidak sehat.

3. Koreksi Karena Pengenaan Pajak Final


Koreksi ini terdiri dari: 1. Pendapatan yang telah dipotong pajak final oleh pihak yang membayarkan penghasilan seperti pendapatan bunga deposito, pendapatan jasa giro, penghasilan sewa tanah dan atau bangunan, pendapatan karena pengalihan hak atas tanah dan/ atau bangunan (khusus untuk WP badan real estate dan orang pribadi) 2. Biaya untuk mendapatkan, memelihara, menagih penghasilan yang telah dikenakan PPh final seperti biaya yang berhubungan dengan penghasilan dari sewa tanah dan atau bangunan, biaya yang berhubungan dengan penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan atau bangunan.

You might also like